Saya diperkenalkan pada Bāmonto Karē oleh adik saya yang pernah kuliah di Jepang pada awal tahun 90-an.
Menurut sejarawan makanan Morieda Takashi (1989), nasi kari dan ramen adalah dua jenis makanan nasional Jepang. Tahun 80-an, nasi kari adalah makanan favorit di Jepang.
Kari pertama masuk ke Jepang via Inggris dalam bentuk bubuk kari pada tahun 1880-an; karena itu menurut mereka, kari adalah makanan Barat, bukan India (Asia). Apalagi karena tiga dari bahan utama kari - kentang, wortel dan bawang bombay harus diimpor dari Barat pada masa itu. Tahun 1970-an merek bumbu kari paling terkenal adalah Hausu Bāmonto Karē. (House)
Walaupun sekarang anak-anak Jepang mungkin lebih suka makan hamburger atau pizza, tapi nasi kari tetap disukai. Di Taiwan, bumbu Hausu Bāmonto Karē dijual di mana-mana bahkan di convenient stores seperti 7-Eleven. Nasi Kari yang sudah matang dikemas dalam paket kedap udara dapat dengan mudah ditemukan di bagian makanan beku.
Saya memang paling suka bumbu merek House, tapi yang dari merek lain tentu bisa dipakai juga.
Bahan:
1 kentang (kira-kira 150 g), potong dadu, rendam air selama 15 menit, tiriskan.
1 wortel (kira-kira 130 g), potong dadu.
1 bawang bombay, potong dadu.
500 g daging (ayam, babi, sapi), potong dadu.
1/2 sdt garam
sedikit merica
2 sdm terigu
15 g mentega
3 sdm minyak zaitun
1 liter air
125 g bumbu kari (1/2 kotak bumbu Bāmonto Karē)
Cara:
- Daging yang telah dipotong-potong dicampur rata dengan garam, merica dan terigu.
- Lumerkan mentega di wajan anti lengket, Masukkan daging dan penuhi permukaan wajan. setelah kecoklatan, balik. Setelah kedua sisi kecoklatan, angkat.
- Tumis bawang bombay dengan minyak zaitun hingga layu, masukkan wortel, kentang dan daging (kalau saya pakai daging ayam, saya masukkan setelah wortel hampir lembut, karena daging ayam di sini tak perlu lama dimasak).
- Tuangkan air. Setelah air mendidih, masak dengan api kecil hingga semua matang.
- Masukkan bumbu kari, aduk rata. Biarkan mendidih sebentar, kalau terasa terlalu kental, tambahkan air.
- Angkat, hidangkan selagi panas.
Catatan: Kalau dingin, kuahnya akan semakin mengental.
Catatan:
Perbedaan warna kedua gambar adalah karena bumbu yang dipakai memang lain. Yang lebih gelap, lebih pedas, walau bagi lidah orang Indonesia, tidak terasa pedas sama sekali.
Add new comment