Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat berkurang atau menurunnya sistem kekebalan tubuh. Kata AIDS terdengar menakutkan. Menderita AIDS --bukan penyakit genetik-- sering dianggap sebagai ‘aib’. Sebagian orang beranggapan bahwa AIDS sangat mudah menular. Bila mendapat ‘vonis’ AIDS lantas merasa bahwa tidak ada lagi orang yang mau dekat dengan dia.
Beberapa tahun lalu beredar pesan elektronik yang mengingatkan semua orang untuk tidak mengkonsumsi makanan kaleng buatan Thailand, karena ada sekelompok penderita AIDS yang mencucurkan darahnya ke dalam makanan yang akan dikalengkan itu. Rumor ini menggegerkan, beredar begitu cepat, bahkan sebagai pesan berantai kini ia masih beredar. Saya baru saja mendapat pesan yang berisikan rumor itu di inbox saya. Tetap aktualnya rumor ini sampai sekarang menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat awam pemahaman tentang sindrom ini dan juga mengenai penularan virus penyebabnya, masih sangat minim.
HIV dan Penularannya
Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan berbagai komplikasi infeksi sekunder. HIV adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh kita. Pada manusia yang sehat sistem kekebalan tersebut mampu melawan kuman atau virus yang menyerang. Umumnya sistem kekebalan kita menurun bila tubuh kita kurang fit. Sistem kekebalan tubuh itu bisa hilang karena serangan HIV yang membunuh sel CD4 dalam darah. Tetapi orang yang baru terinfeksi HIV mungkin sekali tidak menunjukkan gejala menurunnya kekebalan tubuh tersebut dalam beberapa tahun.
Gejala AIDS akan muncul ketika sistem kekebalan itu sudah melemah. Dalam keadaan seperti itu seseorang mudah terinfeksi berbagai kuman penyakit lainnya yang bagi orang yang sehat mungkin tidak menyebabkan sakit parah. Seseorang akan divonis sebagai penderita AIDS jika gejala yang ditemukan sudah banyak. Artinya, tahap penyakitnya sudah lanjut.
Penularan HIV dapat terjadi jika HIV dalam cairan tubuh penderita AIDS --misalnya; dalam darah, semen, cairan vagina, air ketuban, air susu ibu-- masuk ke tubuh kita. Penularan dapat berlangsung melalui jaringan tubuh yang ‘terbuka’ (luka) --misalnya-- ketika membuat tatto, melubangi bagian tubuh (tindik telinga atau daerah lainnya) dengan alat yang tercemar HIV. Ia juga dapat terjadi ketika mempergunakan jarum suntik yang sama dengan orang yang darahnya mengandung HIV (misalnya pada pemakai narkoba).
Virus tersebut juga dapat masuk melalui membran mukosa. Membran mukosa adalah jaringan epitel yang melapisi organ dalam tubuh dan berbagai rongga tubuh yang berhubungan dengan lingkungan luar. Membran mukosa menyatu dengan kulit di lubang hidung, bibir, telinga, daerah kemaluan, dan anus.
Dari sini kita bisa melihat kemungkinan kapan, melalui kegiatan apa, dan lewat apa penularan HIV dapat terjadi. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa proteksi, baik oral, vaginal, maupun anal (risiko seks anal lebih tinggi dari vaginal karena lapisan pelindung rektum lebih tipis).
Ia juga dapat terjadi melalui transfusi darah (darah yang tercemar HIV). Ibu dengan HIV tanpa terapi yang cukup; saat hamil, melahirkan atau menyusui akan menularkan HIV kepada anaknya.
Tetapi ada cairan tubuh yang tidak berpotensi menularkan HIV, yakni ingus, dahak, keringat, air liur, air mata, kotoran, dan air seni. HIV juga tidak bisa ditularkan melalui sentuhan karena ia tidak bisa menembus kulit yang utuh. Ia juga tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Jadi, bisakah HIV ditularkan melalui makanan seperti disebut oleh rumor makanan kaleng dari Thailand itu? Tentu saja tidak. HIV adalah virus yang ‘rapuh’. Virus ini tidak tahan hidup lama di luar tubuh manusia (hanya tahan beberapa jam), apalagi bila ia berada dalam makanan yang akan atau telah dimasak, dan dicerna oleh asam lambung.
Pencegahan Penularan HIV
Walau secara global angka infeksi baru HIV menurun (karena gencarnya kampanye seks aman), tetap saja kita harus waspada. Di Indonesia dikabarkan bahwa tingkat penyebaran HIV tertinggi adalah di Jakarta, Papua, dan Bali.
Agar terhindar dari penularan, kegiatan seks harus dilakukan dengan aman (memakai kondom atau tanpa penetrasi). Pastikan pula bahwa jarum suntik yang dipakai steril. Pastikan darah untuk transfusi tidak tercemar oleh HIV.
Bila anda curiga tertular HIV, pergilah memeriksakan diri ke dokter. Semakin cepat diketahui, semakin baik. Walau tidak dapat disembuhkan, obat-obatan dapat menekan pengembangan HIV.
Tambah komentar baru