Banyak anak yang diberi label pemalu, salah satunya keponakan saya. Ia akan memalingkan wajah dan tubuhnya jika diminta untuk memberi salam atau menyapa orang baru atau teman ibunya. Biasanya orang tua akan sibuk meminta anaknya untuk menyapa, tidak diam saja. Nampaknya orang tua merasa lebih bangga jika anaknya berani dan antusias mendekati teman atau orang baru dan berceloteh dengan riang.
Sikap pemalu seperti ini adalah salah satu ciri kepribadian, bukan suatu sikap yang salah dan bukan karena mereka kurang percaya diri. Orang-orang yang cenderung pemalu biasanya adalah pendengar yang baik dan akan memperlihatkan rasa sukanya dengan bahasa tubuh meskipun tidak ada kata yang terucap. Dalam beberapa pertemuan sering kita lihat orang yang diam saja, sementara teman-teman atau peserta yang lain bergerombol, asik bercerita dan tertawa-tawa. Orang yang pemalu akan membalas tatapan setiap orang dan tersenyum tipis sebagai pertanda kehadirannya dan penerimaannya terhadap orang lain.
Ada anak yang ketika usia dua tahun selalu ramah dan melambaikan tangannya, menyalami tiap orang yang dia temui bahkan pada orang asing sekalipun, namun ketika masuk usia tiga tahun, ia menjadi sangat pemalu dan takut bertemu orang lain. Orang tua sering bingung melihat perubahan drastis sikap anaknya yang seperti ini. Ada apakah gerangan? Sebenarnya tidak ada yang menjadi pemicu. Sebelum usia dua tahun, banyak anak bersikap spontan, langsung bertindak tanpa banyak pikir khususnya dalam pergaulan. Pada usia antara dua hingga empat tahun, anak mengalami fase kecemasan pada orang asing (stranger anxiety). Itu sebabnya anak tiba-tiba menjadi khawatir dan cemas setiap kali bertemu dengan orang asing.
Saya beberapa kali menghadapi anak yang pemalu yang datang dengan orang tuanya. Kepalanya menunduk, dagu menempel di dada atau mengisap jempolnya, bersembunyi di balik ibunya sambil memeluk erat paha sang ibu. Jika kita fokus mendekatkan diri atau menyapanya, ia akan semakin ‘menciut’. Biasanya saya akan menyapa ibunya terlebih dahulu dan membuat suasana menjadi hangat dan lebih santai. Anak kemudian akan menjadi lebih rileks setelah melihat saya dan ibunya berbincang hangat dan biasanya akan mulai ‘berani’ dan membalas tatapan mata maupun senyuman.
Si pemalu ini biasanya butuh waktu lebih lama untuk bisa ‘in’ dengan orang yang baru kenal atau jika berada dalam satu kelompok baru. Mereka memulai dengan tatapan mata dan senyuman, mengamati dan menilai apakah orang baru ini akan cocok atau tidak dengan dirinya. Begitu ia merasa cocok dengan seseorang, relasi akan terjalin dan biasanya hubungan akan bertahan lama.
Apa Yang Harus Dilakukan?
Banyak orang tua yang punya anak pemalu khawatir akan sikap anaknya. Apakah ini hanya sesaat? Perlukah anak diajarkan untuk lebih berani dan asertif? Apakah ada masalah psikologis di balik sikapnya? Ketika anak sudah dicap atau diberi label pemalu, mereka akan menggunakannya sebagai ‘cadar’ dan merasa aman dengan sikap diam dan pasif. Keahlian sosial dalam bergaul (social skills) tidak terlatih jika anak terus memakai ‘cadar’ label pemalu. Lama kelamaan anak menjadi makin pemalu dan tidak mandiri. Selalu butuh orang tuanya atau pengasuhnya.
1. Peluk anak anda setiap kali ia mulai memperlihatkan tanda takut, berlindung di balik tubuh anda, mulai cemberut dan akhirnya menangis. Ia akan menjadi lebih tenang dan merasa aman meskipun berhadapan dengan orang yang tidak familiar padanya.
2. Semakin dipaksakan, anak pemalu akan semakin ciut nyalinya, semakin takut. Lebih baik ciptakan dulu suasana yang nyaman agar anak dapat belajar adaptasi dan menjadi lebih luwes. Jangan pernah mencap dan memberi label “anak pemalu” karena dengan label ini anak merasa ada yang salah pada dirinya dan menjadikannya semakin takut.
Jadi jika anda ingin mengajak anak ke rumah teman anda, jangan katakan pada anak: “Jangan diam aja ya di rumah Tante Dina. Tante itu ga galak koq.” Anak akan semakin diam jika diperingatkan seperti ini. Katakan saja seperti ini: “Nanti di rumah Tante Dina, kamu bilang halo Tante atau selamat sore Tante. Tante Dina pasti akan senang dan memujimu.” Sebaiknya tidak membebani anak dengan harus menyapa panjang lebar karena anak justru akan stres. Setidaknya anak sudah menyapa dan untuk selanjutnya ia akan menata emosinya sendiri bila suasana atau reaksi orang yang disapa membuatnya nyaman. Boleh juga anak diminta membawa mainan kesukaannya atau buku bacaan agar ia tidak salah tingkah berada di rumah si Tante dan objek itu bisa digunakan sebagai pembuka pembicaraan dengan si anak. Begitu anak mendapat pujian setelah ia menyapa, rasa nyamannya akan meningkat dan membuat ia lebih rileks dan mudah diajak berinteraksi.
3. Ketika teman atau sepupu anda datang berkunjung dan anda ingin memamerkan kepandaian anak anda memainkan biola, jangan memaksa anak jika ia enggan. Sebaiknya anda sudah mempersiapkan mentalnya dengan memberitahu kalau hari Minggu nanti Tante S akan datang. “Tante itu sangat suka musik apalagi melihat anak kecil yang pandai memainkan biola. Nanti kamu mainkan satu lagu dengan biolamu ya. Tante pasti senang dan akan memujimu.” Anda bisa meminta anak untuk berlatih dan memainkan lagu itu untuk anda sebelum tampil di depan tamu hari Minggu nanti.
4. Ada tipe orang tua yang suka mendominasi percakapan ketika anaknya ditanya oleh seseorang. Misalnya, anda mengantar anak ke sekolah dan terlambat tiba, gerbang sudah ditutup dan harus melapor di kantor Tata Usaha. Ketika anak ditanya kenapa telat tiba di sekolah, anda spontan menjawab, bukan anak. Kejadian-kejadian seperti ini akan membuat anak yang memang pemalu dari ‘sononya’menjadi semakin diam dan menarik diri. Disebut dengan istilah mouthy mother vs mousy child. Jadi berikan kesempatan pada anak untuk menjawab, menerangkan atau membela diri ketika ia ditanya.
Kapan sikap pemalu dikategorikan suatu masalah perilaku? Anak diam saja, tidak mau melakukan kontak mata sama sekali dengan orang lain, cemberut dan terlihat sedih atau takut, ini adalah tanda-tanda anak mengalami masalah perilaku. Kemungkinan ada sesuatu dalam dirinya yang dicemaskan atau sedang marah pada seseorang, trauma dan lainnya. Hal ini yang perlu diungkap lebih jauh dan sebaiknya bawa anak ke profesional.
Tambah komentar baru