“Pernikahan yang berhasil membutuhkan jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama.”..Mignon McLaughlin
Bisakah anda ingat kapan terakhir kali anda mengatakan ‘Aku kangen kamu’, ‘Aku tuh sayang banget deh sama kamu’, “ Aku merasa sangat beruntung memiliki kamu”, kepada pasangan anda? Kapan terakhir kali anda berjalan bergandengan tangan, mencium keningnya atau merangkul pasangan anda, pergi berlibur berdua saja, ngobrol santai tentang rencana masa tua, chatting mesra, tertawa terpingkal-pingkal? Kapan terakhir kali anda bercinta bersama pasangan yang sudah bertahun-tahun menemani anda?
Kedengarannya sepele, tapi banyak pasangan yang sudah tidak melakukannya lagi. Seiring dengan aktivitas dan rutinitas, hari demi hari berlalu, tidak terasa kita sudah hidup bersama dengan orang yang sama belasan tahun bahkan puluhan tahun, tapi koq malah makin asing satu sama lain? Ini fenomena nyata yang sering terjadi. Pasangan yang makin mesra dan tetap lengket seperti perangko, bisa dihitung dengan jari. Tidak perlu kalkulator untuk menjumlahkannya karena jumlahnya hanya segelintir.
Pentingkah Jatuh Cinta Lagi Pada Orang Yang Sama?
Mengapa ada cinta yang awet sampai kakek nenek, hingga dipisahkan oleh kematian, namun ada juga yang kandas di tengah jalan? Mengutip pendapat Samuel Mulia, cinta itu melahirkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, melahirkan energi yang besar sehingga hubungan tetap berjalan meskipun rintangan selalu ada. Kemungkinan kedua, energi yang ditimbulkan kecil, tidak mampu menopang hubungan dan tidak tahan banting, akibatnya hubungan kandas. Yang mengandaskan sebenarnya bukan cinta itu semata, tapi kondisi yang mengeringkan suasana percintaan itu yang membuat percikan cinta menjadi padam. Lupa mengapa dulu jatuh cinta pada pasangan. Lupa pada manisnya cinta awal.
Cinta itu sebenarnya suatu perasaan yang ‘hidup’, yang bisa ‘capek’ dan ‘layu’ jika dibiarkan tanpa usaha untuk memeliharanya. Cinta tidak ‘auto pilot’, yang sekali cinta akan tetap cinta. Cinta butuh recharging, karena hidup kita dinamis. Kondisi berubah, baik fisik, finansial, maupun lingkup pergaulan. Setiap fase kehidupan mempertemukan kita dengan orang baru. Jika ikatan emosional dengan pasangan mulai melemah, celah hati bisa terisi oleh orang lain bila ada percikan-percikan chemistry. Akan timbul ‘rasa’ dan attachment dengan orang lain. Inilah pentingnya mengapa kita harus berusaha tetap menghidupkan percikan cinta dengan pasangan. Jatuh cintalah lagi dan lagi pada pada dia yang bersedia menjadi partner kita untuk berbagi mimpi dan harapan, sebelum anda atau dia akhirnya memilih pindah ke lain hati.
Bagaimana Jatuh Cinta Pada Orang Yang Sama?
'Don’t Sweat The Small Stuffs'
Pada awal hubungan, semua terasa manis, ditegur ataupun dikritik oleh pasangan, anda tidak tersinggung ataupun marah. Setelah hidup bersama sekian tahun, timbul rasa jemu dan bosan, kadar toleransi menipis dan mulai gerah jika pasangan melontarkan kritik atau teguran untuk hal sepele sekalipun. Gundah dan kesal yang menumpuk menimbulkan perasaan malas untuk ngobrol dengan pasangan, tidak ada lagi sharing kejadian sehari-hari, rasanya lebih asik pergi dengan teman daripada ditemani si dia. Rasa cintapun entah sudah menguap ke mana.
