Teman: Kalau boleh kasih satu saran sama orang, apa yang akan lu sarankan?
Saya: Wah, tergantung orangnya, dong. Lu mau minta saran ya?
Teman: Nggak sih, hanya pengen tau lu punya pet peeves apa biar gua gak ngelakuin, gitu loh…
Pengertian Pet Peeve
Pet peeve atau kadang disebut pet hate, artinya sesuatu yang kita rasa sangat menjengkelkan tetapi mungkin terasa biasa-biasa saja bagi orang lain.
Berasal dari kata tua (abad 14), peevish, yang artinya ornery, cantankerous, orang yang mudah marah, keras kepala, suka menggerutu. Tahun 1919, kata ini digabung dengan “pet” (binatang peliharaan), sesuatu yang menjengkelkan yang dijadikan “pet”, artinya, diberi perhatian ekstra dan selalu menggerutu tentang hal ini.
Banyak sekali hal yang bisa menjadi pet peeves seseorang, tapi yang pasti, hal yang bagi kita adalah pet peeves, bagi orang lain mungkin bukan hal yang mengganggu. Misalnya, suami suka membiarkan pasta gigi yang terbuka tidak ditutup kembali. Bagi anda terasa sangat menjengkelkan tapi baginya itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.
Contoh Pet Peeves
Saya bertanya pada teman-teman apa saja pet peeves mereka dan mengambil kesimpulan bahwa hampir seluruh pet peeves itu berawal dari ignorance. Sulit menterjemahkan kata "ignorance" ke dalam bahasa Indonesia. Ignorance adalah kata benda dari sikap "ignorant", secara sederhana bisa diterjemahkan ke "masa bodoh", kekurangan keinginan untuk belajar, mengetahui lebih banyak dan lebih memahami seseorang atau satu situasi, kurangnya niat untuk mempertimbangkan perasaan orang lain. Saya membagi pet peeves teman-teman dalam 10 kategori utama.
1. Ketaatan lalu lintas
Ini adalah pet peeve yang paling sering didengar.
“Paling sebal kalau mau keluar rumah, gak ada satupun mobil yang melaju mau memberi kesempatan pada kita untuk keluar dari pekarangan rumah.”
“Hampir saja kutabrak tadi mobil di depanku, tiba2 kasih sinyal belok kiri dan langsung membelok tanpa memperhitungkan ada atau tidak mobil di belakangnya.”
“Aku paling benciiiii lihat orang yang bawa mobil seperti kura-kura, kalau gak perlu cepat, naik sepeda saja.”
2. Merasa dirinya paling benar, paling cantik, paling pintar.
Saya: Wah, aku kurang ngerti, soalnya aku gak punya anak, coba kamu tanya Marta.
Teman: Nggak ah…
Saya: Mengapa? Dia pasti lebih tau, anaknya tiga dan sudah gede-gede.
Teman: Aku dulu sering tanya dia, dia selalu bicara seolah-olah dia hebat sekali, membesarkan anaknya jadi anak yang pintar dan baik, membuat aku merasa seolah-olah aku ini ibu yang gagal.
"Mira sungguh memuakkan, dia pikir dia cantik sekali. Ampuuun dah…"
"Kalau Tara diajak, aku gak mau ikut. Dia selalu mentertawakan kalau kita gak kenal nama orang terkenal dalam politik. Padahal aku gak pernah mentertawakan dia waktu dia tanya, siapa Pavlov."
3. Berbahasa Yang Baik dan Sopan
Saya pernah juga mendengar orang mengeluh tentang teman yang berbicara terlalu sopan sehingga terasa seperti menjaga jarak, tapi yang paling sering dikeluhkan adalah lawan bicara yang terlalu sering “menyumpah-serapah”.
“Heran, mengapa sih kalau dia bicara harus selalu ditambah kata “taik”. Entah jalan taik apa ini, kok macet sekali seperti taik. Pegawai taik itu harus kukasih pelajaran, kalau tidak, tiap hari dia terlambat terus."
