Kali ini saya akan mengulas bullying dari sisi pelaku bully itu sendiri. Apa yang membuat orang suka mem-bully? Jawaban yang sederhana adalah karena bullying menjadi langkah yang mudah, jalan pintas untuk mengatasi problem sosial mereka. Lebih mudah daripada mengontrol emosi atau mencoba memahami orang lain, menekan rasa iri atau problem lainnya.
Tidak hanya anak-anak atau remaja saja yang berpotensi menjadi pelaku bully, tapi juga orang dewasa. Pernahkah anda perhatikan seorang suami yang mempunyai "hobby" memukul, membentak isteri atau anak-anaknya? Ia menunjukkan kekuasaan dengan sikap agresif, suara keras dan kata-kata kasar dan pada saat suasana mencekam seperti itu ia merasa menang dan dominan. Mungkin ada rekan kerja anda di kantor yang punya kebiasaan menyebar gosip, ‘menusuk’ dari belakang dengan menjelek-jelekkan orang lain, menyerang rekan dalam suatu rapat besar, memojokkan atau dengan sengaja mencari-cari kesalahan orang. Itu juga termasuk bullying.
Bagaimana Perilaku Bullying Terbentuk?
Seorang anak yang sejak kecil melihat atau mengalami bullying di rumah, misalnya sering dibentak, dilecehkan, diolok-olok, akan menyimpan semua ingatan kejadian itu dalam pikiran bawah sadar yang tidak akan terlupakan seumur hidupnya. Sikap bullying akan menjadi contoh bahwa kekerasan dapat membuat seseorang merasa lebih berkuasa apalagi jika pihak yang dibully itu menjadi takut dan tidak berani melawan. Mem'bully' dianggap sebagai salah satu cara untuk mengatasi problem sosial. Cukup dengan menakut-nakuti orang lain, berbicara dengan nada tinggi dan kasar, ia akan disegani orang dan dapat mengontrol orang lain. Ini jelas perilaku yang sangat keliru untuk dicontoh dan seperti kita ketahui, anak-anak adalah peniru yang handal. Mereka akan meniru orang tuanya atau orang dewasa yang hadir dalam masa kanak-kanaknya.
Ada juga anak yang tidak pernah dididik cara mengelola emosi seperti menahan amarah dan mengatasi rasa frustrasi atau kecewa sehingga ketika merasa tidak aman dan terpojok, mereka akan menjadi agresif.
Dalam kejadian sehari-hari ada kalanya kita berjumpa dengan orang tua yang justru terlihat senang ketika anaknya mem-bully anak lain. Kisah berikut ini adalah pengalaman sahabat saya. Suatu sore ketika puteranya ingin bermain perosotan di taman, ada anak lain yang dengan sengaja menyerobot dan menghalangi. Putranya pindah mencari perosotan lain, eh...anak itu terus mengikutinya dan menghadang lagi. Ketika ditegur sahabat saya, si anak dengan tanpa rasa bersalah tetap tidak mau mengalah. Sementara itu, ibu si anak malah tersenyum bangga dengan kelakuan anaknya yang berhasil menyerobot. Heran!! Mungkin ia bangga karena melihat anaknya lebih berkuasa dan sukses menunjukkan gigi dan meraih apa yang diinginkan meskipun dengan cara yang tidak terpuji. Jelas tindakan anaknya sudah termasuk bullying tapi dibiarkan saja oleh orang tuanya. Bisa dibayangkan, si anak akan terbiasa menggunakan teknik bullying dalam pergaulan selanjutnya.
Anak-anak yang suka mem- bully, biasanya tidak banyak teman dan terlihat menyendiri karena ia tidak tahu bagaimana cara bergaul yang baik. Tidak ikut bermain di halaman sekolah, tidak ikut kumpul-kumpul dengan teman di kantin atau bahkan berbagi bekal sekolah.
Jangan Mem-bully
Anak sebaiknya diberitahu tentang apa yang dimaksud dengan bullying sejak dini. Beri contoh perilaku bullying agar mereka mengerti.
Bullying itu mencakup:
1. Memukul,menjambak, mendorong teman.
2. Memaksa orang lain melakukan apa yang mereka tidak suka lakukan.
3. Mengambil dengan paksa atau merusak barang milik orang lain.
4. Mengolok-olok teman, memanggilnya dengan nama julukan yang buruk dan membuat teman malu.
5. Menjelek-jelekkan teman.
6. Meminta uang dengan paksa pada teman.
7. Berbicara dengan suara keras dan membentak-bentak teman.
Dan contoh-contoh perilaku bullying lainnya.
