Masa Orientasi Yang Menjengkelkan

“Kamu! Ya, kamu! Aku tidak tahu apa kamu akan sanggup bekerja di sana. Mungkin seminggu di sana, kamu akan minta pulang….” 

Masih terbayang ekspresi wajah dan bahasa tubuh laki-laki tinggi besar berkumis Pak Raden itu ketika mengucapkan kalimat tersebut sambil mengarahkan telunjuknya kepada saya. Dia sedang memberi pengarahan kepada kami, dokter-dokter baru yang akan bertugas sebagai dokter pegawai tidak tetap (Dokter PTT) di beberapa puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan. 

Saya hanya duduk diam seperti si Bandit -- anjing saya-- yang terdiam ketika dimarahi karena mengunyah kaus kaki Papa untuk keenam kalinya. Mungkin mulut saya juga menganga seperti Bandit. Saya harap lidah saya tidak terjulur. 

“Pak Raden” mengambil tas sandang saya, menyampirkan di bahunya dan berjalan bak peragawati. “Tik tok, tik tok, tik tok… Kamu pakai sepatu tumit tinggi, menyandang tas, berjalan seperti ini. Kamu! Kamu Cina kaya non-muslim. Tidak akan ada yang mau berobat sama kamu di sana. Tahu nggak? Di sana ada dokter perempuan berjilbab dan orang sana melihat dia seperti melihat malaikat.” 

Dia mengembalikan tas saya. Teman-teman seangkatan saya yang kebetulan semuanya laki-laki tidak ada yang bersuara. Beberapa di antara mereka menginap di rumah kami. Di surat permohonan penempatan, saya meminta Kabupaten Tapanuli Selatan, karena orangtua saya tinggal di Padangsidimpuan. Jadi selama masa orientasi, saya tinggal di rumah sendiri. Ups, salah… rumah sewaan orangtua saya yang distereotip oleh “Pak Raden” sebagai “orang kaya”.

Rumah
Awal tahun 2018 saya mengunjungi rumah lama kami. Pepohonan di halaman tak satu pun yang bersisa.

Apakah saya kesal diperlakukan seperti itu? Tentu saja. Bohong kalau bilang saya tidak kesal. Sebelumnya saya tidak pernah berpikir bahwa predikat “Cina kaya non muslim” akan memberi masalah pada saya untuk bekerja di daerah sangat terpencil. Mungkin karena kami memang bukan cina kaya, mungkin karena saya tidak merasa beda dengan orang lain di sekitar saya, atau mungkin saya yang terlalu naif. Saya tidak ingat banyak hal tentang masa orientasi itu. Saya mencoba menguburnya dalam-dalam. Setelah masa orientasi selesai, saya ke pasar membeli beberapa barang keperluan, termasuk pakaian yang saya pikir akan lebih sesuai saat tinggal di desa tempat saya bertugas nanti. Tampaknya apa yang dikatakan “Pak Raden” cukup menggoyahkan kepercayaan diri saya.

Selanjutnya: Melapor

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Termasuk dalam Magao Ecological Park adalah Mingchi dan Cilan Forest Recreation Area....

Rose Chen

Berada di ketinggian 1100 meter hingga 2600 meter di atas permukaan laut, Aowanda...

Rose Chen

Terletak di kota Renai di Nantou, Taiwan Tengah, Qingjing Veterans Farm (Foggy Eden) terbuka...

Rose Chen

Ketika roti tawar bersisa atau ketika tidak ada yang mau makan bagian tepi roti yang lebih keras...

Rose Chen

Saya pernah mencoba memakai baju “cheongsam”. Seorang teman di gereja mengatakan bagus...

Rose Chen

Donat Ayam (untuk 12 buah)

resep oleh: Sandy Law

Bahan:

250 gr...

Rose Chen

"Mengapa kamu wajib menonton film The Untamed di Netflix". Saya sedikit terkejut membaca twit...

Aldus Tolvias

Sebenarnya sup ini saya masak dengan panci khusus yang tidak perlu penambahan air. Jika...

Rose Chen

Pada suatu hari yang membosankan di tahun 2019, sebelum pandemi menyerang dunia, saya mencoba...

Aldus Tolvias