Saya dianugerahi tiga putera dengan rentang usia saat ini antara 7 – 17 tahun. Tiga anak, meskipun dari ‘pabrik’ yang sama, masing-masing memiliki tipe kepribadian dan minat yang berbeda. Banyak hal membuat saya terkesan melihat anak-anak itu tumbuh dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Putera sulung saya sejak usia 2 tahun sudah tertarik dengan mobil balap dan segala sesuatu yang berhubungan dengan otomotif dan balapan. Menjadi partner tetap papanya setiap kali menonton acara MotoGP atau Formula One di TV dan hafal semua nama pembalap, sirkuit dan tunggangannya. Ketika usia 5 tahun, ditanya Kak Seto pada suatu acara workshop anak, apa cita-citanya kelak, dengan penuh percaya diri, dia menjawab: “Buka bengkel”. Uppsss….jawaban yang tidak disangka-sangka. Semua yang hadir terperangah dan tidak dapat menahan senyum karena jawaban anak-anak peserta lain rata-rata seragam: menjadi dokter, insinyur, atau jadi Superman, Batman. Setelah di bangku SD, keinginan berubah menjadi pembalap mobil. Ketika tahu hati mamanya ciut karena cita-citanya jadi pembalap, dia mengajukan plan B, jadi pilot. Tetap minat pada pekerjaan dengan adrenalin tinggi.
Putera kedua, senang dengan pernak pernik, soft toys, hal-hal yang berhubungan dengan masak memasak dan kerajinan tangan. Cita-citanya, buka toko roti dan supermarket. Tipe yang lebih perasa dan berhati lembut. Paling senang jika diberi izin mengaduk adonan atau membentuk bakpao, cetak mencetak cookies dan sebagainya.
Si bungsu, ahli urusan bongkar pasang mainan dan baru bisa tenang ketika main lego atau menyusun puzzle. Lego aneka set akan dikombinasikan dan dirakit menjadi item lain yang beda dengan yang di buku panduan. Awalnya dia akan membuat robot atau piranti sesuai manual, kemudian dirombak dan digabung dengan lego dari set lain, jadilah item baru yang sesuai dengan inspirasi sendiri. Cita-citanya jadi pilot juga. Sangat suka naik pesawat dan sering minta izin untuk melihat ruang cockpit, mungkin karena membayangkan suatu hari dia akan duduk di bangku pilot. Saat pesawat lepas landas dan mendarat, melihat katup sayap pesawat yang terangkat, lampu di kabin diredupkan, tidak boleh berjalan-jalan di koridor, harus duduk manis dengan seatbelt terpasang, dan hal-hal lain yang selalu menarik perhatiannya.
Mengenali Tipe Anak
Sebagai orang tua, salah satu tugas kita adalah memantau dan mengarahkan setiap perkembangan karakter. Mencari tahu apa minat dan talenta yang dimiliki anak dan membantu mengasahnya. Jika perlu diberikan les tambahan untuk memaksimalkan minat dan bakat anak.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan minat anak, sebelum memutuskan anak perlu diberikan les tambahan apa.
1. Suka Lego atau Puzzle.
· Menandakan anak tipe kinestetik. Anak belajar sambil mengerjakan sesuatu. Tipe yang praktis dan imajinatif, menggunakan visualisasi mental untuk mengingat sesuatu.
· Berikanlah les yang bersifat desain, merakit sesuatu, tebak kata untuk mengasah kreativitas dan rasa percaya dirinya.
· Untuk menyeimbangkan, berikan juga les yang lain seperti menyanyi dan drama agar kemampuan auditorinya juga ikut berkembang. Perkuat kemampuan visual dengan les menggambar.
2. Suka bergaya bak peragawati dan senang menjadi pusat perhatian
· Tipe anak yang berani dan sangat percaya diri untuk tampil di depan umum.
· Berikanlah les drama, tari atau vokal atau memainkan alat musik.
3. Suka mengutak-atik dan membuat pekerjaan tangan
· Tipe seniman yang kreatif dan ahli dengan tangannya. Berikan les menggambar, melukis, membuat tembikar (clay), fotografi, memasak atau menjahit. Sebagai penyeimbang, berikan juga kelas drama, paduan suara atau kegiatan lainnya yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi.
