Teman-teman, kemarin habis makan malam, saya, mama dan kakak kombur bersama.
Mama Tupai : Bu Susi ke Pulau Intata!
Tupai Kecil : Di mana itu, Ma?
Mama : Di Sulawesi Utara
Kakak Tupai : Bu Susi ngapain ke sana, ma?
Mama : Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud mengundang beliau menyaksikan Festival Mane'e.
Tupai : Festivalnya di Pulau Intata? Mengapa yang mengundang Bupati Talaud?
Kakak : Tupaiiii, kamu gak belajar ya? Pulau Intata itu di Kabupaten Talaud.
Tupai : Kan guru belum ngajar sampai di situ, kak! Festival Mane'e itu apa, ma?
Mama : Beberapa tahun yang lalu, mama berkunjung ke rumah tantemu di Kakorotan. Tantemu membawa mama mencari kelapa. Mama kaget sekali waktu melihat pokok kelapanya banyak yang hampir gundul. Tantemu bilang, kemarin janur kelapa pada diambil oleh orang-orang dari wilayah Kakorotan untuk menangkap ikan.
Kakak : Menangkap ikan pakai janur kelapa?
Tupai : Weee, kakak juga gak tau.
Kakak : Jangan ngejek, kamu juga gak tahu.
Mama : Ya. Itu mereka lakukan setahun sekali. Okay, mama ceritakan saja tentang upacara ini ya? Tantemu sudah lama tinggal di sana, jadi dia sudah beberapa kali melihat langsung. Kalau temanmu yang muslim ada bulan puasa kan? Nah, penduduk kawasan Kakorotan juga.
Tupai : Kawasan Kakorotan itu sama dengan Pulau Intata, ma?
Kakak : Pulau Intata, Pulau Intata! Kamu dari tadi Pulau Intata terus...
Tupai : Loh, kan kata mama, Bu Susi ke Pulau Intata, bukan Kakorotan.
Mama : Pulau Intata itu termasuk kawasan Kakorotan bersama Pulau Kakorotan dan Malo. Intata itu kira-kira 600 m di utara Pulau Kakorotan. Setahun sekali mereka menentukan daerah tertentu tempat akan diselenggarakannya festival Mane'e. Ini kebudayaan mereka sejak abad 16, loh!
Kakak : Woaaaaa... sudah lama sekali...
Mama : Ya, makanya harus dilestarikan loh... Kalian dengar cerita mama, nanti kalian bisa tahu bagaimana nenek moyang kita dulu sayang bumi kita ini. Mereka mencari makan tanpa merusak bumi pertiwi.
Tupai : Mereka lebih banyak puasa daripada makan?
Kakak : Ngomong apa sih kamu ini?
Tupai : Mama bilang cari makan tanpa merusak bumi. Susahlah kak, karena itu mungkin mereka lebih sering puasa biar tak sering merusak bumi.
Mama : Bukan begitu. Hush! Sekarang dengar dulu ceritanya.
Kakak : Sudah, kamu jangan bertanya lagi, nanti mama cerita sampai selesai dulu.
Tupai : Ya, ya, ya...
Mama : Beberapa bulan sebelum festival, yah... duluuu sih setahun penuh, tapi kemudian jadi enam bulan, lalu jadi tiga bulan, tak tahu sekarang berapa bulan, mereka puasa dulu. Namanya Eha. Bukan puasa makan, tapi puasa, tidak mengambil hasil laut dan darat di daerah sekitar festival Mane'e akan diselenggarakan. Yang ikut adalah sepuluh suku yang tinggal di kawasan Kakorotan. Siapa yang melanggar akan didenda. Setelah masa Eha selesai, para Ratumbanua, itu sebutan mereka bagi tetua adat, akan melakukan Mangolom Par'ra, selama tujuh malam berturut-turut berdoa bersama agar festival berjalan lancar dan mereka bisa mendapat panen yang berlimpah.
Tupai : Tujuh malam! Saya berdoa 3 menit saja sudah tertidur!
Kakak : Hadeh Tupppppp! Diam kenapa seh? Pakai dong otakmu, tujuh malam berturut-turut bukan tujuh hari tujuh malam, tuuupppp...
Mama : Setelah itu mereka akan melihat letak bulan untuk menentukan waktu festival. Karena dari posisi bulan, mereka bisa tahu kapan pasang naik dan kapan pasang surut. Ini penting untuk kesuksesan panen hasil laut. Semua penduduk diberitahu, yang merantau dipanggil pulang. Tiga hari sebelum Mane'e, mereka melaksanakan Maracca Pundangi, yaitu ramai-ramai ke hutan memilih tali hutan. Tali hutan ini kemudian dililit dengan janur kelapa dan tidak boleh putus, sepanjang tiga kilometer.
Kakak : Tiga kilometer, berarti kira-kira seperti dari rumah kita ke kebun kelapa Pak Guru ya, ma?
Tupai : Katanya gak boleh bertanya.
Kakak : Kujitak nanti kamu, tup.
Mama : Ya. Lebih jauh sedikit.
Kakak : Wah, panjang sekali!
Mama : Betul, mereka kemudian akan membuat jaring dengan janur kelapa dan tali hutan itu. Setelah itu mereka membuat lubang besar untuk memerangkap hasil panen laut mereka. Pagi sebelum festival Mane'e, mereka melakukan mamoto u'sammi, gotong royong menebarkan jaring raksasa yang mereka buat itu. Saat itu laut sedang pasang naik. Hei, Tup! Kamu lagi mendengarkan gak?
Tupai : Tentu saja, ma. Aku lagi bayangkan, pasti banyak sekali ikan yang terperangkap dalam jaring itu!
Mama : Betul, karena sudah lama sekali tidak ditangkap, ikan sudah banyak dan besar-besar. Setelah jaring dipasang, tetua adat akan berdoa minta ikan masuk. Mereka akan menunggu pasang surut sambil perlahan-lahan menggiring ikan masuk ke dalam perangkap mereka. Tentu saja setelah panen, ada upacara terakhir yaitu Manarimma alama, di mana mereka berdoa mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Sekarang, apa yang kalian pikirkan tentang festival ini? Kan tadi mama bilang, mereka tidak merusak bumi, mereka tidak menggunakan bahan berbahaya untuk menangkap hasil laut dan darat. Apalagi yang kalian tangkap dari cerita ini?
Tupai : Mereka pasti rukun sekali, mereka semua bekerja bersama-sama.
Kakak : Pintar kamu, Tup! Gotong royong ya ma, juga mereka tidak lupa bersyukur. Bukan hanya tau berdoa meminta, tapi juga bersyukur ya ma.
Mama : Betul sekali. Oh, ini ada message dari tantemu, katanya Bu Susi bilang, ini bisa dipromosikan jadi objek wisata besar-besaran.
Tiba-tiba papa yang sudah pulang dari tadi nyeletuk, "Ya, asal jangan sampai merusak kemurniannya."
Lalu papa usulkan agar saya mencatat apa yang baru saya dengar dari mama tadi. Saya berjanji, dengan syarat, papa buatkan meme untuk saya... hehehe.
Tambah komentar baru