Tekankan pada anak bahwa semua perilaku bullying itu tidak baik, tidak terpuji dan tidak boleh dilakukan, misalnya, "Perlakukan temanmu dengan baik, jika teman tidak mau bermain denganmu atau meminjamkan mainannya, jangan dipaksa, dimarahin atau dimusuhin." Anak harus belajar menerima keadaan yang tidak sesuai dengan kemauannya.
Pernah ada satu kejadian yang cukup merepotkan saya, dipanggil menghadap guru karena putera saya mengganggu temannya dan telah dua kali menusuk ujung jari temannya dengan pensil. Ketika itu ia masih di TK Besar. Ditegur baik-baik di rumah ternyata tidak mempan, akhirnya suatu kali saya ambil pensil dan saya tusukkan ke ujung jarinya. Ternyata, setelah merasakan bagaimana sakitnya ditusuk pensil, akhirnya ia mengerti mengapa temannya menangis dan takut. Sejak itu ia tidak pernah mengganggu lagi dan bahkan dengan tulus meminta maaf pada temannya itu.
Ajarkan sikap bertanggungjawab dalam segala hal dan bersedia menerima konsekuensi jika melalaikan tanggung jawab. Tidak mau bangun lebih pagi, ia akan terlambat sampai di sekolah dan harus bersedia dihukum berdiri di depan gerbang atau mendapat sanksi harus piket kelas dan pulang lebih telat 30 menit dari teman-temannya. Jika pe er belum dikerjakan, ia tidak boleh bermain sepeda atau menonton acara tv favoritnya. Putera saya juga pernah dihukum tidak dapat bonus bermain game saat pelajaran komputer di sekolah karena ia tidak tertib dan asik ngobrol ketika mengerjakan tugas komputer. Didik anak mempunyai sifat bertanggungjawab, disiplin dan bisa mengontrol diri.
Ajarkan juga untuk berbagi. Jika ia ingin merasakan isi bekal yang dibawa temannya, ia harus menawarkan bekal yang ia bawa. Jadi tidak merebut atau meminta paksa bekal temannya. Atau jika ia tidak membawa uang jajan, ia boleh pinjam uang temannya dan berjanji untuk menggantinya, bukannya memalak teman. Keahlian sosial (social skills) seperti ini perlu diajarkan pada anak sejak dini.
Perhatikanlah, anak yang mem-bully temannya, cenderung merasa perbuatannya itu tidak salah. Mereka akan membela diri dengan mengatakan temannya yang salah dan layak untuk di-bully. Biasanya mereka suka melaporkan tingkah laku temannya yang ia rasa merugikannya. Di sinilah tugas orang tua atau guru untuk meluruskan kekeliruan pandangannya.
Orang tua perlu selalu menjalin komunikasi yang baik dengan guru di sekolah atau guru di tempat les agar tingkah laku anak senantiasa terpantau. Jika ada perilaku yang mengarah pada bullying, segera dapat ditangani sebelum menjadi suatu kebiasaan yang akan terus dilakukan hingga dewasa.
Bully Di Internet
Apakah anda seorang tukang bully di internet tapi tak menyadarinya? Ingatlah, anda tak menjadi besar dengan mengecilkan orang lain. Mari kita memeriksa diri sendiri dan menjadi orang yang lebih baik lagi.
1. Pernahkah anda mengirim email, SMS, atau message dengan kata-kata ancaman atau kasar?
2. Pernahkah anda sendiri maupun bersama teman-teman anda menyerang, mengolok-olok, dan menertawai seseorang tertentu?
3. Apakah anda membalas dendam kepada orang tertentu karena orang tersebut pernah membully teman anda?
4. Pernahkah anda membuat seorang tertentu jadi lelucon agar teman anda menertawakannya karena anda tidak menyukai orang itu?
5. Apakah anda menguntit seorang tertentu karena anda ingin sepopuler dia?
Baca juga: Bullying- Bukan Masalah Sepele
Catatan: Tulisan ini pertama muncul di blog lama patahtumbuh pada tanggal 8 Mei 2014
Add new comment