“Aku sudah kasih tau Mama lima kali lho soal siapa yang tinggal di Sektor 5 itu. Namanya Ellen, Mama. Jam kuliah kami sama, cuma hari Kamis yang beda jam masuknya. Trus yang ulang tahunnya sama dengan Dedek, namanya Megan, bukan Hani. Hani ulang tahunnya bulan Oktober. Mama koq lupa melulu.” Itu komentar putera sulung saya ketika saya tanya (lagi dan lagi) soal teman-temannya. Saya benar-benar lupa siapa nama teman-temannya itu, meskipun cukup sering ia bercerita pergi dan pulang kuliah dengan siapa, si A hari ini ulang tahun dan malam Minggu nanti diundang makan oleh si C. Bukannya tidak menyimak ketika ia bercerita, tapi entah mengapa informasi yang terkini justru cepat menguap. Terlebih lagi data-data mengenai nama, tanggal, nomor telepon, bahkan nomor PIN BB saya sendiri sering tidak hafal, jadi setiap kali ada yang tanya, saya harus buka profil di BB. Sering juga lupa di mana saya meletakkan kacamata dan gadget dan kelabakan ketika akan segera ke kantor.
Tapi anehnya, peristiwa atau cerita yang sudah belasan atau puluhan tahun yang lalu justru masih saya ingat dengan jelas. Seperti nasehat nenek saya tentang cari pasangan itu harus yang bagaimana, isi surat cinta pertama yang saya terima dari teman waktu masih SMP, puisi dari mantan pacar yang ditulis di atas kartu ucapan ulang tahun. Warna kartunya yang biru, gambar dan goresan tulisan tangannya masih saya ingat dengan jelas. Atau setiap kalimat yang diucapkan Suster kepala asrama ketika saya diminta menjadi salah satu tim pengurus asrama (karena awalnya saya menolak menerima tugas itu) dan juga nasehat beliau tentang apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih pacar.
Apa sih yang membuat kita cenderung lebih sering lupa pada kejadian yang lebih baru? Elizabeth Loftus, salah seorang ahli yang mendalami soal memori, mengidentifikasikan beberapa alasan utama mengapa orang jadi lupa:
1. Kegagalan memunculkan kembali (Retrieval Failure). Anda mungkin pernah mengalami ada sepotong memori yang hilang dari ingatan. Anda merasa tidak asing dengan wajah Mr. A (familiar) dan pernah bertemu dengannya, tapi tidak mampu mengingat kembali di mana dan siapa yang memperkenalkan anda saat itu. Kegagalan mengingat kembali seperti kasus ini diterangkan dengan decay theory. Menurut teori ini, setiap kali ada satu kejadian, akan timbul jejak ingatan (memory trace) dan jejak ini lambat laun akan hilang jika tidak pernah dimunculkan kembali. Decay theory tidak dapat menerangkan soal banyak kejadian dari long term memory (ingatan jangka panjang) yang meskipun tidak pernah dimunculkan kembali, namun selalu diingat dengan jelas.
2. Interference: beberapa memori saling beradu satu sama lain. Jika ada memori yang hampir sama dengan yang pernah dialami sebelumnya, maka akan terjadi semacam kompetisi. Ada dua jenis interference:
- Proactive interference terjadi ketika ada memori lama yang membuat individu sulit mengingat memori yang baru masuk.
- Retroactive interference terjadi ketika informasi baru menghalangi individu untuk mengingat kembali memori lama.
3. Kegagalan menyimpan (failure to store). Tidak semua detil kejadian yang bisa diingat dan disimpan seluruhnya dalam memori jangka panjang. Ada kalanya kita hanya ingat bentuk atau warnanya saja, lupa akan detil yang lain. Ada beberapa memori yang hanya saya ingat sebagian saja. Huruf awal nama seseorang, berasal dari daerah mana misalnya, tapi lupa detil lainnya seperti rupa wajahnya, kuliah di mana, pernah tinggal satu kost dengan siapa.
Dibalik kegagalan mengingat, ada memori yang sengaja ingin kita lupakan misalnya hal-hal yang traumatis atau yang menyakitkan hati. Kita cenderung ‘menekan’ dan berusaha ‘mengubur’ memori tersebut.
