Semua virus termasuk virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2 berkembang biak dalam sel hidup dengan cara replikasi. Sewaktu replikasi (meniru), akan mudah terjadi mutasi (berubah). Bayangkan kita lagi menggambar kerangka dinosaurus, tapi niru gambar dari internet. Mungkin saja yang kita gambar kurang satu tulang ekornya. Begitu juga waktu virus lagi replikasi, bisa terjadi kesalahan. Virus pertama disebut “virus orisinal”. Virus yang bermutasi disebut “varian”. Dalam perkembangbiakan virus corona sejak pertama muncul pasti sudah banyak sekali mutasi yang terjadi, tetapi kebanyakan tidak berbahaya. Ada yang setelah mutasi, malah jadi lebih cepat mati, atau lebih sulit menginfeksi manusia. Singkatnya, mutasi-mutasi itu tidak perlu dikhawatirkan. Tetapi sebagian kecil, jadi semakin “berbahaya”. Menurut WHO, sejauh ini ada empat varian yang termasuk Varian of Concern (VOC), artinya varian yang dikhawatirkan.
Penularan
Jika rata-rata seorang penderita virus orisinal menularkan virus ke empat orang lain dalam satu populasi (tanpa kontrol - tidak cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, dan lain-lain), maka itulah angka dasar reproduksi virus tersebut atau disebut juga R0 (baca: R nol). Dalam hal ini, R0 virus orisinal = 4.
Kemudian terjadi mutasi virus dan muncul varian X. Jika rata-rata satu orang yang terinfeksi virus varian X dalam populasi ini menularkan ke enam orang lain (R0 varian X = 6), ini namanya kecepatan penularan virus varian X adalah 50 persen lebih tinggi dari virus orisinal.
Secara logika matematika, kita bisa mengerti bahwa penyakit akan terus bertambah jika R > 1 dan akan berakhir (setelah jangka waktu tertentu) jika kita menekan angka R hingga <1. Artinya rata-rata satu orang tidak boleh menularkan ke lebih dari satu orang. Itu harusnya bisa dicapai dengan vaksinasi dan protokol kesehatan.
Varian Delta
Ada dua mutasi pada protein spike di permukaan virus corona yang mengakibatkan munculnya varian Delta, karena itu varian Delta disebut juga “double mutant”. Mutasi ini menyebabkan virus varian Delta lebih mudah berikatan dan masuk ke dalam sel tubuh kita. Varian Delta pertama kali ditemukan di India pada bulan Oktober 2020 dan sampai hari ini sudah ditemukan di hampir 100 negara di dunia.
Menurut laporan global science initiative (GISAID), hingga hari ini yang terbanyak melaporkan kasus baru varian Delta adalah Inggris (85.592 kasus). Menurut data dari Kementerian Kesehatan Inggris, 90 persen kasus baru COVID-19 di Inggris adalah varian Delta, padahal varian ini baru mulai di Inggris pada bulan April 2021. Harus diingat, tidak semua kasus varian Delta terlacak, dan tidak semua negara melaporkan kasus yang mereka temui kepada GISAID. Menurut penelitian di Inggris, varian Delta 64 persen lebih menular dalam rumah dibandingkan dengan varian Alpha. Sebagai perbandingan, jika 100 orang kontak dengan seorang penderita varian Delta, 12 akan terinfeksi. Sedangkan kalau kontak dengan penderita varian Alpha, hanya 8 – 9 orang yang akan terinfeksi, dan dengan virus orisinal, hanya sekitar 4 orang yang akan terinfeksi.
Sejauh ini angka kematian penderita varian Delta di Inggris cukup rendah, tetapi angka rawat inap lebih tinggi, artinya pasien yang perlu opname lebih banyak. Angka kematian rendah mungkin karena di Inggris kebanyakan sudah divaksinasi. Perlu diingat juga, penyakit A dengan angka penularan sangat tinggi dan angka kematian lebih rendah dari penyakit B yang angka penularan lebih rendah tetapi angka kematian lebih tinggi, TANPA kontrol, pada akhirnya setelah jangka waktu tertentu, kematian akibat penyakit A adalah lebih tinggi. Singkatnya, angka penularan tinggi lebih mengkhawatirkan dari angka kematian tinggi. Jadi, penularan harus ditekan hingga R di bawah 1.
Gejala utama COVID-19 virus orisinal dan varian lain: Batuk yang menetap, kehilangan indra perasa dan penciuman. Jika lebih parah: sesak nafas.
Gejala utama COVID-19 varian Delta: sakit kepala, sakit kerongkongan, pilek, dan demam. Jadi sangat mirip flu biasa. Karena itu sangat penting untuk waspada. Begitu ada gejala, langsung periksa atau isolasi mandiri.
Vaksin yang terbukti efektif untuk varian Delta: Pfizer dan AstraZeneca. Secara keseluruhan, semua vaksin yang beredar sekarang cukup efektif terhadap varian Delta, dengan syarat, sudah menerima dua kali suntikan.
Ada variasi baru varian Delta: Delta plus AY.1 dan AY.2, tetapi belum banyak yang diketahui tentang kedua jenis ini.
Tambah komentar baru