Kawa Daun

Sebagai penggemar kopi, saya selalu berusaha mencicipi rasa khas kopi setempat setiap saya mengunjungi satu daerah. Dalam perjalanan ke Solok kali ini, saya berkesempatan mampir di kedai Sobat dan mencicipi kawa daun sesuai dengan pesan teman saya sesama penggemar kopi: “Jangan lupa mampir, coba minum kawa daun di sana dan makan pisang kapik atau lamang tapai.”

Sobat

Selama ini kita minum kopi yang berasal dari biji kopi tetapi masyarakat Sumatera Barat punya cara lain menikmati kopi. Selain menggiling biji kopi, mereka juga memanen daunnya. Daun kopi yang dijadikan minuman khas di sini disebut kawa daun atau aia kawa. Istilah kawa daun berasal dari bahasa Arab yaitu “qahwah” yang berarti kopi. Qahwah kemudian diadaptasi menjadi kawa. Kawa daun adalah daun kopi lokal yang dikeringkan dengan disangrai selama kurang lebih 12 jam. 

Saya memesan kawa daun original seharga Rp 5.000,-, tanpa gula, madu, telur atau tambahan rempah-rempah lainnya. Disediakan gula pasir di meja dan anda boleh menambahkan sendiri. Kawa daun disajikan dalam tempurung yang didudukkan di atas tatakan bambu setinggi 10 cm.

Aia Kawa

Menurut saya rasa kawa daun ini mirip rasa teh dengan cita rasa dedaunan yang unik dan didominasi rasa sepat atau kelat. Sama sekali tidak ada rasa kopi. Jadi bagi pencinta kopi yang suka kopi pekat dan wangi kopi yang menggoda, mungkin akan kecewa karena kawa daun tidak seperti kopi asli. Seduhannya juga encer seperti air teh. Sayang sekali tidak ada pisang kapik atau lemang di kedai ini. Yang tersedia hanya aneka macam gorengan umum dan saya tidak tertarik untuk mencicipi. Tujuan utama mampir di sini adalah demi menikmati kawa daun dan terbayar sudah rasa penasaran saya selama ini. 

Kawa Daun

Sejarah Kawa Daun

Menurut Wikipedia, sejarah kawa daun bisa dikaitkan dengan adanya tanam paksa pada masa penjajahan kolonial Belanda. Bermula dari keberhasilan tanam paksa kopi di pulau Jawa, Gubernur Van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa juga di Sumatera Barat pada tahun 1840. Pada saat itu kopi adalah komoditi bernilai tinggi di Eropa dan Belanda meraup keuntungan besar dari kopi. Harga kopi sangat tinggi dan semua biji kopi yang ditanam harus diserahkan ke gudang kopi. 

Penduduk di Sumatera Barat dilarang menikmati biji kopi untuk diri sendiri meskipun dipaksa untuk menanamnya demi kepentingan perdagangan.  Jadilah rakyat pada masa itu mengkonsumsi daun kopinya saja yang diyakini masih punya kandungan kafein untuk pelepas dahaga dan penambah energi saat bekerja. Tidak ada catatan siapa yang mencetuskan ide mengolah daun teh dan di daerah mana pertama kali muncul tradisi minum kawa daun. Peraturan ini baru berakhir pada tahun 1908 ketika tanam paksa kopi diganti dengan penerapan belasting atau pajak. Namun tradisi minum air daun kopi terus berlanjut dan menjadi salah satu minuman khas bagi masyarakat di Sumatera Barat. 

Cara Pembuatan Kawa Daun

Cara pembuatan kawa daun tergolong sederhana. Proses ini diawali dengan mengeringkan daun dengan cara disangrai selama kurang lebih 12 jam. Tahap pengeringan termasuk tahap yang paling memakan waktu. Ada juga beberapa warga yang mengeringkan daun-daun kopi ini dengan cara menyusun daun kopi seperti tusuk sate dan kemudian diasap di atas perapian berbahan bakar kayu hingga agak gosong dan bau gosong ini akan tercium ketika kita menghirup kawa daun yang asapnya masih mengebul.

Daun kopi yang agak gosong tadi lalu diremas-remas hingga menjadi serpihan-serpihan, diseduh dengan air mendidih, disaring dan siap dihidangkan. Ada juga yang diseduh seperti teh dengan cara disiram dengan air dingin lalu dimasak hingga mendidih. Biasanya dididihkan di dalam tembikar atau panci, begitu kata penjaga kedai ketika saya tanya. 

Seperti dilansir dalam Daily Mail, para peneliti menilai daun kopi bisa dijadikan minuman sehat seperti teh hitam atau teh hijau karena mengandung kafein yang lebih rendah dibandingkan dengan biji kopi yang diolah menjadi bubuk kopi. Cocok untuk dikonsumsi oleh orang  yang tidak tahan dengan kandungan kafein tinggi.

Menu

Penasaran dengan rasa kawa daun? Silakan mampir di kedai yang menyediakan kawa daun jika anda punya kesempatan berkunjung ke Sumatera Barat. 

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen