Anak makan siang atau tertidur dalam perjalanan pulang dari sekolah atau tempat les. Setiap hari tiba di rumah jam 5 sore dan masih pakai seragam. Kejadian sehari-hari yang sering kita temui bukan? Tidak sempat pulang ke rumah untuk mandi atau makan. Tidak kalah sibuknya dengan orang tua yang tiap hari berangkat pagi dan pulang malam hari. Ada anak terlihat senang dengan kegiatan sehari penuh demikian karena mampu beradaptasi dan menikmati setiap kegiatan tersebut, namun ada juga anak yang terlihat terpaksa dan kelelahan setiap hari. Kapan anak dikategorikan terlalu banyak kegiatan (overscheduled)?
Apa Pertanda Jadwal Anak Terlalu Padat?
Sering kali anak tidak mengeluh secara langsung jika diminta untuk ikut kegiatan ini itu, namun orang tua dapat memperhatikan beberapa indikasi seperti berikut ini:
- Anak terlihat moody. Coba bayangkan kondisi anda jika sedang letih dan stres. Emosi akan gampang tersulut hanya karena melihat buku atau koran yang berantakan di sofa. Anak juga akan bereaksi seperti ini jika sudah letih. Biasanya jadi lebih rewel, hanya karena kakinya tersenggol sedikit, ia akan marah atau berteriak.
- Tidak tertarik lagi melakukan kegiatan favoritnya seperti bermain sepeda, berenang, atau main petak umpet dengan teman sekompleks. Tiba di rumah sudah letih dan yang diinginkan hanya segera tidur.
- Nilai pelajaran sekolah merosot. Biasanya dimulai dengan lupa mengerjakan pe er atau buku agenda ketinggalan di sekolah, alat tulis, kotak makanan hilang. Lupa bawa baju olah raga, dan beberapa kejadian lain yang menunjukkan keteledoran yang tidak biasa.
- Tiap pagi mau berangkat sekolah, anak sulit dibangunkan dan terlihat masih sangat mengantuk dan tidak bersemangat. Bisa juga dengan alasan sakit perut, sakit kepala, pusing atau apa saja agar ia diizinkan untuk tidak masuk sekolah.
Jika kegiatan di luar jam sekolah bukan les mata pelajaran, biasanya anak akan menikmati dan bersemangat mengikutinya tanpa mengindahkan faktor ketahanan fisik. Seperti les berenang, les musik, latihan sepak bola, futsal, menggambar, atau menari. Meskipun kegiatan-kegiatan itu menyenangkan, anak bisa jadi terlalu lelah dan orang tua yang harus mengantarjemput anak ke sana-sini juga lelah. Faktor fisik yang lelah akan mempengaruhi faktor psikis anak, jadi sebaiknya dipertimbangkan juga jadwal istirahat bagi anak.
Bagaimana sebaiknya mengatur jadwal anak agar mereka merasa nyaman dan tidak mengganggu kondisi fisik maupun mentalnya?
- Tentukan prioritas: Ajak anak bicara dan tanya apa yang ia butuhkan dan jelaskan kenapa anda ingin ia mengikuti kegiatan A atau B. Identifikasikan bersama anak kegiatan yang penting ia ikuti.
- Jadwalkan juga waktu untuk bermain dan beristirahat di antara kegiatan.
- Terapkan aturan ‘main’ seperti jam berapa anak harus tiba di rumah, nilai pelajaran di sekolah tidak merosot karena aktif ikut latihan sepak bola atau menari.
Tips Merancang Jadwal Anak
- Tingkat Taman Kanak-kanak (TK): Anak baru mulai belajar berinteraksi dengan teman-teman di sekolah dan belajar untuk tertib dan membiasakan diri dengan disiplin. Kegiatan di luar jam sekolah sebaiknya dipilih yang sederhana dan tidak menguras fisik dan pikirannya. Satu jenis kegiatan per minggu sudah cukup. Tunggu hingga anak sudah dapat beradaptasi dengan baik, baru tambahkan kegiatan baru seperti les musik.
- Kelas 1 SD: Satu atau dua kegiatan per minggu, termasuk jadwal bermain. Hindari kegiatan yang bersifat kompetitif. Anak masih terlalu dini untuk berpikir masalah menang atau kalah. Setelah aktifitas di sekolah yang menyita konsentrasinya, anak butuh selingan untuk memupuk kembali energi. Jadi berikan kegiatan yang bersifat fisik seperti berenang, bermain sepeda atau belajar mewarnai dan menggambar.
- Kelas 2 SD: Anak sudah bisa memberikan komentar atau menyatakan kegiatan apa yang ia inginkan. Putera sulung saya pada usia ini dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak tertarik belajar musik. “Ma, aku ga mau les musik. Maunya masuk klub sepakbola saja.” Jadi, saya tidak perlu memaksanya untuk ikut kursus piano atau biola, meskipun pada dasarnya saya ingin anak-anak mampu memainkan salah satu instrumen musik. Ketika itu saya memasukkannya ke kursus bahasa Inggris dua kali seminggu dan ia suka dengan kelas ini karena kebetulan juga dapat guru les dan teman-teman yang menyenangkan.
- Kelas 3 SD: Tahap sosialisasi anak sudah makin berkembang dan ini saat yang cocok untuk memberikan kegiatan yang bersifat team work seperti bermain sepak bola, futsal, atau basket. Kegiatan yang fokus pada perkembangan motorik juga dapat ditawarkan ke anak, seperti melukis, bermain musik, kerajinan tangan.
- Kelas 4 SD: Anak sudah dapat menentukan sendiri kegiatan apa yang ia inginkan dan ia butuhkan untuk menambah rasa percaya dirinya dalam lingkungan atau sebagai pelepasan stres karena terlalu jenuh dengan kegiatan belajar di sekolah. Pertimbangkan juga padatnya kegiatan di luar jam sekolah yang ia ikuti dengan banyaknya pe er yang harus dikerjakan dari sekolah. Biasanya pada tahap ini pe er dan tugas lain makin banyak. Anak butuh waktu lebih banyak untuk fokus pada pelajaran sekolahnya. Bisa jadi lebih sering ada tes harian karena materi pelajaran makin banyak.
- Kelas 5 SD: Pada level ini anak seperti punya mesin turbo, penuh energi dan aktif, ingin ikut banyak kegiatan yang tidak berhubungan dengan pelajaran sekolah. Jadi perhatikan lebih seksama semua kegiatan yang diikuti anak karena bisa jadi pelajaran di sekolah terbengkalai. Coba arahkan anak ikut kegiatan dalam komunitas seperti ikut koor di gereja atau sekolah, pramuka atau ikut pelayanan sosial.
- Tingkat sekolah menengah (remaja): Tawarkan pada anak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang membuat dia bisa belajar banyak dari aktivitas tersebut seperti ikut dalam kepanitiaan suatu acara, klub bahasa, klub catur, klub basket, klub penyiar muda, dan sebagainya. Sebagai pedoman, seminggu maksimal 16 -20 jam cukup untuk kegiatan tersebut agar prestasi akademik tidak terganggu dan sekolah tetap lancar.
Kita tentu tidak ingin anak sering jatuh sakit karena kelelahan atau kehilangan keceriaan karena stres terlalu banyak kegiatan. Jadi yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara daya tahan fisik, kebutuhan dan manfaat kegiatan tersebut serta sisa waktu luang untuk belajar, membuat pe er dan tidak keteteran di sekolah.
Tambah komentar baru