Phubbing: Arti dan Cara Mengatasi

Fenomena Phubbing

Ada sepotong kisah sedih dari perjalanan saya ke Yogyakarta pertengahan September yang lalu. Kehilangan tiga buah power bank di kereta api Taksaka !! Saya dan putera saya jelas sangat galau karena power bank itu adalah penyambung hidup gadget kami.  Kehilangan power bank  berarti kami tidak bisa 24 jam on line, tidak bisa mengunggah foto atau membalas komentar teman-teman di media sosial, sepi dan merasa tidak nyaman jika nanti kehabisan baterai dan harus mematikan gadget. Harap maklum, kami berdua sudah terkena sindrom phubbing.

Anda mungkin sering melihat fenomena berikut ini:

  • Makan bersama, makanan sudah terhidang; semua sibuk memotret makanan tersebut dan langsung mengunggah fotonya ke media sosial atau sekedar mengganti gambar profil di Blackberry. Dalam waktu 1-2 menit setelahnya, akan muncul komentar dari teman dan berlanjut dengan saling membalas komentar. Makanan sudah dingin dan masing-masing individu masih sibuk dengan gadget.
  • Gadget diletakkan sedekat mungkin dalam jarak pandang yang memungkinkan individu untuk segera tahu jika ada chat masuk atau komentar baru di facebook.
  • Setiap kali telepon genggam berdering, orang akan langsung merespons meskipun tengah bercakap-cakap dengan lawan bicara di depannya.
  • Tiap dua menit lawan bicara kita melirik ke layar gadgetnya untuk mencari tahu apakah ada message masuk atau tidak.
  • Gadget selalu stand by di genggaman, jadi bisa langsung merespons jika ada notifikasi.
  • Ketika berkendaraan, perhatikanlah berapa banyak orang yang langsung meraih gadgetnya begitu lampu menyala merah dan apa yang mereka lakukan untuk mengisi waktu selama 60-90 detik tersebut. Membalas chat, memeriksa updates, menelepon.
  • Menemani anak membuat pe er, kita lebih sibuk dengan gadget daripada mendengarkan soal yang ditanyakan si anak dan merasa terganggu karena  harus membantu mencarikan jawaban atau menerangkan.
  • Berjalan di trotoar atau di mal tapi mata tertuju pada layar dan jempol sibuk mengetik.

Semua contoh fenomena yang disebutkan di atas disebut dengan phubbing. Istilah phubbing, berasal dari kata phone dan snubbing, diciptakan oleh Alex Haigh, mahasiswa Australia yang magang di perusahaan periklanan terkenal McCann di Australia. Ia kemudian direkrut menjadi pegawai tetap di sana. Film berjudul A Word is Born merekam keseluruhan proses penciptaan istilah baru ini dan menjadi iklan untuk Macquarie Dictionary Australia.

Phubbing diartikan sebagai perilaku tidak mengindahkan orang lain, sibuk dengan gadget, kecanduan gadget. Pelaku phubbing disebut phubbers, yakni orang yang terus menerus cek email, sosial media, atau chatting menggunakan gadget. Pphubbing (Partner phubbing) adalah phubbing yang dilakukan saat anda sedang bersama dengan pasangan anda.

Bulan Mei 2012, McCann Melbourne bersama Macquarie Dictionary, mengundang para lexicographers (editor/penyusun kamus), penulis buku dan puisi untuk memperkenalkan kata phubbing di media dengan kampanye Stop Phubbing.

Mengapa orang begitu lekat dan tergila-gila dengan gadget? Dulu sebelum demam smartphones muncul, acara keluarga atau berkencan dengan pacar diisi dengan mengobrol atau bercanda satu sama lain. Sekarang ini, aliran message dan updates dari media sosial terus masuk tanpa henti ke gadget dan semua teman yang tersebar di mana-mana hanya terpisah sebatas ketikan atau klik di layar gadget.

Gadget merupakan teknologi yang memungkinkan kita berkomunikasi dan terhubung dengan siapa saja di mana saja dan kapan saja. Dengan komunikasi versi gadget ini, kita dapat menampilkan diri seperti yang kita inginkan karena tidak berhadapan langsung dengan lawan bicara. Orang lain tidak dapat melihat dan menilai bagaimana penampilan kita sebenarnya saat ini, kita dapat mengatur kesan apa yang ingin ditampilkan, menyusun jawaban dan komentar lebih leluasa. Jadi intinya dengan berkomunikasi secara virtual, kontrol ada di tangan kita.

