Mungkin anda sudah pernah membaca cerita seorang profesor yang meminta mahasiswanya untuk menulis sepuluh nama orang yang paling dekat dengannya. Dari sepuluh nama tersebut, si mahasiswa diminta mencoret satu demi satu hingga akhirnya tinggal tiga nama yang dia pilih untuk tetap tinggal bersamanya. Tiga nama yang dipilih si mahasiswa adalah nama ibu, isteri, dan anaknya. Ketika diminta mencoret satu dari tiga nama itu, dengan sangat berat hati si mahasiswa mencoret nama ibunya. Dia menangis tatkala harus mencoret satu nama lagi dan menyisakan nama isterinya. Ketika ditanya mengapa dia menyisakan nama isterinya, jawab mahasiswa tersebut, “Seiring waktu, ibu dan anak saya akan meninggalkan saya, tetapi yang tetap di samping saya adalah isteri saya. Orangtua dan anak bukanlah saya yang memilih, tapi anugerah Tuhan. Isteri adalah pilihan saya.”
Saya yakin tentu banyak isteri yang menyukai cerita ini, dan mungkin berharap suaminya membaca serta mengerti, bahwa yang paling baik adalah memihak kepadanya dan bukan kepada mertuanya. Mungkin juga itu untuk pembenaran diri, karena selama ini dia berusaha memenangkan semua cinta suaminya. Suami-suami yang takut isteri juga pasti akan menyukai cerita ini, berharap orang lain juga membaca dan tidak menyalahkannya sebagai anak yang kurang berbakti.
Ada pula video klip tentang seorang pria yang menikah dengan wanita kaya. Ketika isterinya memperlakukan ibunya tidak dengan hormat, dia memutuskan bercerai dengan isterinya, padahal mereka saling mencintai. Alasannya karena ibunyalah, dia menjadi dia yang sekarang.
Saya mengenal beberapa pasangan yang sang suami adalah lelaki pintar, punya kedudukan tinggi, dan berhasil dalam karirnya. Sewaktu muda, mereka adalah anak baik yang penurut kepada orangtua. Lelaki seperti ini biasanya setelah menikah, juga akan “penurut” kepada isterinya. Jika orangtua dan isterinya tidak cocok, dia akan terjepit dan akhirnya memilih menutup telinga baik dari ocehan orangtuanya maupun ocehan isterinya.
Salah satu penyebab pertengkaran pasangan suami isteri yang paling sering adalah orangtua. Isteri yang merasa “dinomorduakan”, biasanya mengeluarkan argumen begini: Alkitab mengatakan, ketika seorang laki-laki menikah, mereka meninggalkan orangtua mereka dan menjadi satu dengan isterinya. Para suami menggunakan senjata “Seorang perempuan jika telah menikah maka suami lebih berhak terhadap dirinya dibandingkan kedua orangtuanya dan menaati suami itu lebih wajib daripada taat pada orang tua.”
Pertanyaan “pilih ibu atau isteri?” mungkin adalah pertanyaan paling tua, yang sudah ada sejak “pernikahan” itu sendiri. Laki-laki yang katanya lebih berani menghadapi konflik secara langsung dan tidak berbelit-belit seperti perempuan, ketika dihadapkan pada pilihan harus memihak pada isteri atau ibunya, biasanya tidak berkutik. Mereka memilih untuk lari menghindar atau diam seribu bahasa.
John Gottman dari University of Washington melakukan penelitian dengan mengukur denyut jantung, tekanan darah dan kadar adrenalin pasangan yang bertengkar. Dia menemukan bahwa laki-laki biasanya lebih cepat bereaksi secara fisiologis. Denyut jantung dan tekanan darah mereka lebih cepat naik saat bertengkar, karena itu mereka biasanya “lari” dan “membangun tembok” melindungi diri. Tidak menjawab atau meninggalkan ruangan bagi mereka adalah reaksi untuk melindungi baik diri sendiri maupun pasangannya. Tetapi isteri selalu berpikir reaksi itu adalah karena marah dan menganggapnya sebagai penolakan.
Membuat Pilihan
Yang pertama harus disadari adalah bahwa anda TIDAK harus memilih. Tidak seharusnya ada pertanyaan, saya harus memilih orangtua atau pasangan. Bila anda diminta memilih oleh salah satu pihak, itu berarti ada masalah dalam cara anda bersikap. Ada hal-hal yang harus dimengerti oleh semua pihak --suami, isteri, dan orangtua-- demi keharmonisan hubungan menantu-mertua.
1. Suami isteri memiliki rumah tangga sendiri. Orangtua bukan bagian dari rumah tangga anaknya.
2. Hal-hal yang sensitif seperti keuangan dan cara mendidik anak adalah kesepakatan bersama suami isteri. Orangtua tidak berhak ikut campur kecuali bila dimintai pendapat atau nasehat.
3. Mengunjungi orangtua, memberikan bantuan finansial atau hadiah kepada orang tua, dilakukan atas kesepakatan bersama suami isteri.
4. Anda wajib bersikap hormat dan sopan kepada mertua, dan sebaliknya, walaupun tidak saling menyukai.
5. Anda berhak bicara dengan mertua jika merasa diperlakukan tidak pantas. Demikian juga sebaliknya.
6. Anda tidak wajib menjadi penengah bagi pasangan anda dan orangtua anda. Mereka semuanya orang dewasa yang dapat menyelesaikan sendiri masalah antarmereka.
7. Membuat keputusan pindah ke kota yang tidak memungkinkan pasangan sering bertemu dengan orangtuanya, atau harus terpisah berjauhan dalam waktu lama, harus dibicarakan dan dipertimbangkan bersama.
8. Saat berdiskusi, ingatlah bahwa bukan anda saja yang memiliki orangtua, pasangan juga memiliki orangtua yang dia cintai dan mencintainya. Bila dia mengeluh tentang orangtuanya, cukup beri saran tapi jangan ikut memberi kritik.
Comments
Saya ingin bertanya. Saya 2…
Saya ingin bertanya. Saya 2 bersudara, adik saya sudah menikah dan ikut dengan suaminya. Masih satu kota juga dengan saya. Ibu saya seorang janda, ayah kami baru meninggal 2 tahun lalu, namun ibu saya belum bisa di tinggal sendiri, pasti kami harus menjaganya bergantian, kadang adik saya (tdk dengan suaminya) weekend tinggal bersama ibu, di hari biasa saya bersama istri yg tinggal di rumah ibu. Namun sebenarnya Istri saya masih suka tinggal di rumahnya (bersama keluarganya). Jadi saya sering bingung. Dan bahkan bertengkar dengan adik saya perihal ini. Tapi di luar itu saya sayang sma keluarga saya dan tidak mau ada konflik baik dari istri dan keluarganya. Ataupun sebaliknya. Seringkali saya lebih memprioritaskan istri saya dibanding dengan ibu saya. Apakah saya salah? Kira kira solusi seperti apa yang tepat untuk mengatasinya?
Suami saya pergi…
Suami saya pergi meninggalkan saya serta bayi yang baru 40 hari sampai sekarang tidak pulang.
Ia pulang kerumah orang tuanya.
Dia beralasan karena masih punya tanggung jawab adiknya yang masih sekolah.
Jika adik nya tanggung jawabnya lalu anak istri apa?
Jika istri tidak pernah…
Jika istri tidak pernah memaafkan ibu kandung saya yg padahal ibu kandung saya sudah meminta maaf dan istri tdk mengijinkan anak kandung saya dari istri pertama datang ke rmh saya..apa yg hrs saya lakukan
1. Tanyakan apakah benar dia…
Add new comment