Pemerasan Emosional dan Bunuh Diri (Bagian I)

If I die young bury me in satin
Lay me down on a bed of roses
Sink me in the river at dawn
Send me away with the words of a love song

Autoplay di YouTube memperdengarkan lagu If I Die Young, lagu country yang pertama kali dirilis tahun 2010. Lirik lagu ini mengingatkan saya pada dua hal, pemerasan emosional dan bunuh diri. 

Seorang mahasiswa yatim, anak tunggal, minta izin keluar belajar dan dilanjutkan makan malam bersama temannya. Ibunya menjawab, “Ya sudah kalau memang sudah janji. Pergilah, toh kamu sudah besar, sudah banyak teman. Toh Mama hampir tiap hari makan sendirian, sudah biasa.” Si mahasiswa jadi tak enak hati. Selama belajar dia tidak bisa tenang dan akhirnya memutuskan tidak jadi makan bersama temannya. Kejadian seperti ini berlangsung hingga dia tamat kuliah dan bekerja. Hingga usia 40 tahun, pemuda ini tidak punya pacar karena merasa bersalah jika tidak menemani ibunya yang selalu mengungkit bagaimana susahnya dia membesarkan dan menyekolahkannya seorang diri.

Seorang lelaki menelefon istrinya yang telah menginap di rumah orangtuanya selama beberapa hari setelah mereka bertengkar hebat, “Jika kamu tidak di rumah waktu saya pulang kerja nanti malam, saya akan bunuh diri.” Si istri merasa takut kalau bapak anaknya itu benar-benar bunuh diri, takut berdosa bila tidak menurut pada suami. Akhirnya dia pulang dan harus meneruskan hidup menanggung derita bersama seorang narsis pemarah dan ringan tangan.

Ucapan si ibu mahasiswa tadi dan lelaki itu adalah contoh pemerasan emosional (Emotional Blackmail). Susan Forward pertama kali menggunakan istilah ini pada tahun 2004. Menurut Susan, pemerasan emosional adalah satu bentuk manipulasi psikologis dengan tujuan orang yang diperas akan melaksanakan apa yang diinginkan oleh pelaku pemerasan emosional.

Pemerasan emosional (PE) sering dilakukan oleh teman, pasangan, majikan, pegawai, murid, guru, orangtua kepada anaknya dan sebaliknya; atau mungkin kita sendiri pelaku PE.

Pelaku PE menggunakan taktik fear-obligation-guilt (FOG) yaitu ketakutan-kewajiban-rasa bersalah. Seorang ibu yang tidak setuju dengan pilihan pasangan anaknya berkata, “Kalau kamu teruskan berpacaran dengan orang itu, Mama akan bunuh diri.” Anaknya akan merasa ketakutan, takut ibunya marah, takut ibunya betul-betul bunuh diri. Dia merasa sebagai anak, dia wajib patuh kepada ibunya, dan dia merasa bersalah telah membuat ibunya sedih kalau dia meneruskan hubungan dengan pacarnya.

Pemerasan Emosional

Biasanya pemerasan emosional berlangsung dalam beberapa tahap:

1. Pelaku mengajukan permintaan
Contoh: Bisakah kamu tolong buatkan laporan percobaan kita untuk kasus ini? Hanya kamu yang betul-betul bisa saya percaya.

2. Korban menolak 
Contoh: Aduh, malam ini saya tidak bisa pulang telat. Saya sudah janji membawa ibu ke rumah temannya.

3. Pelaku menuduh/mengancam 
Contoh: Ternyata kamu tidak serajin yang saya pikir. 

4. Korban merasa tertekan
Berpikir: Salahkah aku gak mau nolong? Kayaknya dia butuh sekali.

5. Pelaku mengulangi permohonan
Contoh: Tolonglah, kamu tahu aku bodoh dalam hal menyusun kalimat. Laporanku pasti amburadul.

6. Korban  menyerah
Berpikir: Aih, apa salahnya menolong teman, toh Mama terlambat sebentar ke rumah temannya tidak menjadi masalah

Pemudi yang dilarang pacaran oleh ibunya akhirnya tertolong dari percobaan bunuh diri. Ketika ditanya mengapa nekad mau menghabisi nyawa sendiri, dia menjawab, “Saya tidak ingin memutuskan hubungan dengan pacar saya. Dia orang yang sangat baik dan mengerti saya. Tapi kalau saya teruskan hubungan dengannya, Mama akan bunuh diri. Dia selalu bilang ini demi kebaikan saya sendiri. Mama ingin saya mendapat suami yang mampu menjaga saya, memberi kepastian masa depan yang baik. Daripada saya menyebabkan ibu saya mati, lebih baik saya yang mati.” 

Pemerasan emosional yang sering terjadi membuat suasana hati muram. Hati yang tidak gembira menyebabkan:

1. Perasaan tertekan dan motivasi untuk bereaksi terhadap tekanan itu berkurang.
2. Otak kehilangan daya tahan terhadap tekanan , kemampuan belajar dan daya ingat menurun.
3. Harga diri pupus
4. Diserang perasaan bersalah
5. Kehilangan rasa aman

Halaman berikut: Mengenal dan melepaskan diri dari jeratan PE.

Comments

Permalink

Tanpa sadar, kita mungkin pernah melakukan PE. Ilustrasi di atas sepertinya pernah saya tonton di film mandarin, kesamaan temanya.

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.

Mungkin Januari bukan bulan yang baik untuk berlibur ke Bali, apalagi jika tujuan pertama adalah…

Rose Chen

Air Terjun Shifen 

Rose Chen

Kuil ini terletak di distrik Zhungli, kota Taoyuan. Tempat ibadah seperti ini ada di setiap…

Rose Chen