Tetap Muda di Usia Tua

Umur berapa seseorang dikategorikan tua? Putera bungsu saya, 8 tahun, sering mengatakan begini: “Mama sudah tua sih, makanya jadi pelupa.” Lha, saya belum meniup lilin ulang tahun emas, tapi sudah dikatakan tua. Jelas saya menyangkal dan tidak terima dikatakan tua hanya karena sekali waktu saya mendadak jadi pelupa. Lupa kacamata ditaruh di mana, lupa kalau besok anak harus bawa pianika, lupa ambil laundry, lupa tadi parkir di lot berapa dan macam-macam lupa yang lain.

Tapi sejujurnya, 30 tahun yang lalu ketika masih remaja, saya juga menganggap orang yang berumur 40 tahun ke atas sudah tua. Belum terbayangkan apa yang akan saya lakukan jika kelak berada di usia kepala empat. Waktu terbang bagai angin dan sekarang saya sudah di posisi 40-tahunan tapi koq tidak rela dimasukkan ke dalam kelompok tua? Walahhhhh…

Menurut hasil penelitian, sebagian besar orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun cenderung merasa setidaknya 10 tahun lebih muda dari usia aktualnya. Sepertiga dari yang berusia antara 65 – 74 tahun merasa 10 – 19 tahun lebih muda dan seperenam dari yang berusia 75 tahun merasa 20 tahun lebih muda dari usia sebenarnya. Nah loooo. Jadi kapan orang dikategorikan masuk dalam kelompok tua? Sebagian responden dalam penelitian itu menyebutkan angka 68. Orang disebut tua jika telah menapaki usia 68 tahun. Di Amerika, para senior yang mendapatkan pelayanan diskon manula, menganggap kategori tua itu jika sudah mencapai usia 75 tahun.

Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di kota-kota besar, orang cenderung kurang senang jika dikatakan sudah tua atau lebih parah lagi jika dikomentari terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Orang berlomba-lomba untuk tampil lebih muda dari usia fisiologisnya, awet muda dan tetap gaya. Pada kenyataannya kita memang lebih suka melihat orang yang sudah berumur tapi masih sehat, segar, aktif dan penampilan rapi dan chic.

Apa sih sebenarnya yang membuat orang cemas menghadapi usia tua?

Beberapa teman curhat soal sikap orang tuanya yang makin hari makin ‘aneh’ dan mulai dirasa mengganggu. Ada yang kelakuannya seperti anak kecil, bisa tiba-tiba merengek dan menangis jika tidak dituruti keinginannya, ada yang jadi galak, bawel, makin perfeksionis, semua yang dikerjakan oleh orang lain salah dan dikomentari miring, ada yang jadi manja dan ingin dilayani terus, ada yang jadi curiga orang lain berniat jahat padanya, takut ditinggalkan, semakin pendiam dan mengurung diri di kamar. Tidak mau diajak keluar rumah, tidak mau bertemu dengan orang lain. Setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda sehingga ketika menjadi tua, perilaku juga berbeda satu orang tua dengan yang lain.

Ada beberapa pengamatan, hal-hal yang mungkin menjadikan orang cemas akan bertambahnya usia, antara lain:

1. Usia tua cenderung diindentikkan dengan kondisi tidak berdaya karena fisik yang makin lemah sehingga menghambat aktivitas seperti berkurangnya ketajaman penglihatan, kemunduran pendengaran, daya ingat yang makin menurun, dan reflek yang berkurang. Jadi bukan hanya masalah takut keriput, kulit tidak elastis lagi, massa otot berkurang, metabolisme menurun, tubuh menjadi tambah gemuk, dan sebagainya.
2. Rasa percaya diri berkurang karena kondisi fisik yang menurun menjadikan kita kurang mandiri dan membutuhkan bantuan orang. Hal ini mempengaruhi emosi dan mood seseorang.
3. Takut terisolasi dan kesepian karena anak-anak akan meninggalkan rumah untuk sekolah atau bekerja dan kemudian berumahtangga.
4. Melihat teman yang mulai sakit-sakitan atau mengurus orang tua yang sakit dan akhirnya meninggal, menjadikan kita merasa cemas memasuki usia tua karena takut sakit, takut pada kematian. Kita berusaha untuk tetap ‘muda’. Menurut pengamatan Shetwin Nuland, M.D., seorang dokter bedah, generasi Baby Boomers, yang lahir di rentang tahun 1946 – 1964, memiliki kepedulian besar terhadap usia dan kematian.

Menua

Stephan Rechtschaffen, MD, seorang praktisi pengobatan holistik, menjadi penggerak Omega Institute, semacam aliran baru yang bertujuan membuka pikiran untuk menerima proses dan kondisi menjadi tua sebagai sesuatu yang alamiah. Butuh cara berpikir yang berbeda bahwa menjadi tua itu bukan sesuatu yang menakutkan dan menjadi tua bukan berarti tidak berguna lagi.

Nampaknya pandangan negatif tentang ketakutan menjadi tua, juga dipicu oleh pengaruh persuasi media bahwa cantik itu adalah yang muda, kulit putih, mulus tanpa kerutan, rambut tebal, bentuk tubuh sempurna. Jadi tidak heran jika dalam dua dekade terakhir ini, bisnis kecantikan dari urusan face lift, anti aging cream, totok wajah, laser, sedot lemak, dan lainnya, maju pesat.

