Apresiasi dan Apropriasi

Saya pernah mencoba memakai baju “cheongsam”. Seorang teman di gereja mengatakan bagus, tapi menatap cermin, perasaan saya seperti melihat orang asing. Saya suka motif etnik. Beberapa orang dekat dan bahkan anak saya mengatakan pakaian bergaya etnik sesuai dengan kepribadian saya.

Seperti biasa, diskusi dengan anak saya selalu merambak, dari cerita ketemu teman gereja dulu, masalah rasisme di Amerika Serikat hingga diskriminasi secara umum dan double standard. “First of all,” katanya, “kita harus menyadari semua orang itu berbeda.” “Yup,” kata saya, “tapi setara.” Kemarin saya menonton klip video pidato mantan presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan. Menurut beliau, Amerika kuat karena “… we draw our people, our strength, from every country and every corner of the world.” - rakyat kita, kekuatan kita, berasal dari berbagai negara dan berbagai sudut dunia. Beliau juga berkata, “It is bold men and women, yearning for freedom and opportunity, who leave their homelands and come to a new country to start their lives over.” - Adalah orang-orang bernyali besar, yang rindu akan kemerdekaan dan kesempatan, yang meninggalkan tanah air mereka, pergi menetap di daerah baru dan memulai hidup kembali dari awal. Beliau sedang bicara tentang imigran.

Tentu migrasi tidak hanya terjadi di Amerika. Di segala penjuru bumi, migrasi terjadi. Pertemuan antar kebudayaan tidak terelakkan. Mengenali, mengerti kebudayaan lain adalah penting untuk komunikasi dan kelangsungan hidup bersama dalam damai. Di sini (seperti halnya di ranah lain), muncul dua istilah, apresiasi (appreciation) dan apropriasi (appropriation). Apresiasi terjadi saat kebudayaan orang lain dipelajari dan dimengerti dengan tujuan meluaskan cakrawala pemikiran, dan menjalin hubungan antar-budaya. Apropriasi terjadi saat satu aspek kebudayaan lain digunakan untuk kepentingan/kesenangan pribadi tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap kehidupan dari mana budaya itu berasal. 

Apresiasi

Lalu saya mulai mempertanyakan, saat saya berpakaian dengan motif etnik itu, apakah saya melakukan apropriasi atau apresiasi? Apakah saya mengerti makna budaya apa yang terkandung di dalamnya? Ribet? Tidak, bila pernah menjadi korban apropriasi. 

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen