Ingin Berhenti Merokok?

Saya ingin berhenti merokok, sedang berusaha, tapi tidak akan bisa langsung sekaligus.” Susi Pudjiastuti (m.tribunnews.com)

Ahaaa….partner saya khusus menulis status di laman facebook-nya, sangat terharu dengan pernyataan di atas dan share artikel berita Ibu Susi Pudjiastuti yang menyatakan keinginannya untuk berhenti merokok. Beberapa minggu terakhir ini Ibu Susi menjadi topik hangat di media sosial. Beliau disorot sebagai menteri wanita yang perokok. Fotonya yang sedang merokok di halaman istana negara, menuai banyak komentar dari berbagai kalangan.

Terlalu lebaykah soal seseorang yang menyatakan keinginanya untuk berhenti merokok? Oh..jelas tidak. Bagi saya, niat untuk berhenti merokok dan membebaskan diri dari kungkungan lingkaran kecanduan rokok, patut diacungkan jempol. Ini merupakan langkah pertama yang paling penting. Niat. Ya, NIAT.

Bagaimana kondisi anda saat ini? 

- Masih merokok, tapi ingin berhenti?
- Sudah berhenti merokok, namun mulai merokok lagi?
- Sudah meninggalkan rokok, tapi keinginan untuk merokok kembali masih kuat?
- Anda punya seribu alasan untuk tetap merokok.  Saya masih sibuk dan butuh rokok untuk membuat mata melek biar kuat lembur. Saya hanya merokok beberapa batang sehari koq. Keluarga juga tidak keberatan saya merokok. Saya stres, lagi down. Bosen.Teman-teman juga merokok.
Mencari alasan untuk tidak perlu berhenti merokok. Saya menikmati koq. Saya akan berhenti merokok kalau waktunya tiba. Saya sudah merokok puluhan tahun dan sejauh ini baik-baik saja, tidak ada keluhan apapun. Kakek saya perokok berat, seperti lokomotif, tapi hidup sehat hingga 98 tahun. 

Seperti kata teman saya yang sudah berteman dengan rokok sejak kelas 5 SD, segala bentuk rasionalisasi soal rokok, seperti: merokok itu tidak sehat, dihantui kanker paru-paru, membuat arteri tersumbat, merangsang batuk, umur pendek dan lainnya, tidak mempan dan tidak mampu menyiutkan nyali perokok. Ga merokok, cepat atau lambat, juga game over koq hahah….Tau ga sih, Li, merokok itu nikmatnya tidak terlukiskan dan membuat pikiran rileks.

Alasan yang mereka ajukan lebih kuat dari bahaya yang dihadapi. Merokok sudah menjadi kebiasaan (habit). Setelah makan, merokok. Menunggu atau antri di manapun, daripada nganggur atau salah tingkah,  merokok. Di kamar mandi ketika panggilan alam menyapa, sambil merokok juga. Jadi sudah menjadi satu paket dari kegiatan harian. Ketika kegitan merokok dihilangkan, terasa ada yang janggal. Ada bagian yang kurang.

Lain lagi cerita isteri teman saya. Suaminya selalu butuh rokok saat ia akan bertemu dengan pelanggan, akan presentasi di depan audiens atau akan menghadiri rapat penting. Rokok menjadi penyalur dan penetral rasa gugupnya. Bagaimana dengan anda?

Apakah (Memang) Sulit Berhenti Merokok?

Saya betul-betul ingin berhenti merokok kali ini, apalagi di kantor sudah menerapkan kebijakan no-smoking zone. Tapi koq sulit ya? Pernah berhenti merokok setahun yang lalu, seminggu saja, terus balik merokok lagi. Duh…apa mungkin betul-betul bisa berhenti?”

Itu inti dari curhat salah satu klien yang datang dan meminta bantuan untuk diterapi agar bisa lepas dari kecanduan rokok.

Keinginan untuk berhenti merokok menjadi satu tantangan tersendiri. Seberapa jauh tingkat kesulitannya, tergantung pada beberapa faktor, seperti:

- Jumlah konsumsi rokok per hari
- Siapa saja yang menjadi partner merokok (orang tua, teman, rekan kerja)
- Alasan merokok: untuk pergaulan sosial, menjaga berat badan, ajakan lingkungan, untuk mengatasi rasa gugup ketika berada dalam suatu situasi, dan sebagainya.

Rokok
Foto oleh Krismariana Widyaningsih. Lokasi : Stasiun KA Madiun

Beberapa cara yang dapat membantu anda berhenti merokok:

1. Keinginan sendiri. Murni timbul dari diri sendiri, tanpa terapi apapun, tanpa obat, tanpa kondisi eksternal yang mengharuskan untuk berhenti. Keadaan ini disebut cold turkey. Menurut penelitian, hanya 10% dari total perokok yang memiliki keinginan berhenti merokok seperti ini. Beberapa teman saya berhenti merokok dengan mudah dan langsung stop saat ia memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan rokok.

2. Terapi perilaku (behavioral therapy). Cari terapis dan anda akan dibantu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi dasar utama anda butuh rokok dan bagaimana mengatasi rasa ingin merokok.

3. Terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy) – NRT. Ada dalam bentuk plester, inhaler, semprotan (spray), permen karet, lozenges.

4. Terapi kombinasi, seperti memakai plester pengganti nikotin dan juga mengikuti terapi perilaku.

5. Hipnoterapi. Hingga kini masih ada pro dan kontra tentang efektifitas hipnoterapi dalam penanganan kasus klien yang ingin berhenti merokok, namun banyak yang berhasil lepas dari kecanduan rokok dalam 2 – 4 sesi hipnoterapi. Poin utama dalam keberhasilan hipnoterapi adalah adanya keinginan yang kuat dari klien itu sendiri.

Menurut cerita seorang klien yang berhasil meninggalkan rokok dengan hipnoterapi, hal terberat bukan pada menahan keinginan merokok, tapi pada apa yang harus dilakukan sebagai pengganti kebiasaan dari saat-saat yang dulunya diisi dengan merokok. Jadi misalnya, dulu setiap selesai makan, ia harus merokok. Jadi ada jeda waktu yang dirasakan aneh jika sekarang ia tidak merokok setiap habis makan. Keinginan untuk merokok memang sudah mereda karena sugesti yang ditanamkan dalam dirinya membuat ia tidak lagi merasakan nikmatnya merokok. Jadi setelah hipnoterapi, butuh terapi lanjutan untuk mempertahankan keberhasilan klien meninggalkan rokok. Bicarakanlah dengan terapis hal apa saja yang anda rasakan setelah tidak merokok.

Setelah berhasil mengatasi kecanduan merokok, ada beberapa hal yang harus diingat dan ditanamkan dalam diri anda:

- Kenali apa yang selalu menjadi pemicu anda merokok dan hindarilah.
- Ingat, beberapa hari pertama adalah hari yang paling sengsara setelah anda lepas dari rokok. Cobalah untuk menjauhkan diri dari rentetan kebiasaan yang biasanya diisi dengan merokok. Misalnya, setelah makan, sibukkan diri dengan membaca koran, menonton tv, membereskan meja, memotong buah untuk penutup acara makan, dan lain-lain.
- Perbanyak kegiatan  bersama teman-teman yang tidak merokok.
- Jangan kecil hati ketika diejek oleh lingkungan perokok karena anda tidak lagi ikut menyalakan dan menikmati rokok.

Masih ada alasan untuk tidak berhenti merokok? Langkah pertama adalah niat. Langkah berikutnya, wujudkan niat anda. Anda merasa sehat jiwa dan raga? Percayalah, anda akan lebih sehat lagi setelah setelah berpisah dengan rokok.

Catatan: Tulisan ini pertama muncul di blog lama patahtumbuh tanggal 7 November 2014.

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Tidak ada yang bisa memastikan kapan dan siapa penemu teknologi kacamata. Peneliti menemukan...

Rose Chen

Catatan: Tulisan ini pertama muncul di akun Facebook Penulis pada tanggal 10 Mei 2019....

Masmimar Mangiang

Pernah dengar peribahasa “You can't teach an old dog new tricks.” (Anda tidak bisa...

Rose Chen

Catatan: Tulisan ini pertama muncul sebagai Note di akun Facebook Penulis. 

Masmimar Mangiang
Kualitas hidup adalah kualitas yang dirasakan dalam kehidupan seorang individu atau kelompok...
Rose Chen
Taiwan Timur Laut terkenal dengan bebatuan alam yang indah sepanjang pesisir pantai.
Rose Chen

Pernahkah anda mendengar kata "kiasu" dan "kiasi" dalam percakapan atau...

Lilian Gunawan

Sampah organik adalah sampah yang bisa terurai (mengalami pembusukan) yang berasal dari hewan...

Rose Chen