Semakin kuat pengingkaran kondisi menjadi tua,  semakin tinggi tingkat stres yang akan timbul dan akhirnya mempengaruhi perilaku sehari-hari. Itu sebabnya ada orang tua yang jadi lebih sensitif, gampang tersinggung, temperamental, mudah menangis atau menjadi lebih pendiam dari biasanya.

Anda tahu Christy Turlington, wanita cantik yang menjadi model produk Calvin Klein sejak 25 tahun yang lalu hingga kini? Saat ini ia berusia 45 tahun, ibu dari dua orang anak, dan baru-baru ini dalam wawancara dengan salah satu majalah mode, ia katakan seperti ini: “Setiap orang koq menjadi takut tua, (tapi) saya tidak ingin terlihat lebih muda dari usia yang sebenarnya. Wajah kita adalah peta kehidupan, semakin banyak (guratan) semakin baik.” Pendapat yang cukup bijaksana menurut saya. Padahal kita tahu, kecantikan adalah modal utamanya dalam bekerja, namun baginya ia tidak harus selalu tampil muda dengan segala macam operasi plastik atau tindakan peremajaan kulit dan tubuh yang berlebihan.

Tips Menikmati Bertambahnya Usia

Menjalani dan menikmati bertambahnya usia secara alami bukan berarti tidak berbuat apapun dan hanya duduk menghitung hari. Dari segi fisik, selalu disarankan untuk menjaga kesehatan agar kondisi tetap prima dengan makan makanan yang bergizi, tidur yang cukup, berolahraga teratur, menjaga kulit dari sengatan matahari. Rajin mengoleskan body lotion untuk menjaga elastisitas kulit, memakai krim tabir surya, krim malam, dan berbagai aturan dasar pemeliharaan wajah dan tubuh.

1. Menjaga penampilan agar tetap terlihat segar, enak dilihat, dan memancarkan semangat hidup.
2. Buat daftar apa yang ingin ada lakukan ketika menginjak usia 50, 60, maupun 70 tahun. Dengan adanya daftar dan target yang ingin dicapai, membuat anda lebih fokus dan bersemangat.
3. Tetap aktif dalam komunitas karena kontak dengan orang lain akan membuat hidup lebih berwarna, menghalau kesepian, merasa diri tetap berguna. Jadi relawan untuk berbagai kegiatan sosial, jadi mentor bagi yang lebih muda dengan berbagi pengalaman dan ilmu. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa tetap aktif dalam kegiatan sosial membuat pikiran tetap sehat dan terasah sehingga mengurangi kondisi cepat lupa. Lagipula, hidup akan terasa lebih berarti jika kita masih dapat membantu dan berbagi.
4. Aktif dalam media sosial meskipun hanya sekedar menyapa atau ikut dalam pembahasan topik tertentu. Kita juga bisa mendapatkan teman-teman baru di media sosial.
5. Kembali menekuni hobi yang dulu sempat terhambat karena kesibukan mengurus keluarga atau mengejar karir, seperti berkebun, menjahit, melukis, kursus bahasa asing, menulis, atau mengikuti kelas tari.
6. Usahakan tetap update dengan berita di koran maupun tv, tentang fashion, musik, gadget, atau berita yang sedang hangat dibicarakan, sehingga nyambung dalam setiap pembicaraan dalam pergaulan.
7. Traveling/plesiran membuat anda menemukan banyak hal baru dan menyegarkan karena bertemu dengan orang baru, situasi baru, mengenal kebudayaan yang berbeda dengan yang biasa kita jumpai.

Kunci utamanya bukan hanya menjaga fisik tetap muda tapi juga pikiran dan hati yang bening. Young at heart. Masih banyak yang bisa dikerjakan seiring dengan bertambahnya usia, membuat kita merasa tetap berguna, selalu optimis dan banyak bersyukur. Jadi daripada menghabiskan banyak uang untuk mengelabui usia dengan tampilan yang ‘terlihat’ muda, lebih baik berkonsentrasi pada peningkatan kualitas diri. Menjadi lebih bijaksana, lebih sabar, lebih rileks meskipun kerutan dan uban sudah menjadi aksesoris tambahan.

Catatan :

Tulisan ini pertama kali muncul di patahtumbuh tanggal 28 Juni 2014

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.

Mungkin banyak yang belum pernah makan umbi bunga lily (bunga bakung). Umbi bunga lily bisa…

Rose Chen

Biasanya saya masak daun labu siam dengan kuah santan. Ribet karena harus menggiling bumbu halus…

Rose Chen

Kami tidak biasa makan nasi waktu sarapan. Biasanya jenis roti atau pancake. Di sini saya…

Rose Chen

Mimisan adalah keluarnya…

Rose Chen

Salah satu fungsi…

Rose Chen

Ini bukan tentang "new normal" jaga jarak, pakai masker, cuci tangan atau yang lainnya dalam…

Rose Chen

Semua virus termasuk virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2 berkembang biak dalam sel hidup dengan…

Rose Chen

Beberapa hari yang lalu seorang sahabat bertanya, apakah Ivermectin bisa dipakai untuk terapi…

Rose Chen

Catatan: Tulisan ini sebenarnya adalah jawaban saya kepada teman yang bertanya melalui…

Rose Chen