Pernahkah jantung anda tiba-tiba berdegup sangat kencang dengan tempo yang tidak beraturan dan sesak nafas? Nampaknya ada yang tidak beres dengan jantung anda namun setelah diperiksa dan dianalisa oleh dokter, tidak ada masalah dengan jantung. Tidak ada penyumbatan, tidak ada kelainan fisik. Ada apa sebenarnya? Atau anda mungkin baru putus cinta dan patah hati?
Berbicara soal patah hati, yang muncul dalam pikiran kita biasanya suasana yang murung, mengurung diri, diam berkepanjangan, sedih atau menangis. Ternyata patah hati bisa berakibat lebih parah dari sekedar bersedih hati, dapat membuat orang mengalami gejala seperti sakit jantung. Ada kaitan antara depresi, kesehatan mental dan gangguan jantung. Kondisi ini disebut dengan sindrom patah hati. Gejala diawali dengan berkurangnya motivasi, kehilangan nafsu makan, tidak bisa tidur, depresi, bermasalah dengan kulit, malas berolahraga atau melakukan hal rutin lainnya.
Sindrom patah hati (broken heart syndrome) juga dikenal dengan sebutan takotsubo cardiomyopathy, dan pertama kali diidentifikasi 26 tahun yang lalu di Jepang. Pada awal tahun 1990 pernah dilakukan penelitian ilmiah berdasarkan gender di Jepang tentang masalah gangguan jantung yang tidak biasa ini. Istilah takotsubo diambil dari kata ‘tako’ yang dalam bahasa Jepang artinya gurita. Lebih dari 90 persen dari kasus yang dilaporkan terjadi pada wanita dalam rentang usia 58 – 75 tahun. Diperkirakan lima persen dari seluruh kasus serangan jantung pada wanita disebabkan oleh sindrom patah hati ini. Sementara itu ada 6.230 kasus yang sama ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 2012 .
Apa Itu Takotsubo Cardiomyopathy?
Cardiomyopathy dikenal sebagai penyakit jantung lemah yang diakibatkan oleh kondisi otot jantung yang abnormal. Manusia memiliki empat bilik jantung: ventrikel kanan dan kiri, atrium kanan dan kiri. Takotsubo cardiomyopathy adalah pelemahan ventrikel (bilik) sebelah kiri yang bertugas memompa darah keluar dari jantung. Takotsubo cardiomyopathy biasanya diakibatkan oleh kondisi emosional individu yang ‘down’, stres bertumpuk. Itu sebabnya takotsubo disebut juga dengan istilah cardiomyopathy yang dipicu oleh stres. Gejala utamanya adalah sakit di dada (angina) dan sesak nafas (shortness of breath).
Mekanisme
Penyebab pasti takotsubo belum diketahui tapi para ahli mengasumsikan hormon stress menjadi pemicu, jantung ‘kaget’ dan mengakibatkan otot jantung melemah. Wanita paska menopause akan lebih rentan mengalami takotsubo karena berkurangnya level hormon estrogen. Percobaan pada tikus yang indung telurnya telah diangkat, tikus-tikus yang diberi suntikan hormon estrogen, ketika mengalami stes, disfungsi ventrikel kiri lebih rendah daripada tikus yang tidak diberi hormon estrogen.
Dari berbagai laporan disebutkan, kadar noradrenalin meningkat lebih dari 75 persen. Peningkatannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi serangan jantung biasa. Peningkatan kadar noradrenalin yang berlebihan dapat memicu terjadinya spasme (kejang), yakni pengecilan diameter pembuluh nadi jantung atau mikrovaskular sehingga mengganggu pasokan aliran darah ke otot jantung. Hal ini berpotensi menimbulkan kerusakan otot jantung. Selain itu, noradrenalin yang berlebihan juga bersifat toksik.
Beberapa contoh stres pemicu takotsubo cardiomyopathy:
- Kecelakaan
- Kematian mendadak anggota keluarga, orang dekat atau binatang peliharaan
- Menerima berita buruk seperti diagnosis kanker atau penyakit berat lainnya.
- Kehilangan pekerjaan
- Bertengkar hebat dengan orang lain
- Serangan asma
- Tekanan darah menurun drastis
- Stres karena harus presentasi di depan umum
Menurut Jelena Ghadri, MD, peneliti di Departemen Kardiologi University Hospital di Zurich, Swiss, tidak hanya peristiwa sedih yang bisa memicu terjadinya takotsubo, tapi juga peristiwa gembira seperti suasana menjelang pernikahan atau acara penting lainnya, atau bahkan gembira berlebihan karena menang lotere. Jadi apapun peristiwa yang bisa membuat emosi melonjak, berpotensi memicu takotsubo.
Gejala takotsubo sulit dibedakan dengan serangan jantung biasa. Catatan ECG (electrocardiogram) menunjukkan abnormalitas yang sama dengan serangan jantung pada umumnya. Jadi dibutuhkan diagnosis yang lebih detil untuk mendeteksi perbedaannya seperti poin-poin berikut:
- Tidak ada penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri jantung
- Hasil tes darah tidak mengindikasikan adanya kerusakan organ
- Sedikit kenaikan pada cardiac biomarkers (catatan pemantauan fungsi jantung).
- Hasil X-ray dan lain-lain menunjukkan gerakan abnormal pada dinding ventrikel kiri ketika kontraksi ventrikel memompa darah ke dalam arteri (systole).
- Masa pemulihan lebih cepat dibandingkan dengan serangan jantung biasa.
Penanganan yang tidak tepat dan lambat dapat mengakibatkan masalah yang lebih serius dan terkadang fatal. Tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi sindrom patah hati dan biasanya dokter akan memberikan resep obat-obatan untuk gangguan jantung seperti angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, beta blockers atau obat diuretik.
Dr. Harmony Reynolds dari NYU Langone Medical Center menyarankan untuk meningkatkan dan menjaga stabilitas hubungan antara tubuh dengan pikiran. Langkah pencegahan sindrom patah hati bisa dengan melatih diri bermeditasi, latihan nafas ataupun yoga.
Tambah komentar baru