Pandanganku tertuju kepada benda nun jauh di sana, bulat dan bersinar terang. Aku duduk di atas genteng di puncak atap rumahku. Jarak antara tempat aku duduk dengan benda bulat itu kurang lebih 384.400 km. Aku mengamati benda bulat, yang disebut bulan itu, cukup lama. Kemudian pandanganku beralih menyapu jagad raya. Naga Biru di Timur, Kura-kura Hitam di Utara, Harimau Putih di Barat, Burung Merah di Selatan.
Mataku kembali tertuju ke bulan. Bosan melihat dari jauh, aku melompat dan terbang mendekatinya. Secepat otakku berpikir, aku sudah berada tak jauh dari bulan. Mengawang di ruang hampa. Aku menoleh ke sisi lain, tempat sumber dari cahaya yang dipancarkan oleh bulan, yaitu Matahari. Permukaan dari bola panas itu bagaikan lidah api yang menjilat-jilat keluar. Sejenak aku terpana oleh keindahannya. Namun aku ingin melihat lebih banyak.
"Mana, mana dia Merkurius? Itu dia!" Sambil menunjuk, pikiranku mengucapkan, "Venus, dan itu Bumi." Aku berputar perlahan, "Mars, Jupiter."
"Sebaiknya aku melihat dari jauh tata surya ini", pikirku sambil bergerak menjauh. Sekarang aku bisa melihat tata surya secara menyeluruh. "Sungguh indah pemandangan ini", gumamku dalam hati.
"Kalau aku menjauh lagi, aku bisa melihat galaksi bima sakti", sambil terbang menjauh lagi. "Wahhh...", Aku berdecak kagum. Aku keluarkan telepon genggam dari saku celanaku, jepret! Aku jadikan kampung halamanku, galaksi bima sakti sebagai wallpaper handphoneku. Sip lah.
Ada begitu banyak bintang, salah satunya adalah Matahari. Setitik kecil dari galaksi bima sakti. Bagaimana dengan Bumi? Bagaimana dengan manusia di Bumi? Kalau di pelajaran sekolah bisa dibilang dapat diabaikan eksistensinya.
Aku menoleh ke belakang. Ini dia Andromeda. Jepret! Aku kirim lewat Whatsapp ke kakakku. Judulnya: Andromeda. Sangat indah! Andromeda lebih besar dari bima sakti. Andromeda adalah galaksi terdekat, bisa dibilang tetangga kita. Jaraknya kurang lebih 2.5 juta tahun cahaya dari atap rumahku.
Yuk, kita jalan-jalan lagi. Aku menoleh ke arah lain. Ada yang menarik perhatianku karena keindahannya. Mungkin kata indah tidak cukup untuk menggambarkan keindahan yang sebenarnya. Salah satu yang terindah adalah The Pillars of Creation, merupakan bagian dari Eagle Nebula yang massive. Aku terpana mengamati proses terlahirnya bintang-bintang baru dari Nebula ini.
Kaget sejenak, aku memandang sekeliling, mencari-cari tempat tinggalku. Nah, itu dia! Tampak segerombolan anak muda keluar dari klub malam hendak mencari penjual indomie tengah malam menjelang subuh di kota tempat aku tinggal, Medan. Ada lelaki tua dengan jaket yang lusuh tidur di atas peti kayu di sebuah pasar ikan di Ho Chi Minh. Sepasang pengantin baru sedang bercumbu di atas ranjang rumah mereka di Kristiansand. Seorang pria remaja malu-malu mencuri pandang ke wanita yang duduk di sebelahnya di ruang kelas Aljabar di Universitas California.
Tiba-tiba semua menjadi hitam. Aku mencari-cari, namun tidak ada yang terlihat. Titik-titik bercahaya yang berdekatan dengan bumi satu persatu lenyap. Seperti lampu dimatikan.
"Lubang hitam!"
Aku segera berpaling ke arah yang berlawanan. Seorang wanita setengah baya dengan tanda di keningnya memandang keluar jendela dari kota Delhi. Matanya terlihat basah. "Mungkin habis potong bawang", pikirku. Dan seperti lampu dinyalakan, titik-titik bercahaya bermunculan satu persatu.
"Warmhole".
Aku beranjak dari tempat dudukku di ujung atap genteng. Pantatku terasa pegal. Dominic, husky ku sudah capek menungguku untuk mengajak dia berlari-lari.
Tulisan ini pertama muncul di blog patahtumbuh tanggal 28 Desember 2014
Tambah komentar baru