Ini bukan tentang "new normal" jaga jarak, pakai masker, cuci tangan atau yang lainnya dalam menghadapi pandemi. Dalam waktu satu setengah tahun, pandemi memberi banyak pelajaran kepada manusia, mengubah begitu banyak sisi kehidupan. Orang menjadi lebih perhatian kepada keluarga, tetangga, dan sesama; lebih menghargai hal-hal kecil, lebih sadar tentang kelestarian lingkungan. Singkatnya, semakin menghargai kesehatan mental dan fisik - kehidupan. Dengan new normal itu, mengapa tidak sekalian me"new-normal"kan sisi-sisi lain kehidupan, meneruskan kebiasaan baru yang baik? Misalnya, dalam mendidik anak.
Memuji versus Menghargai
Pujian yang terlalu sering diucapkan akan terasa seperti ucapan kosong. Istilah Inggrisnya adalah "great job!", bahasa Mandarin "hao bang!", kalau orang Indonesia bilang "keren!", "hebatnya anakku!", "pintarnya cucuku!". Pujian yang harus diberikan saat anak menunjukkan nilai ujian yang bagus dari sekolah, tapi bukan setiap kali dia menujukkan gambarnya saat terpaksa belajar dari rumah di masa pandemi. Untuk menunjukkan penghargaan atas apa yang anak atau cucu kerjakan, tanya mereka dengan nada kagum yang tidak berlebih-lebihan, "Bagaimana kamu kepikir mewarnai dinding rumah ini merah? Cocok sekali dengan warna jendela dan atapnya." Atau "Bagaimana bisa melukis batu ini begitu mirip batu beneran?" Mereka akan mengerti bahwa anda memperhatikan apa yang dia kerjakan dan memujinya tanpa menggunakan kata "hebat", "pintar", atau "keren" yang terasa asal bunyi supaya dia tidak mengganggu lagi.
Marah versus Mengerti
Saat anak membuat kesalahan atau menangis tanpa sebab yang jelas, ingatlah bahwa orang dewasa juga bisa atau pernah melakukan hal yang sama. Yang dibutuhkan adalah pengertian dan empati. Tanyakan apa yang membuat mereka sedih, ceritakan juga perasaan anda saat mengalami hal yang sama. Mengetahui bahwa kita bukan satu-satunya orang yang pernah melakukan kesalahan itu sangat melegakan.
Tambah komentar baru