Anak Berkebutuhan Khusus

Aktris Dian Sastrowardoyo berbicara blak-blakan tentang putera sulungnya yang didiagnosis autis pada temu media SPEKIX (Special Kids Expo) 2019 di JCC Senayan, Jakarta pada tanggal 23 Agustus 2019. Dian mulai merasa puteranya mengalami gangguan perkembangan ketika pada usia enam bulan, si anak masih tidak mau kontak mata, tidak tertarik untuk berinteraksi dan tidak merespons ketika namanya dipanggil. Hingga usia dua tahun, puteranya belum bisa meniup lilin ulang tahun sendiri. Dari manual screening tools  tujuh ciri utama (checklist) autisme, Dian bisa mengenali tanda-tanda gangguan pada perilaku puteranya. Berkat intervensi dini dan terapi intensif selama empat tahun sejak usia delapan bulan, akhirnya di usia enam tahun, diputuskan puteranya tidak memerlukan terapi lebih lanjut lagi karena tumbuh kembangnya sudah seperti anak normal lain.

Ketika seorang anak usia dua tahun belum bisa mengucapkan sepatah katapun, orang tuanya cenderung berkilah: Ah, kata neneknya, dulu papanya juga baru bisa bicara pada usia tiga tahun. Masih banyak orang tua yang mengganggap sepele masalah perkembangan anaknya, tidak memperhatikan apakah perkembangannya normal atau tidak, milestones (tonggak perkembangan) apa yang tidak dicapai si anak. Jadi, kapan dan bagaimana kita bisa menandai seorang anak termasuk terlambat perkembangannya atau ada gangguan?

Ada serangkaian tahapan dalam masa tumbuh kembang anak yang sangat penting, mulai dari lahir hingga masa masuk sekolah, disebut dengan istilah milestones. Jika ada beberapa milestones yang tidak tercapai, kita perlu memberi perhatian lebih karena semakin dini suatu gangguan terdeteksi, penanganannya akan lebih cepat dan efektif. 

Gangguan perkembangan dibagi dalam tiga kelompok, yakni: 

  • Gangguan perkembangan fisik,
  • Gangguan perkembangan sosial – emosi 
  • Gangguan perkembangan kognitif – bahasa. 

Deteksi gangguan perkembangan fisik seperti down syndrome atau kelainan genetik lain, sudah terlihat sejak bayi lahir dan semakin nyata ketika anak berusia 1 – 3 tahun. Untuk gangguan perkembangan sosial dan koqnitif, secara kasat mata anak mungkin terlihat normal. Pada tahap perkembangan selanjutnya akan terlihat berbeda dengan anak-anak normal. Indikasi umum yang biasa ditemui pada anak-anak yang berkebutuhan khusus:

  • Menghindari kontak mata atau kontak mata tidak fokus pada lawan bicara
  • Lebih suka menyendiri 
  • Cenderung emosional dan sering temper tantrum (mengamuk)
  • Kesulitan berkomunikasi, sulit mengutarakan apa yang diinginkan, biasanya keinginan disampaikan dengan menunjuk.

Istilah anak berkebutuhan khusus (ABK)  mencakup berbagai kondisi, mulai dari gangguan perkembangan yang ringan seperti keterlambatan kemampuan bicara, hingga yang butuh penanganan intensif. Anak dengan tingkat inteligensia yang melebihi indeks anak normal seusianya, juga termasuk dalam kategori ABK. Dalam psikologi, ABK ada yang ekstrim kanan (anak jenius) dan yang ekstrim kiri (interligensia di bawah rata-rata anak normal).

 Anak berkebutuhan khusus (ABK) dikelompokkan dalam beberapa kategori:

