MLC (Mid Life Crisis) selalu terjadi dalam konteks hubungan interpersonal, terlepas dari kapan terjadinya dan bagaimana bentuk hubungan anda dengan pasangan. Suatu saat bisa jadi anda dan pasangan akan tiba pada kondisi yang membingungkan ketika tiba-tiba terjadi perubahan sikap yang ekstrim sehingga mengganggu kenyamanan hubungan. Jadi sebaiknya MLC dihadapi bersama agar anda berdua tiba bersamaan pada ‘tempat yang baru’ dan dalam kondisi hubungan yang lebih sehat dengan kepribadian yang lebih matang.
Tahapan MLC
Pria dan wanita mengalami tahapan yang relatif sama pada saat MLC. Umumnya MLC pada pria berkaitan dengan urusan pekerjaan atau pernikahan. Sedangkan pada wanita, berkaitan dengan kesehatan, keluarga, kematian dan pernikahan.
Jim Conway membagi MLC dalam 6 tahapan:
1. Denial (Penolakan): Tidak bisa menerima kondisi seperti perubahan fisik atau anak-anak yang beranjak dewasa. Seperti cerita teman saya beberapa waktu yang lalu, pada seminar umum pengelolaan finansial, ada peserta paruh baya yang hadir dengan rok mini, dandanan menor dan aksesoris yang heboh. Ada juga individu yang tetap menganggap dan memperlakukan anak-anak remajanya sama seperti ketika mereka masih balita. Perubahan sikap pada tahap ini belum terlalu menonjol karena individu masih berusaha untuk menutup-nutupi. Ia akan tetap mengatakan: Aku baik-baik saja koq, ketika pasangan atau orang lain merasa ada sikapnya yang mulai terlihat janggal. Tahapan ini akan berlangsung 1-6 bulan.
2. Anger (Marah): Karena merasa terkungkung dalam kondisi penolakan, emosi mulai sulit untuk dikendalikan dan bisa tiba-tiba marah atau ‘meledak’. Merasa kesal pada anak-anak, pasangan, atau bawahan di kantor. Mulai timbul rasa bosan dan merasa ada yang tidak beres dengan lingkungan. Menyalahkan orang lain, mulai mengkritik banyak hal, sering terlihat gelisah, merasa tidak nyaman. Kondisi seperti ini bisa berlangsung selama 3 – 6 bulan.
3. Replay (Mengulang Kembali): Masih terus menyalahkan orang lain dan menganggap semua sumber ketidaknyamanan berasal dari luar dirinya, khususnya dari pasangannya. Individu merasa selama ini sudah mengurus dan melayani pasangan atau anak-anak dengan sebaik mungkin dan ini saat bagi dirinya bersenang-senang dan lepas dari kewajiban-kewajiban atau rutinitas . Pada tahap ini biasanya individu mulai mencari kesenangan baru, seperti kecanduan alkohol, obat-obatan, memulai affair, bersikap ‘aneh’ seperti melakukan hal yang bertolak belakang dengan perilaku sehari-hari. Masa replay bisa berlangsung hingga 2 tahun. Banyak hubungan yang rusak hingga terjadi perceraian pada fase ini jika individu dan pasangannya tidak mengerti dan tidak tahan dengan segala perubahan sikap yang ekstrim. Dari pengakuan orang-orang yang tergabung dalam MLC Forum (yang memiliki pasangan MLC), banyak yang menyerah dan akhirnya meninggalkan pasangannya pada fase ini.
4. Depression (Depresi): Merasa jarak dengan orang lain semakin jauh, takut dan tidak berdaya. Mulai mengurung diri dan menutup semua pintu interaksi dan sangat tidak nyaman ketika ada yang mulai membahas perilaku anehnya. Biasanya pada tahap ini perubahan fisik akan memperburuk situasi. Hormon menjadi kacau. Timbul keinginan untuk bunuh diri. Mudah menangis, sering duduk sendiri dengan tatapan kosong, takut kegelapan, insomnia, menjadi pelupa, tidak mau bicara apapun. Yang mereka inginkan hanyalah menyendiri, tidak mau diganggu, ingin masuk ke lorong yang dalam dan gelap. Sendiri. Tahap ini berlangsung 2 – 6 bulan tergantung dari tingkat depresi yang dialami.
5. Withdrawal (Menarik Diri): Merupakan kelanjutan dari tahap depresi dan individu tidak tahu bagaimana harus keluar dari kondisi depresi. Semakin terpuruk. Merasa hidup tidak berguna lagi dan menarik diri dari lingkungan. Pada tahap ini, tidak akan ada orang yang mampu berkomunikasi dengannya, bahkan pasangan atau anak-anaknya sendiri. Jadi lebih baik biarkan saja mereka masuk ke dalam ‘gua’. Masih ada rasa marah dan depresi pada dirinya sendiri. Individu akan keluar dari ‘gua’ saat mereka merasa siap untuk kembali (ke lingkungan). Keinginan untuk keluar dari ‘gua’ harus berasal dari dirinya sendiri, bukan dari luar diri. Tahap ini bisa berlangsung 3 – 12 bulan.
6. Acceptance (Penerimaan Diri): Akhirnya individu akan tiba pada tahap menerima apa yang terjadi pada dirinya tanpa penyesalan apapun. Mereka akan menjadi lebih bijaksana, berpikiran luas, lebih optimistis dan siap melangkah. Hidupnya akan lebih damai dan tenang.
