Pemerasan Emosional dan Bunuh Diri (Bagian II)

Halaman sebelumnya : Pemerasan Emosional dan Bunuh Diri (Bagian I)

Kata orang bijak, sebelum mampu menolong orang lain, kita harus mampu menjaga kesehatan  dan kewarasan diri sendiri. Untuk itu, kita perlu mengenal tanda-tanda pemerasan emosional untuk menghindarinya.

Bila anda sering berpikir seperti daftar di bawah ini, berarti anda adalah target gampang dari pelaku pemerasan emosional.

1. Alangkah keterlaluannya aku jika tidak bersedia membantu saat orang yang penting bagiku minta tolong.
2. Malas aku berdebat dengannya. Kulakukan saja apa yang dia mau, biar masalah segera selesai.
3. Kalau tidak kupinjamkan, pasti dia pikir aku pelit. Aku kan bukan orang pelit.
4. Aku gak suka dicurigai. Harus kubuktikan padanya, aku bukan orang seperti itu.
5. Dia sudah buka mulut minta tolong, aku harus membantunya. Tidak ada hal yang tidak bisa kulakukan. 
6. Aku harus mendahulukan dia. Dia hanya seorang perempuan tua yang lemah.
7. Aku tidak suka konflik, aku pecinta damai. Daripada ribut, lebih baik aku mengalah.
8. Kalau aku tidak menolongnya, dia pasti marah.
9. Kalau aku tidak menuruti kehendaknya, dia bisa mati.
10. Aku harus jadi orang baik, tidak perlu bertengkar dengan orang lain. Kulakukan saja semaksimal mungkin. 

Dusta

Teman saya bertanya di grup medsos ibu-ibu, “Pasangan A telah beberapa kali mengundang saya dan suami untuk makan malam bersama pasangan B. Tetapi selalu kami tolak. Ini dia undang lagi, saya tidak tahu mau pakai alasan apa untuk menolak kali ini. Saya tidak keberatan makan malam bersama mereka karena saya dan Ibu A berteman baik. Tapi suami saya tidak suka pada Bapak B. Sudah berkali-kali saya mohon suami untuk pergi sekali saja, dia tetap tidak mau. Alasannya, dia tidak suka karena Bapak B sepertinya naksir saya.” Beberapa teman lain mengajukan pertanyaan. Intinya dia merasa tidak enak untuk menolak karena pasangan B adalah orang cukup terpandang di lingkungan mereka. Anak-anak mereka berteman baik. Dia tidak ingin ada yang jadi sakit hati… Bla… bla… bla… Anda bisa melihat pola “pemerasan emosional” di kisah ini? Begitu sulitnya kah mengatakan ‘tidak’?

Bentuk lain dari pemerasan emosional yang terselubung:

- Kamu terlalu boros menggunakan tissue, kamu tahu berapa banyak penggunaan tissue di negara ini dalam satu tahun? Kamu tahu berapa banyak pohon ditebang untuk itu?

- Masih ada sisa nasi di piringmu, habiskanlah. Kamu tahu gak berapa banyak orang yang tidak mampu sehari makan tiga kali, berapa banyak orang yang kelaparan di dunia ini.

- Untuk setiap vegetarian baru, berkurang sengsara seratus ekor ikan, sepuluh ekor ayam…

Dalam kebudayaan kita, kita sering merasa terpaksa melakukan sesuatu hal untuk mendapatkan pengakuan, rasa sayang, dan rasa hormat dari orang lain. Kita tidak ingin dikatakan tidak punya empati, pelit, tidak patuh, tidak setia. Kita dididik untuk berpikir:

- Menantu harus patuh kepada mertua
- Orang baru harus mengalah pada pegawai lama
- Sebagai orang beragama, harus selalu siap membantu teman
- Seorang istri harus mengerjakan pekerjaan rumah
- Anak harus berbakti kepada orangtuanya
- dan lain-lain

Kita tidak dididik untuk membuat batasan. Akibatnya, kita sering mengorbankan kepentingan diri sendiri karena merasa takut atau  merasa itu adalah kewajiban dan kita bersalah jika tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang lain. Sebaiknya kita tidak menyerah kepada kehendak orang lain, tetapi memilih untuk hidup dengan peraturan kita sendiri, berbuat baik kepada orang lain tanpa melupakan kesejahteraan diri sendiri. Kita berhak berpikir beda tanpa merendahkan orang lain. Jika diminta melakukan hal yang anda tidak ingin lakukan, anda bisa menjawab, "Saya tidak merasa pasti bisa melakukan hal itu, biarkan saya berpikir dulu beberapa hari." Jika tetap dikejar dan anda tetap tidak mau, jawablah dengan, "Saya ingin membantu anda, tapi bukan dengan cara seperti itu. Maaf, melakukan hal itu bertentangan dengan prinsip saya."

Halaman berikut: Menunjukkan empati

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.

Recretional Vehicle (RV) adalah kendaraan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa…

Rose Chen

Aktris Dian Sastrowardoyo berbicara blak-blakan tentang putera sulungnya yang didiagnosis autis…

Lilian Gunawan

Saya pernah menulis mengenai ramalan pengarang dan sejarawan Amerika Serikat, Jared Diamond…

Rose Chen

Baik format JPG mau pun PNG merupakan format file untuk gambar atau…

Aldus Tolvias

Saya ke Manila memenuhi undangan untuk suatu acara. Berhubung waktu terbatas dan tidak mau…

Lilian Gunawan

Foto oleh Clement Tanaka

Lilian Gunawan

Liburan musim panas di bulan Juni 2019, kami memutuskan untuk  trekking ke gunung yang sering…

Lilian Gunawan

Catatan: Tulisan ini pertama muncul di dinding Facebook Penulis pada tanggal 5 Juli 2019. …

Rose Chen

FaceApp adalah aplikasi mobile yang tersedia baik di iOS maupun Android yang dikembangkan oleh…

Aldus Tolvias