Memberi Penilaian

Ketika anak saya lulus ujian masuk satu perguruan tinggi yang lumayan bagus, teman saya mengucapkan selamat dan berkata, “Hebat ya anak-anakmu, sukses terus. Hidupmu beruntung sekali. Anakku hanya kuliah di perguruan tinggi biasa.”
Saya jawab, “Sekarang saya seperti beruntung. Kelihatannya dia memang lebih hebat dari anakmu. Tapi kita tidak bisa menilai hidup seorang itu - beruntung atau tidak, sukses atau tidak - sebelum dia meninggal.”

Ada seorang bapak yang memiliki empat putra. Dia ingin mendidik anaknya agar tidak terlalu cepat memberi penilaian (menghakimi) tentang suatu hal. Suatu hari dia memerintahkan anaknya yang pertama untuk pergi ke suatu tempat yang jauh untuk melihat pohon buah pir. Saat itu di sana sedang musim dingin. Ketika anak itu pulang, dia diminta untuk menceritakan bagaimana pohon buah pir itu. Anak itu mengatakan bahwa pohon itu jelek, botak, dan bengkok-bengkok.
Saat daerah itu sedang musim semi, sang bapak memerintahkan anaknya yang kedua untuk pergi melihat pohon buah pir tersebut. Setelah pulang, si anak mengatakan kepada bapak dan saudara-saudaranya bahwa abangnya salah, pohon pir itu penuh harapan hidup, banyak tunas hijau muda yang bermunculan. 
Ketika musim panas tiba, bapak itu kembali menyuruh putranya untuk pergi ke tempat yang sama, kali ini giliran putra ketiga. Sekembalinya si nomor tiga berkata, “Ah, abangku keduanya salah. Pohon pir itu penuh dengan bunga yang sangat harum. Sungguh cantik. Itulah pohon tercantik yang pernah kulihat.”
“Okay,” kata si bapak, “Bulan depan adik bungsu yang berangkat untuk menentukan siapa yang benar dari kalian bertiga.” Si Bungsu akhirnya berangkat pada musim gugur. Dia pulang dengan gembira dan bercerita ketika mereka semua sedang berkumpul, “Kalian semua salah, pohon itu berdiri dengan gagah, penuh dengan buah, terlihat sangat memuaskan.”
Bapak itu berkata kepada anak-anaknya, “Kalian tidak ada yang salah. Masing-masing kalian melihat hanya satu musim dari hidup pohon pir itu. Kita tidak bisa menilai satu pohon, atau seorang manusia, hanya berdasarkan apa yang kita amati dalam satu musim.

Nilai seseorang adalah nilai hidupnya - kegembiraan, kesuksesan, cinta kasih yang dihasilkan hidupnya itu - hanya dapat disimpulkan pada akhir hidup itu sendiri, ketika semua musim telah berlalu. Bila kita menyerah saat musim dingin, kita akan kehilangan harapan yang dijanjikan musim semi, kehilangan keindahan musim panas kita, dan hasil kerja keras kita di musim gugur.

Bertahan Hidup

 

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen