foto oleh Lian Zu
model Neny Liong
Dua teman perjalanan saya selama di Eropa tiba di Amsterdam pagi hari, mereka sudah berjalan-jalan menikmati kota Amsterdam, sementara saya baru tiba malamnya. Keesokan paginya kami menuju Amsterdam Central Station dan dengan kereta api menuju Leiden. Tiket sudah kami beli online sebelumnya.
LEIDEN
Leiden adalah kota yang cukup berpengaruh di Eropa. Di Leiden ada Eurotransplant, organisasi internasional yang mengelola donor organ di berbagai negara Eropa. Selain itu, Leiden juga merupakan pusat perusahaan pembuat pesawat terbang di Eropa, termasuk Airbus. Tapi tujuan utama kami mengunjungi Leiden adalah melihat Universitas Leiden, Universitas tertua di Belanda.
Dari Leiden Central Station, anda bisa menuju perhentian bus dan naik bus nomer 1, 2, 5, atau 45 untuk menuju Universitas Leiden.
Universitas Leiden
Universitas Leiden dibangun tahun 1575 oleh Pangeran William. Ratu Juliana, Beatrix dan Raja Willem-Alexander pernah kuliah di perguruan tinggi ini. Universitas Leiden selalu menduduki peringkat 60an dari seluruh universitas di dunia. Alumninya antara lain, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Presiden keenam Amerika, John Quincy Adams, dua Sekjen NATO, 16 penerima hadiah Nobel termasuk Albert Einstein.
Ada lebih dari 40 institut penelitian nasional maupun internasional di Universitas Leiden. Yang paling menarik adalah perpustakaan Leiden, dimana tersimpan koleksi terbanyak di dunia tentang sejarah Indonesia. Bagi anda yang ingin mencoba melihat koleksi ini, anda harus memiliki kartu anggota perpustakaan.
Bila anda telah sampai ke area Universitas, untuk menemukan perpustakaan ini tidaklah sulit, bertanya saja kepada mahasiswa yang lalu lalang.
Maret 2014 yang lalu, wakil presiden Boediono mengunjungi perpustakaan ini. Saya sungguh ingin tahu apa yang dia pikirkan. Apakah beliau merasa terpanggil untuk mencoba mengembalikan ‘harta’ Indonesia kembali ke bumi pertiwi? Harus kita akui, kalau semua bukti sejarah itu tidak mereka simpan dan jaga dengan baik, katakanlah tidak mereka ‘bawa’ ke Belanda, mungkin sekarang semuanya telah ‘lenyap’.
Kunjungan Boediono ke Perpustakaan Universitas Leiden dapat dibaca di sini.
National Museum of Ethnology (Rijksmuseum voor Volkenkunde)
Dari Universitas Leiden, kami menuju Museum Volkenkunde. Saya jadikan kebiasaan dalam persiapan saya sebelum berangkat untuk mencari di Google Map cara mencapai satu tempat dan mengambil screenshot petanya, seperti ini :
Itu peta bila berjalan kaki, bila letak daerah tujuan jauh, kita bisa mencari tahu cara mencapainya dengan bus atau metro. Bila anda memiliki akses GPS atau internet selama berjalan-jalan, tentu semua akan jadi lebih mudah.
Dalam museum ini kita bisa melihat artefak dan peninggalan bersejarah dari berbagai negara, dan tentu saja termasuk Indonesia. Selain itu, tentu saja ada lukisan-lukisan dan item lainnya.
Bagi yang suka belanja, di setiap museum ada toko souvenirnya.
Molenmuseum De Valk
Dari Museum Volkenkunde, jalan kaki beberapa menit, sudah bisa sampai Molenmuseum De Valk. Pemandangan sepanjang jalan sangat indah. Tiket masuk museum ini termasuk murah dibanding museum di tempat lain (4 Euro).
Ada tujuh lantai di museum yang kecil dan tidak begitu crowded ini tapi tangganya cukup tua dan sempit. Untuk turun, kita dianjurkan jalan mundur.
Museum ini menyediakan informasi lengkap tentang sejarah kincir angin di Belanda. Berbeda dari anggapan umum, kincir angin bukan berasal dari Belanda, hanya paling banyak dipergunakan di Belanda.
Sebelum kembali ke Amsterdam, kami berkeliling dan menemukan Molen de Put
AMSTERDAM
Sebelum meninggalkan Amsterdam, kami mengunjungi Museum Van Gogh. Museum yang lumayan baru ini (dibuka 3 Juni 1973) memiliki koleksi lukisan Van Gogh terbanyak di dunia. (200 lukisan, 400 gambar dan 700 surat Van Gogh) dan museum kedua terbanyak pengunjungnya di Belanda (ke 35 di dunia). Sayangnya, lukisan-lukisan di dalamnya tak boleh diambil fotonya (beberapa museum lain mengijinkan asal tak menggunakan flash).
Beberapa menit berjalan kaki dari museum Van Gogh ada Rijksmuseum tapi karena kami tidak punya waktu yang cukup, kami memilih Museum Van Gogh. Belilah tiket museum di toko souvenir di Platz dekat museum atau datanglah lebih pagi untuk menghindari antrian panjang di loket penjualan tiket.
Jika anda memiliki lebih banyak waktu, anda bisa mengunjungi lebih banyak daerah yang menarik di Amsterdam. Transportasi bisa dengan tram, bus atau metro yang sangat mudah dinavigasi.
Jika anda berada lebih dari satu hari di Amsterdam, boleh mempertimbangkan membeli multi day card untuk transportasi atau kartu-kartu lain. Informasi lebih lanjut dapat dibaca di sini.
Ada orang yang lebih memilih panorama yang indah dalam mengunjungi satu daerah wisata. Ada yang memilih budaya dan seni atau arsitektur dan sejarah. Amsterdam dan Leiden bagi saya adalah perpaduan kesemuanya. Setiap orang dalam grup anda akan gembira dan puas.
Catatan :
Tulisan ini pertama muncul di patahtumbuh tanggal 7 Agustus 2014.
Tambah komentar baru