Tidak ada pola yang sama bagi setiap individu yang mengalami MLC. Ada yang melewati tiap tahap dengan baik, ada yang stagnan, ada yang maju mundur pada tahap tertentu. Sebenarnya, setiap krisis merupakan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mengalami perubahan internal dalam diri, bisa saja menimbulkan reaksi negatif atau positif, tergantung dari bagaimana kemampuan tiap orang memaknai perubahan sikapnya. Pasangan adalah orang yang paling merasakan dampak perubahan sikap jika individu mengalami MLC.
Apa yang sebaiknya dilakukan jika pasangan anda mengalami MLC karena anda tidak ingin ikut larut dalam pusarannya dan ketidaknyamanan suasana?
Tips Hidup Aman Bersama Pasangan MLC
– Fokus pada diri sendiri dan anak-anak (jika punya anak) : Tidak perlu menghabiskan waktu memikirkan bagaimana mengontrol atau merubah sikap pasangan yang mengalami MLC. Cari kesibukan baru yang membuat anda tidak harus selalu berhubungan dengan pasangan. Jika suasana di rumah memanas dan tidak kondusif, sebaiknya melakukan hobi atau kegiatan lainnya di luar rumah, seperti bermain badminton dengan teman, aktif di organisasi, ikut kegiatan kerohanian atau menjadi sukarelawan dalamkegiatan sosial. Ajak anak-anak anda turut serta. Jangan biarkan diri dan anak-anak menjadi korban pelampiasan emosi pasangan yang sedang mengalami MLC.
– Buat batasan jelas dengan pasangan. Jika pasangan punya affair dengan orang lain, katakan terus terang bahwa anda tahu soal affair-nya namun anda tidak ingin tahu detilnya dan apapun yang berhubungan dengan orang ketiga tersebut. Jauhkan diri anda dari hubungan cinta segitiga yang akan membuat konflik semakin keruh. Biarkan pasangan menyelesaikannya sendiri.
– Kendalikan amarah atau emosi negatif anda dengan cara yang sehat. Jika amarah sedang memuncak, pergi keluar rumah atau bergabunglah dengan kelas kick boxing, lempar batu sebanyak mungkin ke danau atau sungai, tinju kantong pasir sampai semua emosi negatif tersalurkan. Tidak ada gunanya anda adu argumen dengan suara tinggi, menangis meraung-raung, menyalahkan pasangan dan lain sebagainya. Orang yang sedang mengalami MLC tidak akan mengerti dan tidak bisa menerima pembelaan diri anda. Sia-sia saja.
– Jangan memulai percakapan damai atau gencatan senjata dengan pasangan. Meskipun awalnya anda adalah pasangan yang fenomenal dan terkenal sangat mesra dan selalu membahas masalah secara terbuka, namun pada saat MLC, semua hal akan berubah 180 derajat. Pasangan anda tidak akan tertarik untuk membahas apa yang sedang ia alami saat ini. Anda dipandang sebagai orang yang menjadi sumber masalahnya. Semakin anda berusaha untuk berdamai, ia akan semakin menjauh dan menutup diri atau bahkan semakin benci pada anda. Semuanya akan menjadi super misterius dan anda tidak perlu ikut bingung. Biarkan saja semua berjalan secara alami. Pasangan akan mulai menyapa anda jika ia sendiri merasa sudah siap untuk bicara dan kembali berinteraksi dengan anda.
– Jadilah pendengar yang baik. Ketika pasangan anda memulai percakapan, dengarkan dengan baik, tidak perlu memberikan penilaian atau menghakimi. Dalam fase MLC, pasangan hanya butuh untuk didengarkan. Tidak usah memberi komentar atau nasihat meskipun apa yang disampaikan pasangan membuat kepala anda pusing tujuh keliling atau perasaan anda campur aduk tidak karuan. Dengarkan saja.
– Cari terapi. Pasangan yang mengalami MLC tidak butuh terapi, justru andalah yang butuh. Pergilah dan bicaralah dengan terapis yang bisa membuat anda lebih mengerti apa yang terjadi dengan sikap pasangan yang serba aneh dan tidak seperti orang yang selama ini anda kenal. Keluarga dan teman adalah pendukung yang baik di saat anda merasa kebingungan dengan sikap pasangan. Ungkapkan semua uneg-uneg dan anda akan merasa lebih lega setelah sharing.
– Ambil keputusan yang terbaik bagi anda. Jika pasangan larut atau tenggelam terlalu jauh dalam ‘lubang’ MLC, seperti menjadi semakin terikat pada orang ketiga (jika ada affair), menghambur-hamburkan uang tanpa pertimbangan, atau bahkan menjadi abusive, anda berhak untuk memilih yang terbaik bagi anda sendiri. Keputusan ada di tangan anda, apakah tetap ingin bertahan atau melepaskannya dan memulai hidup baru. Pikirkan dan pertimbangkan baik-baik.
Dengan mengerti seluk beluk MLC, setidaknya dapat membantu kita menjalani hari-hari dengan lebih tenang dan semoga pasangan yang mengalami MLC juga bisa keluar dari ‘gua’ dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Baca juga : Puber Kedua
Tambah komentar baru