Suami saya mungkin akan kehilangan pekerjaannya. Saya duduk lama malam itu dan tidak bisa tidur. Arus pikiran saya seperti traffic jam dalam otak saya. Macet total. Saya berusaha mengontrolnya. Ya, apa yang harus dikhawatirkan? Kalaupun terjadi, pekerjaan lain masih bisa dicari. Selama badan kami masih sehat, selama otak kami masih jalan, pasti ada yang bisa kami lakukan.
Pertama mungkin saya akan mulai mengetatkan pengeluaran uang. Anak-anak mungkin akan protes kalau kami tidak akan makan di luar lagi. So what? Waktu saya kecil, kami tidak pernah makan di luar. Jangankan makan di luar, ada makanan di meja saja kami sudah bersyukur. Kadang mama tidak punya uang untuk membeli lauk, jadilah kami makan nasi dengan pisang yang waktu itu harganya paling murah. Begitupun mama saya bilang, papanya dulu lebih menderita lagi. Dia datang dari daratan Cina naik kapal ke Indonesia. Sering tidak makan seharian. Mama bilang mereka naik kapal itu berbulan-bulan. Banyak kapal yang tenggelam di laut.
Cina! Alangkah jauhnya dan alangkah lamanya. Kakek beruntung kapalnya selamat dan dia bisa menikah, punya anak dan kemudian anaknya menikah dan melahirkan saya. Lalu kakek itu anak siapa? Tentu anak papa dan mamanya di Cina sana. Yang hidup dalam kesusahan tetapi survive dan punya anak. Lalu nenek moyang mereka? Wah, alangkah panjangnya kalau ditelusuri nenek moyang saya, kemungkinan besar tidak ada catatan lagi tentang itu. Tapi ada satu hal yang pasti, mereka lahir dan survive hingga melahirkan lagi.
Angka kematian bayi dunia pada tahun 1950 adalah 152, artinya dari 1000 kelahiran hidup, hanya 152 bayi yang hidup sampai usia satu tahun. Bandingkan dengan jaman prasejarah yang diperkirakan sekitar 400 – 500. Bandingkan lagi dengan tahun 2001 yaitu hanya 57 bayi yang meninggal di tahun pertama hidupnya.
Saya adalah keturunan para survivors! Kita semua adalah keturunan para survivors! Nenek moyang kita dari segala suku, segala macam pekerjaan. Kata mama saya, papanya dulu tukang jual es, mamanya penjual kue. Papa dari papa saya sinshe, bisa buat ramuan obat dari segala macam tumbuhan yang dia cari di hutan. Dia juga jago silat dan seorang pejuang kemerdekaan. Nenek moyang mama juga ada yang nelayan. Nenek moyang kita mungkin petani, mungkin peternak, mungkin pemburu, mungkin “dokter”, mungkin tukang kayu. Tsk, tsk, tsk…
Kalau nenek moyang saya yang hidupnya sudah pasti jauh lebih susah, sumber daya mereka terbatas, peralatan yang mereka miliki pasti tidak secanggih sekarang, pengetahuan, teknologi, kedokteran, semuanya masih begitu sederhana, bisa survive, bisa menjalin cinta dengan pasangannya, melahirkan keturunan, apa yang saya takutkan?
Joseph Heller, pengarang buku best seller Catch-22 tentang Perang Dunia II menjawab pernyataan seorang anak muda tentang seseorang yang sangat kaya,”Saya memiliki apa yang dia tidak miliki.”
Anak muda : Apakah itu?
Joseph Heller : Cukup
Ya, tinggal dua hari lagi tahun 2014 berakhir, apakah selama ini saya telah memiliki “cukup”? Untuk hari-hari mendatang yang kita tidak bisa ramalkan, kiranya kita memiliki satu hal yang tidak terbeli dengan uang, “CUKUP”.
Referensi : The Decline of Childhood Mortality
Tulisan ini pertama kali muncul di blog Patahtumbuh yang lama pada tanggal 29 Desember 2014.
Tambah komentar baru