Ingatan Jangka Panjang dan Jangka Pendek (Long Term and Short Term)
Otak kita seperti satu gudang besar penyimpanan yang terdiri dari dua kompartemen besar: jangka panjang dan jangka pendek. Jika kita menyimpan ingatan akan satu kejadian dalam kompartemen jangka pendek, kita cenderung tidak dapat menyimpannya terlalu lama. Bisa saja langsung dilupakan, sirna dalam hitungan menit jika kita tidak memperbaharui ingatan itu.
Ingatan jangka pendek sering disebut juga working memory karena meliputi proses mengingat informasi yang dibutuhkan dalam keseharian kita. Misalnya mengingat di mana kunci motor diletakkan, parkir kendaraaan di blok berapa dalam mal, apa saja daftar belanja hari ini, dan sebagainya. Berhubung ingatan ini hanya dibutuhkan untuk saat itu saja, kita tidak akan menyimpannya dalam kompartemen jangka panjang.
Untuk informasi yang kelak masih akan dibutuhkan, kita berusaha untuk mengingatnya lebih baik dan menyimpannya dalam kompartemen jangka panjang.
Tips Membuat Ingatan Lebih “Menempel”
1. Rehearsal – Mengulang kembali ingatan tentang suatu informasi terus menerus (repetisi). Jika jeda antara tiap pengulangan terlalu lama, bisa terjadi ‘keausan’(decay). Keausan bisa juga terjadi jika ada gangguan misalnya suara musik atau TV yang terlalu keras, orang keluar masuk ruangan, membuat kita sulit untuk menghafal atau belajar.
2. The Method of Loci: Misalnya anda menggunakan petunjuk gedung A dan pasar B sepanjang rute menuju ke rumah nenek. Belok kiri setelah gedung A, akan terlihat pasar dan setelah itu perempatan lampu merah dan sebagainya. Dengan teknik ini anda akan lebih mudah mengingat jalur ke rumah nenek.
3. Acronyms: Membentuk kata baru dari huruf depan beberapa kata yang ingin diingat. Untuk mengingat urutan warna pelangi, dulu kita diajarkan mengingat suku kata depannya saja. Mejikuhibiniu. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
4. Chunking (memotong/membagi): Misalnya untuk memudahkan menghafal nomor hp, no yang panjang dipotong menjadi dua atau tiga bagian. Bagian pertama biasanya kode provider. Kita tahu kalau angka depan 0878…adalah provider XL, 0812/0821 adalah milik provider Telkomsel. Jadi kita cukup menghafalkan beberapa angka di belakang kode provider saja.
5. Visual Imagery: Membantu mengingat kata yang berpasangan seperti rumput hijau, biru langit, kelam malam. Agar mudah mengingat nama seseorang, kita bisa menghubungkan namanya dengan sesuatu yang mendekati lafal namanya. Misalnya Peggy, dikaitkan dengan gigi. Andi dengan candi.
6. Jika sedang belajar dan menghafal mata pelajaran tertentu, membaca materi pelajaran dengan bersuara akan membantu kita untuk lebih mengingat isi bacaan. Biasanya kita cenderung lebih ingat isi bab awal dan bab akhir dari satu bacaan, bab tengah lebih sulit diingat detilnya. Anda disarankan untuk lebih fokus dan mengulang bab tengah lebih sering. Selain itu, peneliti juga menyimpulkan kita lebih mudah mengingat suatu hal secara berurutan. Putera saya selalu minta dites tanya jawab dengan susunan pertanyaan sesuai dengan urutan materi dalam buku. Jadi tidak ‘loncat-loncat’ pertanyaannya dari satu materi ke materi lainnya. Susunan materi yang diingatnya sudah terorganisir dan teratur jadi lebih mudah baginya untuk mengingat dan menyebutkan kembali. Disebut dengan istilah serial position effect.
7. Cara lain untuk mengingat dengan merubah rutinitas. Misalnya anda biasa belajar di kamar tidur, coba sesekali belajar di ruangan lain. Atau biasanya belajar pada malam hari, anda bisa merubah kebiasaan sedikit demi sedikit dengan bangun lebih pagi dan mencoba untuk belajar.Cara seperti ini secara signifikan dapat meningkatkan efektivitas ingatan.
8. Ada penelitian yang menemukan efek tidur setelah belajar. Tidur sejenak setelah belajar dapat meningkatkan kemampuan ingatan anda. Jadi tidur itu penting untuk membantu mengingat kembali apa yang sudah dipelajari karena ketika kita tidur ada perubahan fisik yang terjadi pada otak manusia. Jadi selalu usahakan untuk tidur yang cukup jika anda akan ujian.
Add new comment