  1. Kelainan Sensoris (Sensory impairment): Mencakup semua kelainan yang berhubungan dengan panca indera, misalnya ganguan pendengaran, penglihatan atau ketidakmampuan membedakan bau tertentu.
  2. Gangguan Perkembangan (Developmental disabilities): Autisme, Down syndrome dan Asperger termasuk dalam gangguan perkembangan. 
  3. Gangguan Belajar (Learning disability): Gangguan kognitif yang mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar. Ada anak yang sulit memproses informasi yang didapat dari visual, pendengaran atau penjelasan verbal. Sulit untuk mencerna informasi dan membuatnya tidak mengerti konsep, sulit mengekspresikan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain, atau memori terganggu. Dyslexia dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kasus yang paling umum kita temui pada anak-anak. Ada juga yang jarang didengar, yakni Discalculatia (kesulitan belajar matematika dan segala hal yang berhubungan dengan angka) dan Disgraphia (kesulitan menulis atau memahami teks tertulis).
  4. Gangguan perilaku (Behavioural issues): Anak sulit merespons segala macam peraturan atau pola disiplin. Cenderung terlihat selalu melawan, temperamental dan bahkan merusak.
  5. Kondisi keterbelakangan mental 
  6. Kondisi fisik yang berhubungan dengan bidang medis, misalnya:
  • kelainan jantung
  • mengidap kanker
  • penyakit autoimun
  • cerebral palsy (cedera pada bagian otak yang mengontrol kemampuan untuk menggunakan otot)
  • dwarfisme (tinggi badan di bawah rata-rata anak normal / cebol)
  • cystic fibrosis (mutasi gen yang menyebabkan lendir tebal terbentuk di beberapa bagian tubuh).
  • Spina bifida (tabung tulang belakang yang tidak menutup sempurna dan mempengaruhi saraf).

ABK sering diasosiasikan sebagai anak-anak yang tidak mampu melakukan banyak hal, tidak bisa mencapai tahap perkembangan normal, hanya boleh makan makanan tertentu, dan segala macam keterbatasan lain. Kondisi fisik yang abnormal membuat anak merasa berbeda dengan teman-teman sebayanya dan  sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi mentalnya. 

Tingkat kemampuan yang bisa dicapai dalam aspek sosial, belajar maupun kemampuan bekerja, tergantung pada beberapa hal:

  • Tipe gangguan yang dialami. Kemampuan yang bisa dicapai anak pengidap down syndrome dan yang mengalami spina bifida tentu berbeda.
  • Tingkat keparahan gangguan yang dialami.
  • Intensitas dan efektivitas terapi
  • Tipe kepribadiannya. Ada anak yang tetap percaya diri meskipun kondisinya tidak normal.
  • Jaringan pergaulan sosialnya. Ada anak yang hidup terisolasi dan diasingkan oleh lingkungan, ada yang hidup dalam lingkungan keluarga dan teman-teman yang ‘hangat’.

Penangangan tiap ABK berbeda tergantung tipe atau kategori gangguan yang dialami si anak. Ada ABK yang membutuhkan pemeriksaan medis berkala, ada yang butuh alat bantu, atau harus dirawat di rumah sakit. Anak-anak autis atau hiperaktif membutuhkan pendekatan dan strategi yang berbeda dalam mengajarkan disiplin dan kemandirian. Meskipun penanganan tiap ABK tidak sama, namun satu hal yang sama dan penting diperhatikan oleh setiap keluarga, yakni penerimaan tulus akan kondisi keterbatasan anak.

Anak Berkebutuhan Khusus

Anak-anak dengan label "berkebutuhan khusus" membutuhkan bantuan untuk mencapai standard akademik, hubungan  sosial, kestabilan emosi, dan juga bantuan fisik. Intervensi dini sangat membantu untuk menentukan gangguan perkembangan mana yang perlu dievaluasi. Terapis akan melakukan assessment awal untuk menentukan kategori gangguan sebelum menentukan rangkaian terapi apa yang dibutuhkan si anak. Butuh kesabaran tinggi dalam mendampingi ABK dan pastinya menjadi suatu perjalanan panjang yang menguras energi, emosi dan materi bagi keluarga.

Diharapkan orang tua dapat bekerja sama dengan guru di sekolah maupun dengan terapis dan ikut menjalankan tugas-tugas yang diberikan terapis agar materi pelatihan anak  bisa berkesinambungan dan efektivitasnya lebih baik. Bergabung dengan komunitas atau grup keluarga yang memiliki ABK juga bermanfaat karena dengan sharing informasi dan pengalaman antar keluarga, akan mendapat masukan-masukan sehingga ada persiapan mental menghadapi kendala-kendala yang mungkin timbul dalam menangani ABK.


 

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen