1. Apakah harga sayur-mayur di sana lebih murah dari di sini? Itu pertanyaan seseorang pada seseorang. Orang yang ditanya menjawab, “Mungkin lebih murah.” Jawaban seperti itu saya maklumi.
2. Kenapa penjual roti itu melihat saya terus, ya? “Mungkin dia merasa kenal dengan Anda,” jawab orang yang diajak bicara. Jawaban seperti itu masih dapat saya pahami.
3. Apa sebab kamu tidak jadi datang? Pertanyaan itu dijawab, “Mungkin saya merasa tidak banyak gunanya pertemuan itu.” Jawaban seperti itu bagi saya terasa ganjil.
4. Dari dua calon presiden, X dan Y, siapa yang kamu sukai? Dijawab, “Saya mungkin lebih suka si X.” Jawaban seperti ini bagi saya terasa sangat ganjil.
5. Mau teh atau kopi? Dijawab, “Kopi ... mungkin, ya.” Ini bagi saya luar biasa ganjil.
“Bermungkin-mungkin” dalam memberikan pernyataan, sekarang sering kali terdengar dalam kebiasaan orang berbicara. “Mungkin” pada contoh 1 dan 2 dapat dimaklumi, karena yang dinyatakan adalah sesuatu yang tidak diketahui dengan pasti. Tetapi “mungkin” pada contoh 3, 4, dan 5 adalah “mungkin” yang sebetulnya dipakai untuk sesuatu yang disadari/diketahui/dirasakan atau hasil sebuah pertimbangan. Bahkan dalam sebuah diskusi kemarin (Kamis, 17/9/2015) saya mendengar pernyataan, “Saya mungkin tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan ... bla ... bla ...”
Kenapa demikian? Tidaklah jelas penyebabnya. Entah kata “mungkin” dipakai untuk menghindari kesan tegas yang dikhawatirkan dipersepsikan sebagai sok atau bahkan kasar. Entah itu dimaksudkan untuk berbasa-basi, merendah-rendah ... Tapi, apa pun penyebab itu, gaya bicara “bermungkin-mungkin” tampaknya sudah menjalar jauh. Ia menjadi cara bicara yang berkembang lewat tiru-meniru, dan televisi adalah media yang mempermudah penularan. Saya sering berpikir buruk, dan berprasangka bahwa itu adalah gejala kejiwaan – warna sanubari dari manusia yang tidak berani menyatakan ketegasan, tidak mau membuat pilihan pasti, agar terhindar dari risiko yang namanya tanggungjawab.
Saya MUNGKIN lebay alias berlebihan. Anda boleh setuju, maupun tidak setuju. Tapi, setuju maupun tidak, MUNGKIN ada baiknya Anda pasang kuping dan menyimak dengan seksama, apakah “mungkin” yang terdengar itu memang tepat pemakaiannya, atau apakah kata “mungkin” itu MUNGKIN tak masuk akal sebagai kemungkinan.
Catatan: Tulisan ini sebelumnya muncul sebagai note di akun Facebook penulis pada tanggal 18 September 2015.
Add new comment