Vitamin D dan COVID-19

Salah satu fungsi Vitamin D adalah untuk pertumbuhan tulang. Vitamin D membantu penyerapan kalsium yang sangat dibutuhkan untuk tulang yang kuat. Ingat pelajaran masa SMA? Kaki O dan X? Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari yang langsung mengenai kulit tubuh. Orang yang kekurangan vitamin D itu kebanyakan adalah orang di negara empat musim yang musim dinginnya panjang dan kurang sinar matahari. Kalau di Indonesia, matahari bersinar sepanjang tahun. Begitu pun, ada juga orang yang kekurangan vitamin D, misal: orang yang jarang/tidak pernah keluar rumah, orang kaya yang selalu naik mobil ke mana-mana, orang yang kerja di kantor dalam gedung tertutup dari pagi hingga matahari hampir terbenam, dan orang yang memakai pakaian tertutup dari ujung kepala hingga ujung kaki. Orang lanjut usia lebih mungkin kekurangan vitamin D karena kemampuan kulit membentuk vitamin D menurun. Orang berkulit gelap juga lebih sulit membentuk vitamin D dibanding orang yang berkulit putih.

Vitamin D

Hubungan dengan COVID-19

Seiring dengan semakin banyaknya kasus dan kematian akibat COVID-19, meningkat pula rasa panik manusia sehingga semua informasi ditelan mentah-mentah, terutama bagi yang tidak mengerti mekanisme fisiologis tubuh manusia, sifat biokimia zat, dan sistem penelitian. Secara singkat, hasil satu penelitian biasanya akan dikirim ke satu jurnal tertentu. Sebelum diperiksa dan disetujui validitasnya, pihak jurnal akan “menerbitkan” ringkasan penelitian itu. Tetapi, bila setelah dibaca ulang dan dipertimbangkan oleh peneliti dan ilmuwan lain, ternyata hasil penelitian itu tidak cukup layak, maka ringkasan itu akan dihapus. Sayangnya, ringkasan itu sudah dibagi ke seluruh penjuru dunia dan dianggap oleh banyak orang sebagai satu kebenaran. Termasuk salah satu hasil penelitian yang menyatakan bahwa vitamin D bisa menurunkan angka kematian akibat COVID-19. Ringkasan penelitian ini sudah dihapus karena dianggap tidak memenuhi syarat penelitian yang baik. Sialnya, berita sudah dihapusnya itu tidak se“viral” berita tentang bagusnya vitamin D untuk COVID-19.

Tidak ada penelitian yang bisa menyimpulkan bahwa vitamin D bisa menurunkan angka kematian akibat COVID-19, juga tidak menurunkan keparahan gejala. Vitamin D, seperti semua vitamin lainnya, penting bagi kesehatan tubuh dalam jumlah secukupnya. Jika kurang salah satu vitamin, akan timbul gejala tidak sehat. Kecukupan vitamin D dan semua vitamin lain akan menaikkan imunitas tubuh kita (bersama faktor-faktor lain yang mempengaruhi sistem imun tubuh). Akibat buruk isu tentang kemampuan vitamin D mengobati COVID-19 adalah kemungkinan mengonsumsi terlalu banyak suplemen vitamin D. Semoga pembaca Patahtumbuh ingat pelajaran masa SMA: vitamin A, D, E, K larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak, jika dikonsumsi lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh, akan disimpan dalam sel dan malah menjadi tidak baik. Beda dengan vitamin B dan C yang larut dalam air, jika berlebih akan dikeluarkan bersama air seni.

Untuk mengetahui secara pasti apakah ada kekurangan vitamin D atau vitamin lainnya adalah dengan pemeriksaan darah. Pastikan anda memang kekurangan satu vitamin tertentu sebelum mengonsumsi dalam jumlah besar, terutama vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.

Gejala kelebihan vitamin D: mual, haus dan sering buang air kecil, tidak selera makan, konstipasi (sulit buang air besar), lemah, bingung, bicara tidak jelas.

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Pada suatu hari yang membosankan di tahun 2019, sebelum pandemi menyerang dunia, saya mencoba...

Aldus Tolvias

Mungkin Januari bukan bulan yang baik untuk berlibur ke Bali, apalagi jika tujuan pertama adalah...

Rose Chen

Air Terjun Shifen 

Rose Chen

Kuil ini terletak di distrik Zhungli, kota Taoyuan. Tempat ibadah seperti ini ada di setiap...

Rose Chen