“Sorak” adalah suara keras yang mengekspresikan suasana hati (perasaan) yang selalu disertai bahasa tubuh, entah tepuk tangan, ekspresi wajah senang, bersemangat, tubuh yang melonjak (melonjak-lonjak), ataupun sebaliknya, ekspresi wajah mencemooh maupun gerakan yang menunjukkan pelecehan. Sorak bisa bermakna positif, dan dapat berarti negatif.
Ia bermakna positif apabila “sorak” (nomina) itu berupa ungkapan rasa senang, sekadar dinyatakan, tanpa sasaran atau tanpa adanya orang yang dituju dengan sorakan itu. Ia juga bermakna positif apabila “sorak” itu berupa ungkapan rasa senang yang diberitahukan kepada orang/pihak yang mencetuskan rasa senang tersebut. Tetapi ia bermakna negatif, apabila sorak tersebut berisikan kata ejekan, atau suara yang bernuansa merendahkan atau tidak suka. Sorak yang bermakna negatif ini bukanlah sorak yang sekadar dinyatakan, melainkan ekspresi yang selalu punya sasaran, orang maupun kelompok. Begitulah makna kata “sorak” yang terpasang dalam pikiran saya selama ini.
Dengan memahami kata “sorak” seperti yang disebutkan itu, kata “bersorak” (kata kerja intransitif, tidak memerlukan objek), menurut saya menunjukkan pengertian positif. Ia ditimbulkan oleh kegembiraan. Tidak ada orang yang “bersorak” karena kecewa, apalagi sedih. Tapi apa makna kata “menyorakkan”? “Menyorakkan” (kata kerja transitif, memerlukan objek) bermakna “meneriakkan” objek, baik berupa kata ataupun kalimat. Kata ataupun kalimat itu dapat hanya berupa pernyataan, seperti slogan (tanpa orang/pihak yang dituju), misalnya “Dirgahayu Indonesia”. Tetapi objek yang diteriakkan tersebut dapat pula berupa kata/kalimat yang ditujukan pada pihak tertentu, misalnya tuntutan “naikkan upah buruh”, “hukum berat pemerkosa”.
“Menyorakkan” dapat pula bermakna meneriakkan objek berupa kata/kalimat bernada negatif, misalnya ejekan “dunguuuuu”, “turuuuuun” (terhadap orang yang tak disukai yang ada di panggung), atau sekadar bunyi “huuuuuuuu”. Kata maupun kalimat bernada negatif itu selalu punya sasaran (ada pihak yang dituju).
Lantas, apakah makna “menyoraki”? “Menyoraki” adalah juga kata kerja intransitif (memerlukan objek). Hanya saja, jika pada kata “menyorakkan” objek itu adalah kata/kalimat yang diteriakkan, pada kata “menyoraki” objek yang mengikutinya adalah pihak yang menjadi sasaran teriakan itu. “Menyoraki” menurut rasa bahasa saya selalu bermakna negatif. Ia berisi kata/kalimat bernada ejekan, maupun bunyi bernuansa tidak suka yang ditujukan pada sasaran tertentu, orang maupun kelompok.
Untuk menguji rasa bahasa saya itu, saya buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan menemukan penjelasan sebagai berikut.
sorak/so·rak/ n suara teriak dan pekik (tanda gembira atau senang): terdengar -- anak-anak yang sedang bermain;dahulu -- kemudian tohok, pb menggembar-gemborkan sesuatu yang belum terjadi (belum terbukti);
-- semarai sorak-sorai;
bersorak/ber·so·rak/ v berteriak-teriak "hore hore" dan sebagainya; bergembira (bersuka-suka) dengan berteriak-teriak: penonton - gemuruh;
menyoraki/me·nyo·raki/ v bersorak-sorak terhadap (kepada): mereka - tim yang menang dalam pertandingan itu;
menyorakkan/me·nyo·rak·kan/ v menyerukan; meneriakkan dengan suara nyaring: - barang-barang yang akan dilelang; mereka - pekik kemerdekaan yang menggembirakan hati rakyat;
penyorak/pe·nyo·rak/ n orang yang bersorakan atau menyoraki (orang yang memberi dukungan semangat dalam perlombaan dan sebagainya)
Jadi, rasa bahasa saya untuk kata “menyoraki” tidak sesuai dengan pengertian yang dicatat KBBI. “Menyoraki” (kata kerja), menurut KBBI, bersorak-sorak terhadap (kepada). Ini bisa berarti positif, jika yang diteriakkan itu ungkapan rasa senang, simpati, dan sejenisnya. Contoh pemakaian kata “menyoraki” dalam KBBI adalah “mereka menyoraki tim yang menang dalam pertandingan itu”.