Hasil penelitian terhadap 453 responden dewasa yang dilakukan para peneliti Hankamer School of Business dari Baylor University, Texas, kebiasaan tidak mengindahkan lawan bicara dan lebih fokus pada gadget akan merusak hubungan romantis dan meningkatkan kecenderungan depresi karena kepuasan hidup akan menurun. Ketika partner merasa diacuhkan, maka akan timbul konflik dan menurunkan tingkat kepuasan interaksi satu sama lain, demikian kata Prof. James A. Robers, Ph.D. Studi ini juga menyimpulkan, bagi pasangan yang hubungannya kurang erat, akan merasa jauh lebih terganggu dengan perilaku phubbing yang dilakukan pasangannya.

Lebih dari 46% partisipan melaporkan pernah menjadi korban phubbing pasangannya dan phubbing memicu konflik di antara mereka. Menurut hasil survei yang dilaporkan  oleh Meredith David, Ph.D, asisten professor di Baylor, dalam interaksi sehari-hari dengan pasangan atau orang dekat, phubbing sering dianggap sebagai suatu tindakan yang normal, tidak merugikan orang lain. Akan tetapi dalam kenyataannya, semakin sering kebersamaan dengan pasangan diinterupsi oleh phubbing,  individu merasa semakin tidak puas dengan hubungannya.

Hubungan pphubbing dengan depresi menurut Roberts dan David adalah sebagai berikut:

Phubbing + Attachment anxiety ---> konflik ---> ketidakpuasan terhadap hubungan ---> ketidakpuasan hidup ---> depresi.

Berapa dekade yang lalu, para psikolog memperdebatkan soal pengaruh menonton TV yang membuat interaksi dengan orang lain berkurang karena individu terpaku pada layar TV.  Jika dibandingkan dengan phubbing saat ini, menonton TV menjadi lebih ‘ringan’ karena ternyata phubbing menyita lebih banyak waktu daripada menonton TV. Lama kelamaan kemampuan kita untuk berkomunikasi tatap muka akan menghilang.

Kesimpulan dari hasil survei tersebut sangat mengejutkan. Institusi perkawinan (dan hubungan romantik pada umumnya) berada dalam kondisi yang rentan. Phubbing menjadi penyebab sekitar 40-50% dari berakhirnya rumah tangga dan hubungan romantik dan menurunkan skala kepuasan hubungan antar individu dalam konteks yang lebih luas. Sangat ironis karena awalnya gadget dimaksudkan untuk menjadi alat komunikasi antar individu dan untuk memudahkan dan mendukung komunikasi, namun sekarang justru menjadi bumerang, menjadi kendala dalam hubungan interpersonal.

Pasangan atau teman anda mungkin tidak pernah mengeluh secara langsung ketika anda melakukan phubbing. Seorang teman lama saya bilang, setiap kali ia tiba di rumah atau sedang bersama pasangannya, ia berusaha meninggalkan gadget; jadi harap maklum jika ia tidak aktif di grup atau agak lama membalas chat. Ini ia lakukan untuk menghindari konflik dengan pasangannya. Tapi sebaliknya, pasangannya sering terlihat asik dan sibuk dengan gadget ketika mereka sedang bersama-sama, namun ia tidak pernah menegur atau mengeluh secara langsung meskipun merasa tidak nyaman menjadi korban phubbing.

Menurut Dr. Gail Saltz, psikiater dan kontributor di majalah Today, orang  tetap merasa ditolak (rejected) ketika pasangannya lebih tertarik pada gadget daripada mengobrol dengan dirinya, meskipun keluhannya tidak terucap.

Phubbing

Jadi apa yang harus kita lakukan untuk menghindari phubbing atau  menjadi korban phubbing?

  • Introspeksi bagaimana perilaku kita sendiri ketika menggunakan gadget. Miliki rasa empati pada orang lain yang sedang bersama kita saat itu.
  • Jika teman di facebook atau posting di instagram lebih menarik daripada teman yang duduk bersama anda saat ini, untuk apa anda berada bersama di sini?
  • Biasakan untuk menyetel gadget menjadi silent mode ketika kita akan bertemu dengan teman atau rekan kerja.
  • Taruh gadget dalam tas atau kantong baju daripada ditaruh di atas meja agar tidak tergoda untuk melirik ke layar gadget setiap dua menit.
  • Jika ada telepon penting yang masuk, minta izinlah pada lawan bicara anda sebelum menerima telepon itu.
  • Jangan mengeluarkan dan menggunakan gadget ketika sedang melamar kerja atau diinterviu. Bisa jadi anda akan kehilangan kesempatan karena dengan lebih tertarik pada gadget, jelas akan mengurangi penilaian.
  • Terus menerus mengintip layar gadget sambil bercakap-cakap bukan multitasking.
  • Meskipun fungsi smartphones adalah untuk berkomunikasi tapi bukan berarti kita meninggalkan cara berkomunikasi tatap muka (face-to-face) dan melakukan semuanya dengan smartphones.
  • Katakan terus terang jika anda merasa keberatan dengan lawan bicara yang tampak lebih sibuk dengan gadgetnya ketika berbincang-bincang dengan anda.

SaveSave

Komentar

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen