“If you can’t feed a hundred people, then just feed one.” Mother Teresa
Kutipan sederhana tapi punya arti yang dalam dan menyentil. Tidak jarang kita mendengar orang berkata: “Ntar kalo aku kaya, baru bisa ikutan nyumbang” atau “Maaf ya, aku lagi banyak keperluan pribadi juga. Ga bisa ikut urunan.” Saya selalu tersenyum mendengar komentar seperti itu setiap kali ada urusan pengumpulan uang duka, bantuan pengobatan atau bantuan menebus ijazah anak pegawai bagian bersih-bersih di kantor dan lainnya.
Menurut saya, jika merasa berat membantu dalam bentuk materi, kita bisa membantu dengan cara lain. Menawarkan bantuan tenaga mengurus administrasi atau pernak-pernik, menjadi seksi sibuk dalam suatu kegiatan, membantu mengorganisir pengumpulan dana, meluangkan waktu mendengarkan curhat, bergantian menjaga anak teman yang sedang opname di rumah sakit, bantu berbelanja.
Mungkin anda pernah menonton film “Pay It Forward” yang diangkat dari novel dengan judul yang sama, ditulis oleh Catherine Ryan Hyde. Kisah tentang seorang anak laki-laki yang berbuat tiga kebaikan pada orang lain dan meminta orang yang dibantunya itu meneruskan tiga perbuatan baik pada orang lain, dan seterusnya. Perbuatan sederhana saja seperti membantu anak-anak atau orang tua menyeberang di jalan yang ramai, membantu membawakan kantong belanja orang lain, menahan pintu untuk orang lain ketika masuk ke suatu tempat, membantu menjelaskan arah jalan, berbagi payung dengan yang kehujanan atau sekedar mengucapkan terima kasih kepada supir taksi atau supir bus yang kita tumpangi.
Tahun 2007, Blake Beattie membentuk suatu komunitas di Australia, yang disebut Pay it Forward. Komunitas ini makin besar dan sekarang punya banyak anggota di lebih dari 52 negara di seluruh dunia.
Perbuatan sederhana seperti ini mungkin tidak berarti bagi yang melakukan karena kita cenderung akan melupakan, namun tidak demikian bagi yang menerima. Sekali waktu dalam antrian panjang di kasir supermarket, saya hanya membeli sedikit barang, berdiri antri sambil menggendong anak, dipersilahkan memotong antrian oleh beberapa orang di depan saya. Menghemat waktu beberapa menit dalam antrian, sangat berarti buat saya. Atau ketika hujan deras dan saya tidak dapat lokasi parkir di sekolah, ada yang memayungi anak saya, mengantarkan sampai ke mobil dan membukakan pintu untuknya.
Perbuatan membantu orang lain disebut altruism. Dr. Larry Dossey dalam bukunya Meaning & Medicine (Bantam Books, 1991) mengatakan altruism itu seperti obat ajaib. Efek positif dari berbuat kebaikan berdampak pada kesehatan karena dapat meningkatkan energi, mengurangi stres dan rasa sakit, rasa damai di hati, sistem cardiovascular juga jadi lebih sehat. Dengan kata lain, ketika kita berbuat kebaikan pada orang lain, kita maupun orang yang menerimanya akan memperoleh manfaat positifnya, seperti:
- Membuat kita lebih bahagia. Dari sisi spiritual, berbuat baik adalah satu keharusan. Dari sisi biokimia, rasa bahagia yang kita rasakan ketika berbuat baik adalah disebabkan meningkatnya level dopamine di otak.
- Hati lebih sehat karena kehangatan emosional yang timbul akan mendongkrak produksi hormon oxytocin di otak. Oxytocin melepaskan nitric oxide dalam pembuluh darah sehingga pembuluh darah melebar. Tekanan darah menjadi berkurang, itu sebabnya oxytocin disebut sebagai pelindung jantung.
- Memperlambat penuaan karena oxytocin menurunkan level radikal bebas dan peradangan dalam sistem cardiovascular. Kedua unsur inilah yang menjadi biang keladi percepatan penuaan dari sisi biokimia tubuh. Dalam beberapa jurnal penelitian disebutkan ada hubungan yang kuat antara rasa bahagia dengan aktivitas saraf vagus (vagus nerve). Vagus nerve selain mengatur detak jantung, juga mengontrol peradangan pada tubuh manusia. Sering disebut dengan inflammatory reflex.
- Hubungan interpersonal menjadi lebih baik. Ini jelas, karena kita selalu suka pada orang yang baik dan suka menolong. Berbuat kebaikan mengurangi ‘jarak’ antara kita dengan orang lain, merasa lebih dekat (bonded). Semakin kuat ikatan emosional dengan orang lain, semakin tinggi tingkat survival kita
- Kebaikan itu bisa menular. Ketika kita berbuat kebaikan pada orang lain, orang itu akan tergerak untuk berbuat baik juga pada temannya.
Banyak contoh kecil dan sederhana untuk berbuat kebaikan yang dapat dilakukan dalam keseharian, dari mengunjungi tetangga yang sudah tua, terlebih yang tinggal sendiri, menahan pintu untuk orang lain di belakang kita ketika memasuki ruangan, mengekspresikan pujian/apresiasi, memberi tumpangan kendaraan dan lain sebagainya. Tidak perlu hanya terpaku pada masalah materi atau apa nanti pandangan orang terhadap kita jika melakukan hal-hal tersebut terlebih pada orang yang tidak kita kenal. Mari kita mulai dari diri sendiri karena kebaikan itu akan menular.
Catatan : Tulisan ini pertama muncul di blog patahtumbuh yang lama tanggal 29 Desember 2014
Tambah komentar baru