Perjalanan tanggal 20 Februari 2016 saya awali dari Peace Park, tempat yang sudah menjadi angan-angan saya sejak membaca tulisan tentang Patung Sadako Sasaki.
Dari sana kami menuju Washington Park Arboretum (WPA) melewati Marsh Island, Foster Island dan Duck Bay. WPA terletak di tepi Danau Washington. Taman seluas 93 hektar dengan banyak jenis tumbuhan ini adalah surga bagi siapa saja yang suka jogging dan pecinta alam.
Menjelajahi taman yang begitu luas, dengan kebersihan dan kerapiannya terawat baik ini membuat saya berpikir, siapa yang melakukan itu semua dan bagaimana? Ternyata tanahnya adalah milik pemerintah daerah Seattle dan koleksi tumbuhannya adalah milik Universitas Washington. Kata orang, sense of belonging memberi kita perasaan bertanggungjawab untuk memelihara. Pemerintah daerah memikul tanggungjawab memelihara kebersihan dan kerapian taman seperti jalan setapak, bangku taman, sampah; sedangkan pihak universitas mengurus semua koleksi tumbuhan dalam taman, kecuali Japanese Garden yang dipelihara kelangsungannya oleh pemerintah daerah Seattle. Informasi dapat diperoleh di Graham Visitors Center. Bagi yang suka belanja oleh-oleh, toko suvenir ada di sebelahnya.
Kami terus berjalan hingga ke Japanese Garden di bagian paling selatan dari Washington Park. Sayang sekali taman itu ditutup hingga tanggal 1 Maret 2016. Bila mengunjungi Seattle di musim semi, berjalanlah sepanjang Azalea Way dalam Washington Park Arboretum.
Setelah makan siang di rumah makan Teriyaki di seberang jalan, kami naik bus ke Lake View Cemetery untuk melihat makam Bruce Lee dan anaknya, Brandon Lee. Kami harus antre untuk mengambil foto kedua makam ini.Lake View Cemetery terletak di Capitol Hill dan di sebelah timurnya kita bisa melihat Lake Washington.
Kami kemudian berjalan kaki menuju Volunteer Park. Luasnya hanya kira-kira 19,5 hektar. Taman ini tak kalah indahnya dengan Washington Park. Kita juga bisa menikmati eloknya bangunan Volunteer Park Conservatory yang meniru struktur bangunan Crystal Palace di London. Tanaman dalam conservatory ini dibagi menjadi lima bagian, dan yang paling saya sukai tentu saja Bromeliad House dan Cacti and Succulent House.
Seattle Asian Art Museum (SAAM) terletak di dalam area Volunteer Park, karena itu kami kunjungi juga walau harus membayar tiket seharga US$ 9. Tetapi kalau kita datang pada hari Kamis atau Sabtu pertama pada suatu bulan, kita dapat masuk secara gratis. Di dalam museum, kita bisa menikmati ribuan karya seni dari berbagai negara Asia seperti Cina, Jepang, India, Korea dan beberapa negara Asia Tenggara.
Waktu kami di sana ada eksibisi Paradox of Place : Contemporary Korean Art dari enam artis Korea. Salah satunya adalah Yeon Doo Jung dengan karyanya yang diberi nama ‘Bewitched’. ‘Bewitched’ adalah seri foto ‘sebelum’ dan ‘sesudah’. Jung memotret satu orang dalam pose yang sama tetapi di lokasi berbeda. Pertama di lokasi di mana dia biasa bekerja dan hidup dan foto yang satu lagi di lokasi dalam impian orang tersebut. ‘Bewitched’ adalah kata yang tepat dalam menggambarkan serial foto-foto tersebut. Kita bisa melihat video transformasi dari foto ‘sebelum’ ke foto ‘sesudah’ dan…’bewitched’ (terpesona).
Salah satu video yang dapat dilihat adalah karya Lee Yongbaek berjudul 'Between Buddha and Jesus', melihat secara kritis eksistensi kedua kepercayaan itu di Korea.
Perjalanan hari itu kami tutup dengan menikmati suasana matahari tenggelam di depan SAAM.
Total kami berjalan kaki sekitar 9 km hari itu.
Baca juga:
Jalan-jalan di Seattle: Pelabuhan dan Kota Tua
Comments
Pengen jalan2 ke sana
Pengen jalan2 ke sana
Kalau ada yang ingin ditanya…
Kalau ada yang ingin ditanya, jangan sungkan ya...
Add new comment