“Aku paling benci kalau orang pakai satu kata tanpa tahu arti sebenarnya, hanya karena itu kata yang baru dia kenal dan pemakaiannya salah pula… anarkis, wacana, normatif….”
4. Kebiasaan membuat suara yang menjengkelkan
"Bisakah kamu itu kalau nguyah pisang tutup mulut?"
"Bisa! Tapi hanya kalau kamu makan pakai tangan, capek aku dengar bunyi sendokmu beradu dengan piringmu."
"Deeeekkk!!!! Tolong berhenti ngetuk2 pinsil itu di mejamu, aku gak bisa konsentrasi menghafal."
5. Tidak mengerti etika di tempat umum
"Kesel sekali tadi waktu antri di ATM, cewe di depanku itu... alamak, nenek 100 tahun saja lebih gesit."
"Heran deh lihat orang yang berdiri tepat di depan lift, bagaimana mereka pikir orang yang di dalam bisa keluar?"
"Paling sebel lihat orang di kereta yang ngelirik waktu kita lagi masukin password ke ipad."
"Bukannya aku melarang orang lain bicara, tapi mbok ya kalau ngomong atau ketawa di tempat umum jangan terlalu keras, apalagi di restoran atau perpustakaan."
6. Tidak menjaga kebersihan pribadi.
"Paling sebel lihat orang keluar dari toilet tidak cuci tangan."
"Nanti aku gak mau duduk di sebelah si Polan, udah suka bersin, gak pernah tutup mulut lagi."
"… tanganku hanya lecet-lecet ringan, tapi lutut dan mata kakiku luka parah. Sampai di rumah sakit baru mulai kurasakan sakitnya, minta ampun. Sial sekali, dokter yang memeriksaku itu bukan main baunya, mungkin sudah dua hari tidak mandi, udah gitu, waktu ngomong, mulutnya dekat sekali ke wajahku, hampir muntah aku mencium bau nafasnya."
7. Terlalu banyak menggunakan bahasa tubuh.
"Bicara lama-lama dengan Parjo membuat aku ingin meninjunya, sebentar-sebentar main mata….Maklumlah, aku kan bukan orang kaya (kedip-kedip), mana rumahku jauh lagi dari supermarket (kedip-kedip). Kalau kamu mau belanja, biasanya lewat rumahku kan? (kedip-kedip)…."
"Si Malik? Hahaha, aku pernah damprat tuh dia. Belum lama kenal sih waktu itu, dia bicara sambil sebentar tepuk pundakku, sebentar lagi pegang bahuku, eh, waktu dia akhirnya menarik lengan bajuku, langsung kudamprat dia."
"Saya tak suka ketemu dengan keluarga besan, mereka suka cium tangan. Ketemu, cium tangan, berpisah, cium tangan… hiy… merinding…"
8. Etika nonton bersama
“Akhirnya aku punya televisi sendiri. Minta ampun kalau nonton dengan istriku. Dia maunya nonton drama Korea terus, kapan giliranku nonton tinju?”
“Aku gak tahan kalau teman sekamarku sudah mulai nonton tivi, adaaaaa saja komentarnya… aduh, kasihan sekali… hahaha, mampus lu! … Gile! Masak gitu aja gak bisa?… Kep@&at! Buset! Bego amat nih anggota dewan…."
9. Tidak menjaga lingkungan
"Seharusnya ada kamera yang khusus mendeteksi orang yang membuang sampah dari jendela mobilnya."
"Orang yang membiarkan anjingnya berkeliaran di taman dan tidak memungut kotorannya akan dapat karmanya. Semoga suatu hari jatuh tengkurap, muka mencium setumpuk kotoran anjing."
10. Menggunting dalam lipatan.
Teman: Aku gak temanan dengan Joni lagi.
Saya: Mengapa? Bukannya dia teman baikmu? Kan dia yang kasih tau Umar menjelek-jelekkanmu.
Teman: Justru karena itu!
Tambah komentar baru