Jika menyoraki bisa bermakna positif (seperti yang dicontohkan KBBI), tentu bisa dikatakan bahwa tim yang menang itu “disoraki”. “Disoraki” bagi saya bermakna negatif. Bagaimana menurut KBBI? Sayangnya KBBI tidak menampilkan penjelasan untuk kata turunan “disoraki” ini. Saya penasaran ...
Sebetulnya rasa penasaran itu timbul sebelum saya menulis note ini, ketika membaca judul berita berbunyi; Sambangi Kota Tua, Sandiaga Langsung Disoraki “Ganti Ahok!”
Karena saya memahami “disoraki” dalam pengertian negatif, saya menyangka Sandiaga Uno yang hendak mengajukan diri menjadi kandidat Gubernur DKI dicemoohkan publik. Tapi yang terjadi rupanya sebaliknya. Di dalam tubuh berita ada penjelasan yang mengisyaratkan adanya sambutan baik terhadap Sandiaga Uno. Antara lain terbaca kalimat “ ... Ramainya rombongan Sandi menarik perhatian pengunjung lainnya. ‘Eh itu penggantinya Ahok ya? Gubernur baru?’ sahut seorang ibu-ibu di Taman Fatahillah, Minggu. Sontak pengunjung lainnya terutama pedagang kaki lima (PKL) bersahut-sahutan menyebut, "Ganti Ahok!". Mereka yang bersalaman dengan Sandiaga mengeluhkan usaha mereka yang tidak menentu karena ancaman penggusuran. ... ‘Ahok ganti, kami dukung yang mau menata PKL, daripada sekarang kami dikejar-kejar Satpol PP,’ kata Linda, seorang PKL. Sandiaga pun menanggapi Linda dan pedagang lainnya yang mendoakan agar Sandiaga menjadi gubernur, dengan berterima kasih. Para PKL pun memuji Sandiaga yang turun ke warga ...”
Saya tetap merasa bahwa kata “disoraki” dalam judul berita tentang Sandiaga Uno itu tidak tepat. Karena itu, saya coba mencari contoh pemakaian kata “disoraki” dalam beberapa bahasa tulis lainnya. Saya temukan lima contoh.
1. Arda Turan Disoraki Fans Turki Sepanjang Pertandingan (judul)
TRIBUN-MEDAN.com - Para pemain Turki, terutama Arda Turan mendapat krtiikan [sic] pedas dari para pendukungnya setelah timnya takluk dari Spanyol 0-3 di laga kedua babak penyisihan Grup D Piala Eropa 2016 di di Allianz Riviera stadium, Nice (18/6/2016) dini hari WIB. Seperti dilansir BBC.com, Kritikan tersebut terus berlanjut sejak Turki kebobolan 0-1 hingga akhir pertandingan. Di pertengahan babak kedua, pendukung Turki menyoraki playmaker Barcelona tersebut lantaran dia dinilai lamban melakukan serangan balik.
2. Terima Penghargaan, Justin Bieber Justru Disoraki (judul)
... Saat host Billboard Music Awards 2013 memanggil Justin Bieber, pelantun Baby itu menerima respons negatif dari bangku penonton. Entah apa salahnya, yang jelas Bieber disoraki. Sorakan yang tak enak didengar itu menggema di MGM Arena.
Dirinya terdiam sembari melihat ke arah kerumunan penonton. Apa kata Justin Bieber? "Umurku 19 tahun. Aku rasa pada dasarnya diriku sudah berusaha melakukan yang terbaik karena aku melakukannya sepenuh hati," tutur Bieber di atas panggung Billboard Music Awards 2013, Senin (20/5/2013) waktu setempat.