4. Suka olah raga
· Tipe anak yang enerjik dan periang. Mencari stimulasi melalui kegiatan fisik dan biasanya tipe anak ekstrovert. Ajak anak ikut dalam klub sepak bola, basket atau olah raga lain yang diminatinya.
5. Pemalu
· Anak pemalu biasanya kurang percaya diri jadi hal pertama yang dilakukan adalah mengajarkan kemampuan verbalnya agar anak lebih mudah untuk mengekspresikan apa yang diinginkan. Setelah itu masukkan ke kelas-kelas yang anggotanya tidak terlalu banyak agar anak belajar untuk beradaptasi.
6. Suka main game dan terpaku pada gadget
· Menunjukkan anak yang pasif dan tidak tertarik untuk mengeksplorasi lingkungan. Bermain game tidak selalu buruk, karena bisa membantu anak untuk fokus dan melatih koordinasi tangan dan mata, melatih strategi dan perencanaan (bagaimana untuk menang dan mendapatkan skor tinggi).
· Masukkan anak ke klub permainan atau olah raga yang membutuhkan kerja sama tim untuk melatih kemampuan sosialisasinya bagaimana harus tenggang rasa, menekan ego, dan berbagi.
7. Suka Membaca
· Anak yang suka membaca biasanya tipe introvert, tertutup dan tidak banyak bicara. Lebih suka sendiri dan tidak mau diganggu. Masukkan anak ke kelas bahasa, kelompok pencinta buku, mendongeng (storytelling classes) atau menjadi anggota dari klub buku.
· Untuk mengimbangi, daftarkan anak ikut kegiatan olah raga atau drama yang memberikan kesempatan baginya bertemu dan bermain dengan teman sebaya.
8. Suka Mengikuti Gerakan Tarian
· Anak memiliki kemampuan koordinasi gerakan yang baik. Masukkan anak ke kelas menari dan musik untuk melatih kemampuannya mengontrol gerakan dengan tempo yang tepat.
9. Suka Bernyanyi
· Sensitif dengan suara dan memiliki kemampuan apresiasi yang baik terhadap musik dan nyanyian. Masukkan anak ke kelas vocal atau belajar memainkan alat musik yang diminati untuk melatih kemampuannya menyelaraskan tempo dan irama.
· Anak-anak seperti ini cenderung memiliki perasaan yang lebih sensitif karena unsur emosinya kuat. Sebagai penyeimbang, berikan juga kegiatan yang mengembangkan kemampuan logika seperti les matematika, sempoa, sains atau berlatih puzzle.
10. Tidak Bisa Diam – Aktif
· Cepat bosan, tidak sabar dan selalu butuh stimulasi konstan untuk menarik perhatiannya. Anak tipe aktif memiliki banyak enerji dan baik disalurkan dengan mengikuti kegiatan fisik seperti berenang, sepak bola, bersepeda, berlari, dan lain sebagainya.
· Ajak anak untuk belajar sambil bermain karena mereka tidak akan betah diminta untuk duduk manis dan diam membaca. Anak diberi waktu untuk membaca dan nantinya diminta untuk menceritakan kembali apa isi bacaannya.
· Bermain game di komputer atau gadget lain juga dapat membantu anak belajar konsentrasi untuk menyelaraskan koordinasi tangan dan matanya.
Jika kita mengenal bakat dan minat anak, les tambahan atau kegiatan yang mendukung, hasilnya akan menjadi jauh lebih efektif daripada anak diberikan les tambahan yang (sebenarnya) merupakan obsesi orang tua semata. Hanya karena anak tetangga les piano, anak anda juga dileskan piano, padahal anak tidak berminat sama sekali. Jadi bisa dibayangkan anda bakal sering bersitegang dengan anak agar dia mau latihan di rumah.
Catatan : Tulisan ini pertama muncul di blog patahtumbuh yang lama tanggal 11 Desember 2013
Tambah komentar baru