Kualitas Hidup

Kemarin saya mengunjungi seorang teman lansia yang menderita pneumonia (radang paru-paru) dan harus masuk ruang ICU (Intensive Care Unit), di Taoyuan, Taiwan. Beliau dirawat di sebuah rumah sakit kecil yang mempunyai hubungan kerja sama dengan rumah jompo tempat beliau tinggal selama hampir setahun terakhir ini. Saya meragukan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit kecil yang kelihatan jelek dan tua setua pasien-pasien di dalamnya itu, tetapi menurut suami saya, “Walaupun bangunannya kelihatan jelek dan tua, tapi kualitasnya tidak kalah dengan rumah sakit baru yang tampak megah. Kualitas pelayanan kesehatan lebih penting dari bangunan megah.”

*

Ada satu penjual sayur langganan saya di pasar tradisional, katakanlah namanya X. Saya jarang sekali menanyakan harga sayur kepada penjual. Biasanya saya pilih yang saya mau, penjual menimbang, dan memberitahu harganya. Pertama kali saya berbelanja di tempatnya adalah waktu saya membeli timun. Dia terangkan kepada saya bahwa timun yang dia jual sangat enak, “timun israel” yang bisa dimakan begitu saja sebagai snack atau dibuat jadi acar. Suaranya lembut, mengalun seperti sedang bernyanyi. Sejak itu saya selalu berbelanja di tempat dia. 
Selain timun, dia juga menjual banyak jenis sayuran lain. Saya selalu membawakan kantong-kantong plastik belanjaan yang sudah saya lipat rapi untuk dia. Dia akan berterimakasih dan sebagai imbalannya, dia akan memberi saya sebuah wortel, atau dua batang daun bawang prei, atau apa saja yang lagi ada. Saya menolak, tapi dia selalu bersikeras memasukkan hadiahnya ke dalam tas belanjaan saya. 
 

Timun


Pagi ini saya berbelanja ke pasar tradisional dan seperti biasa, saya singgah di tempatnya. Saya sedang memilih-milih jagung ketika dia membisiki saya, “Nenek di sebelah itu memarahi saya. Katanya saya menjual sayur labu terlalu murah. Dia maunya saya menjual seperti harga jual dia, yaitu NTD40. Saya katakan kepadanya, saya jual seharga NTD35 sudah mendapat untung, mengapa saya harus jual lebih mahal?” 
Karena dibisiki begitu, saya jadi memperhatikan nenek yang di sebelah sana. Kebetulan ada seorang pembeli yang sedang menawar labu. Nenek itu dengan nada kesal menjawab bahwa labu itu sangat besar dan harga itu sudah sangat murah. Dia berbicara dengan ketus dan merepet berkepanjangan. Pembeli itu meninggalkan dia. 
Di tempat X, pembeli terus berdatangan. Tidak ada yang menawar. Ada seorang kakek tua yang membeli cabai setan cukup banyak. X memperingatkan si kakek bahwa cabai itu sangat pedas, masih dengan suara yang merdu dan mendayu-dayu. Si kakek ketawa-ketawa saja. Saya menduga bahwa yang berbelanja di tempat X adalah orang-orang yang sudah kenal dengan sifatnya dan tidak merasa perlu untuk menawar lagi. Iseng-iseng saya tanyakan harga timun yang saya beli untuk membandingkan apakah memang dia menjual sayur dengan harga lebih murah dari yang lain? Ternyata memang timun dia lebih murah. Saya tahu setelah bertanya kepada penjual timun lain. Tetapi harga yang murah itu bukan penyebab saya berbelanja di tempatnya. Saya pikir, pembeli-pembeli lain yang tidak menawar itu, juga berbelanja di tempat X bukan karena harganya, tetapi karena kualitas dagangan dan pelayanannya. 
Tapi saya jadi berpikir, mengapa X puas hanya dengan sedikit keuntungan? Saya membayangkan dia sebagai orang yang sederhana, yang mudah merasa puas. Hal-hal kecil membuatnya gembira. Dia pasti tidak iri dengan kekayaan orang lain atau merasa dia harus memakai pakaian mahal, bersepatu mahal, dan bermobil mewah. Dia cukup gembira bila pembeli menyukai dagangannya. Dagangannya cepat habis dan dia bisa lebih cepat pulang. Kualitas hidupnya pasti sangat baik. Seperti baiknya kualitas rumah sakit kecil dan tua yang tidak mementingkan bangunan baru dan mewah.

Catatan: Tulisan ini pertama muncul sebagai status di akun Facebook penulis pada tanggal 24 April 2019.

Comments

Permalink

Terima kasih Kak Rose. Pelajaran berharga buat saya, sebagai seorang yg masih bekerja si satu hotel kecil dan tergolong tua. "SDM yg ramah dan peduli terhadap tamu menjadi focus kami".

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.

Mungkin banyak yang belum pernah makan umbi bunga lily (bunga bakung). Umbi bunga lily bisa…

Rose Chen

Biasanya saya masak daun labu siam dengan kuah santan. Ribet karena harus menggiling bumbu halus…

Rose Chen

Kami tidak biasa makan nasi waktu sarapan. Biasanya jenis roti atau pancake. Di sini saya…

Rose Chen

Mimisan adalah keluarnya…

Rose Chen

Salah satu fungsi…

Rose Chen

Ini bukan tentang "new normal" jaga jarak, pakai masker, cuci tangan atau yang lainnya dalam…

Rose Chen

Semua virus termasuk virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2 berkembang biak dalam sel hidup dengan…

Rose Chen

Beberapa hari yang lalu seorang sahabat bertanya, apakah Ivermectin bisa dipakai untuk terapi…

Rose Chen

Catatan: Tulisan ini sebenarnya adalah jawaban saya kepada teman yang bertanya melalui…

Rose Chen