Saya baru pulang dari liburan akhir pekan di satu tempat pemandian air panas alami di utara Taiwan. Saya pergi karena liburan ini telah direncanakan sejak beberapa bulan yang lalu dan melibatkan banyak orang. Saya tidak berangkat dengan hati gembira karena anak bungsu saya sedang sakit dan banyak beban pikiran terutama karena peristiwa pemboman beberapa hari yang lalu di Paris, di mana seorang teman dekat tinggal dan seorang teman lagi sedang berlibur di sana pada saat kejadian. Tetapi apa yang saya temukan sesampainya di hotel membuat saya sedikit terhibur.
Bagi orang Jepang, bangau (tsuru) melambangkan panjang umur (bangau diceritakan dapat hidup seribu tahun) dan keberuntungan. Bangau juga dianggap sebagai burung yang indah dan elegan. Tsuru no hito koe (‘sepatah kata dari bangau’) artinya adalah ‘keputusan penguasa’, keputusan akhir yang tidak dapat diganggu-gugat lagi. Selain itu, karena bangau bersifat monogami, ia juga dianggap lambang kesetiaan dalam pernikahan.
Di Cina, selain melambangkan keberuntungan dan panjang usia, bangau juga adalah lambang kegembiraan dan semangat membara, terlihat dari gaya terbang bangau yang gagah melintas angkasa. Lukisan bangau banyak ditemukan pada pakaian dan karya pelukis tradisional. Menurut legenda Cina, bangau itu bak gentlemen yang sopan dan jujur. ‘Pujaan bangau' adalah pujian bagi orang yang dianggap bermoral tinggi, sedang ‘bangau di antara ayam’ berarti orang tersebut memiliki keahlian dan pribadi jauh di atas orang lain di sekitarnya. Bangau adalah burung paling tinggi yang bisa terbang.
Senba zuru (seribu bangau kertas) adalah kebudayaan melipat kertas berbentuk bangau di Jepang yang mereka percayai bisa membuat harapan terkabul karena orang yang melipatnya dianggap telah menunjukkan kesetiaannya dalam menghasilkan seribu buah bangau kertas. Sadako Sasaki yang tinggal dekat jembatan Misasa, Hiroshima, baru berumur dua tahun ketika kota Hiroshima di bom pada Perang Dunia II. Ketika berusia 11 tahun dia didiagnosa menderita penyakit leukemia yang diduga adalah efek dari radiasi bom. Dokter mengatakan umurnya hanya tinggal setahun lagi. Ada beberapa versi cerita. Menurut abangnya, Masahiro Sasaki, selama tinggal di rumah sakit, Sadako berhasil melipat 1300 ekor bangau dengan kertas dari botol obat, bekas bungkus permen, bekas pembungkus kado dan lain lain. Versi lain mengatakan dia hanya berhasil melipat 644 ekor sebelum meninggal. Menurut cerita lain lagi, temannyalah yang membuat bangau dari kertas untuknya dengan harapan Sadako bisa sembuh. Sadako kemudian meninggal dan dia dikubur bersama dengan bangau-bangau kertas ini, tetapi abangnya menyimpan lima buah bangau kertas. Salah satu bangau kertas buatan Sadako dihadiahkan kepada Tribute WTC Visitor Center di New York City.
Tahun 1958, sebuah patung Sadako yang memegang bangau emas dibuka di Hiroshima Peace Memorial Park. Di bagian bawah patung itu ada tulisan : “This is our cry. This is our prayer. Peace in the World.” (Inilah seruan kami. Inilah doa kami. Damai di Bumi). Setiap hari Obon (Hari Peringatan Leluhur), ribuan orang meletakkan bangau kertas di sekitar patung ini.
Tahun 1990, nominator Hadiah Nobel Perdamaian, Dr. Floyd Schmoe, membuat sebuah patung Sadako berukuran asli dan didirikan di Seattle Peace Park, Washington, Amerika. Patung ini dibuka pada tanggal 6 Agustus 1990, 45 tahun setelah Hiroshima di bom. Tanggal ini kemudian dijadikan International Peace Day (Hari Perdamaian Internasional). Orang yang mencintai kedamaian sering meletakkan untaian bangau kertas pada hari ini tetapi orang yang tidak menginginkan kedamaian berusaha merusak patung ini. Akibatnya, patung ini telah diperbaiki dua kali, yaitu pada tahun 2003 dan 2012.
Sekarang orang Jepang melipat bangau kertas sebagai lambang kesehatan, kegembiraan dan kedamaian. Saya pikir, dengan situasi dunia sekarang, sudah saatnya setiap orang hidup ‘melipat bangau kertas' setiap hari untuk mengingatkan diri sendiri pada harapan seorang gadis kecil akan kedamaian dunia.
Add new comment