3. Pasca Fadli Zon Disoraki di Rakernas, Inilah 2 Musibah Menimpa PDI-P (judul)
Januari 14, 2016 by Wira Taruna
Selayaknya, seorang tamu harus dihormati kehadirannya oleh tuan rumah. Tapi hal itu tidak di lakukan [sic] oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di acara Rakernas, 10 Januari 2016 lalu. Dimana Fadli Zon yang saat itu menjabat Plt Ketua DPR RI disoraki oleh ribuan kader ‘moncong putih’. “Selamat datang juga pimpinan DPR, Bapak Fadli Zon,” kata Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat itu. Mendengar itu, ribuan kader PDIP yang hadir sontak secara bersamaan menyoraki Fadli. “Huuu!” teriak mereka. Fadli hanya senyum menanggapi sorakan itu. Megawati sebagai tuan rumah pun tidak mengambil sikap tegas saat kader PDIP menyoraki Fadli, terkesan malah membiarkan. Meski Fadli merespon dengan senyuman, tetap saja sorakan itu disayangkan banyak pihak.
4. Sekarang Ketahuan Kenapa Lorenzo Dicemooh di Podium Malaysia (judul)
Pada Grand Prix Malaysia akhir pekan lalu, Jorge Lorenzo disoraki dan dicemooh penonton ketika menerima trofi juara kedua, dan langsung meninggalkan podium tanpa perayaan sampanye. Belakangan muncul video amatir penyerahan trofi tersebut, yang mungkin memberi jawaban kenapa para penonton di Sepang marah pada pembalap Spanyol itu. Dalam video tersebut, saat sesama pembalap Movistar Yamaha Valentino Rossi menerima trofi sebagai juara ketiga, Lorenzo di ujung kanan podium membuat gerakan jempol ke bawah yang sangat menyolok. Sebuah sinyal jelas bahwa dia tidak ada respek terhadap Rossi.
5. Nyali Lorenzo Tak Ciut Disoraki Fans Rossi (judul)
oleh Windi Wicaksono
01 Apr 2016, 14:10 WIB
Liputan6.com, Buenos Aires - Pembalap Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo, memiliki pengalaman kurang menyenangkan ketika disoraki fans Valentino Rossi di balapan pembuka MotoGP Qatar bulan lalu. Namun, pengalaman tersebut tidak menjadikan Lorenzo takut ketika datang ke MotoGP Argentina.Kontroversi yang melibatkan Lorenzo, Rossi, dan Marc Marquez dari Repsol Honda musim lalu masih terbawa hingga tahun ini. Para fans ikut bereaksi dengan peristiwa tahun lalu sehingga mengekspresikan kekesalan mereka.
Kelima contoh itu menunjukkan kata “disoraki” yang maknanya negatif, berbeda dengan “disoraki” dalam judul berita tentang Sandiaga Uno yang maknanya kira-kira sama dengan teriakan sambutan yang bernada simpati atau suka.
Dalam bahasa Jawa dikenal peribahasa yang antara lain memakai kata “ngasorake” (menyoraki) -- “Sugih tanpo bondho, digdaya tanpo aji, nglurug tanpo bolo, lan menang tanpa ngasorake” -- “Kaya tidak harus punya banyak harta, sakti tanpa harus menggunakan senjata ampuh, berperang/menyerang tak perlu dengan pasukan, dan jika menang janganlah mempermalukan lawan”. Di situ pun kata ngasorake membawa makna mengejek atau merendahkan.
Jadi, apakah “disoraki” dan “menyoraki” memang dapat membawa pengertian baik atau positif? Siapa saja yang membaca note ini kiranya dapatlah memberikan komentar tentang pemakaian kata “disoraki’, termasuk para penyusun KBBI yang menyatakan “menyoraki” bermakna sama dengan menyuarakan sorakan memuji atau tepuk tangan atau applause yang ditujukan pada tim yang menang dalam suatu pertandingan.
Catatan: Tulisan ini pertama muncul sebagai Note di akun Facebook Penulis pada tanggal 18 Juli 2016
Add new comment