Hal-hal kecil seperti: selalu lupa mematikan lampu kamar mandi, tidak melap wastafel yang basah, selalu memicu rasa kesal. Mengapa kita mempermasalahkan setiap kelalaian kecil yang dia lakukan? Mengomel panjang lebar dan cemberut seharian hanya karena si dia lupa menggantung handuk sehabis mandi di jemuran? Pasti ada hal-hal atau kelalaian kita yang mungkin kurang sreg di hatinya, tapi pasangan bisa menerima, tidak protes atau pakai acara kesal- kesal. Teman saya pernah berkata, “Aku pikir-pikir, suamiku ga pernah mempermasalahkan kalau aku lupa menggantungkan kunci di belakang pintu, parkir tidak rapi di garasi, dan sebagainya. Dia dengan sabar membetulkan posisi parkir kendaraanku, mengisikan bensin, membersihkan halaman depan, tanpa mengomel panjang lebar. Kenapa aku koq sebel setiap kali dia lupa ini itu?”
Apa salahnya jika kita membantu merapikan pakaiannya di lemari, menutup botol kecap atau mendorong laci yang lupa ditutup dan hal-hal kecil lainnya. Lakukan saja atas nama cinta. Dulu bisa, mengapa sekarang tidak?
Mood yang baik, dalam sekejap dapat rusak hanya karena hal kecil. Untuk mengembalikan mood yang jelek dan rusak itu menjadi kembali normal, butuh waktu dan energi yang banyak. Bisa dibayangkan, berapa banyak waktu dan kegiatan positif yang hilang dengan sia-sia karena awan mendung meredupkan suasana hati.
Ekspresikan Isi Hatimu
Banyak orang mengeluh soal pasangannya yang terlalu cuek dan tidak romantis, terlalu jaim (jaga image) apalagi di depan umum. Beberapa bahkan menggambarkan hubungan mereka seperti rekan kantor.
Pada dasarnya solusi utama adalah menjaga komunikasi. Bicarakan dengan pasangan semua hal yang ada di pikiran, mulai dari hal ringan seperti keadaan lalu lintas dalam perjalanan ke kantor tadi pagi, sampai hal yang serius seperti rencana investasi atau sekolah anak. Meskipun kadang memang bosan mendengarkan cerita yang itu-itu saja, tapi lebih baik ada interaksi daripada diam sepanjang hari. Jika terasa ada yang mengganjal di hati, katakanlah terus terang. “Yang, aku ga suka handuk basah asal disampirkan di kursi. Mbok ya langsung digantung di jemuran” Atau masalah pulang kantor dan makan atau tidak di rumah. “Kalau ada acara mendadak dan ga pulang makan, dikabarin ya, jadi ga ditungguin makan.” Minta maaf jika melakukan kesalahan. “Sori, Yang, aku tadi telat, tokonya dah tutup.” Jika rasanya kurang nyaman mengatakan secara langsung, cobalah ungkapkan dalam bentuk tulisan. Tulis memo kecil atau email.
Ketika hal-hal kecil rutin dipraktekkan, suatu saat ketika pasangan anda tidak berada di rumah, akan muncul rasa kehilangan dan rindu. Ada hal yang kurang. Rasa rindu inilah yang menjadi perekat hubungan dan pertanda bahwa kita membutuhkan kehadirannya dan akan memperkuat rasa cinta kita terhadap pasangan. Bangunlah selalu iklim yang hangat dan manis dengan pasangan, memupuk cinta agar senantiasa tumbuh ‘subur’ dan ‘segar’. Sering-seringlah ekspresikan isi hati dengan ucapan, tulisan atau bahasa tubuh ataupun buat kejutan-kejutan seperti membelikan coklat atau kirimkan message bertuliskan 'Selamat bekerja, jangan terlambat makan siang' pada jam istirahat kantor.
Hati siapa yang tidak berbunga-bunga saat si dia mengatakan: “I love you” atau “Aku kangeennn banget ama kamu”? Meskipun kedengarannya gombal, namun tetap saja membuat hati meleleh.
Catatan : Tulisan ini pertama muncul di blog lama Patahtumbuh pada tanggal 25 Oktober 2013.
Tambah komentar baru