Sendiri tapi Tidak Kesepian

Akhir Februari lalu ada satu email  masuk ke inbox saya,  dari mailing list  HR Department, berisi link artikel berjudul: Kesepian Lebih Mematikan Daripada Kegemukan. Judul yang menggoda untuk segera dibaca, bukan? Ada apakah dengan kesepian? Sebegitu hebatkah dampak kesepian bagi seseorang?

Artikel itu merujuk pada riset yang dilakukan pada lebih dari 2000 responden berusia di atas 50 tahun.  Hasilnya menunjukkan bahwa kesepian bisa dua kali lebih tidak menyehatkan dari obesitas, hampir dua kali lebih mematikan dibandingkan dengan  individu yang tidak kesepian.

Apa Makna Kesepian?

Putera kedua saya,  kini berusia 16 tahun, baru-baru ini curhat soal kegundahannya dulu, yang dikarenakan sewaktu SD dia harus pindah sekolah sampai tiga kali:  “Aku ga mau pindah sekolah lagi ah.  Aku kesepian karena tidak punya teman setiap kali pindah sekolah baru. Waktu dulu –dulu itu, sebenarnya aku sedih lho, Ma”.

Kesepian sifatnya kompleks dan unik. Tiap individu punya ‘rasa’ yang berbeda ketika mengalami kesepian.  Kesepian yang dialami putera saya setiap kali pindah sekolah dulu, berbeda dengan kesepian yang dirasakan oleh orang yang ditinggal pergi pasangan untuk selamanya. Berbeda juga dengan kesepian yang dialami orang tua ketika harus menunggui rumah seharian karena anak-anaknya berangkat kerja sebelum matahari terbit dan kembali ke rumah setelah hari gelap. Situasi yang jamak kita temui bagi yang tinggal di Botabek dan berkantor di Jakarta.

Definisi umum dari kesepian adalah ‘sendirian’, tidak ada yang menemani (alone).  Sebenarnya, kesepian bukan sekedar kondisi ‘sendiri’, tapi lebih condong ke ‘rasa’. Perasaan kosong, sendiri, tidak diinginkan. Orang yang kesepian merasa ‘rindu’ untuk berinteraksi dengan orang lain. Jadi kesepian (loneliness) itu berbeda dengan kesendirian (being alone). Seseorang bisa saja memilih untuk (hidup) sendiri tanpa banyak kontak dengan orang lain dan bahagia dengan kondisi kesendiriannya itu. Atau ada juga orang yang punya banyak teman, punya pasangan, punya keluarga, namun tetap merasa kesepian.

Bagi orang timur, yang terbiasa dengan suasana kumpul-kumpul keluarga atau hang out dengan teman-teman, kesepian menjadi terasa lebih berat. Tidak ada teman ngobrol, teman untuk berhaha-hihi atau sekedar leyeh-leyeh bersama. Saya mulai merasa kesepian ketika lepas dari bangku sekolah. Begitu memasuki dunia kerja, suasana pergaulan sudah berbeda,  serba formal dan jaim (jaga image). Kehangatan pergaulan juga berbeda. Mungkin karena unsur kompetisi dalam dunia kerja dan sempitnya waktu untuk bersosialisasi, tenggelam dalam kesibukan kerja dan tuntutan tenggat waktu pekerjaan atau urusan rumah tangga masing-masing.

Tapi tak lama setelah itu, booming media sosial membuat saya terhubung kembali dengan teman-teman lama yang sudah tersebar di segala penjuru bumi. Hal ini mengurangi rasa sepi meskipun hanya bertemu di dunia maya. Berbagi cerita keseharian atau minta pendapat teman untuk suatu masalah yang sedang dihadapi, melegakan hati dan pikiran karena sudah saling kenal sebelumnya sehingga tidak canggung lagi untuk curhat.

Seorang sahabat meminta pendapat saya mengenai keinginan ayahnya untuk merasakan tinggal di rumah jompo. Sejak ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu, sang ayah, saat ini 73 tahun, tinggal berdua dengan adik lelakinya yang masih lajang . Bisa dibayangkan bagaimana keseharian beliau: nonton tv, baca koran, makan dan tidur. Sendiri, dari pagi hingga malam, menanti anaknya pulang kerja. Sementara dua anaknya yang lain telah berkeluarga dan tinggal terpisah. Saya mendukung ide untuk tinggal di rumah jompo karena di sana para penghuni akan disibukkan dengan beraneka macam kegiatan dan pastinya banyak teman. Mereka bisa ngobrol, menonton, atau sekedar duduk menikmati teh bersama. Teman saya khawatir dengan pandangan orang jika orang tua tinggal di rumah jompo. Kesannya seolah-olah anak-anaknya tidak berbakti, tidak mau mengurus orang tuanya, tidak perduli, dan segala label  negatif yang mungkin akan menjadi topik hangat dalam keluarga besarnya kelak atau di lingkungan.

Apa Yang Menyebabkan  Kesepian?

Menurut riset yang dilakukan John Cacioppo, psikolog dari University of Chicago, kesepian berhubungan erat dengan genetik. Suatu survei tentang kesepian pada anak kembar, menunjukkan bahwa anak kembar cenderung kurang merasa kesepian dari yang tidak memiliki saudara kembar. Selain itu, kondisi lingkungan  dan perubahan situasi seperti pindah ke kota lain, kematian pasangan hidup, perceraian, anak-anak yang telah dewasa dan meninggalkan rumah, dapat menjadi dasar timbulnya kesepian.

Orang yang kurang percaya diri sering menganggap dirinya tidak layak untuk mendapat perhatian orang lain dan cenderung menjadi minder. Situasi ini akan menjadikannya terisolasi dari pergaulan dan lama kelamaan menjadi (kesepian) kronis.

Tingkat kesepian yang tinggi diasosiasikan dengan kondisi fisik seseorang: tinggal sendiri, jejaring pergaulan yang terbatas dan kualitas relasi  kuang baik. Kelompok individu yang memiliki penghasilan serta tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang menikah atau memiliki pasangan,  cenderung jauh dari kesepian. Bukan banyak atau tidaknya jumlah teman  yang dapat menghalau kesepian, tapi kualitas relasi dengan orang lain. Jadi meskipun teman hanya segelintir, namun akrab dan solid, kita cenderung jauh dari kesepian karena selalu ada teman yang dapat diajak ngobrol atau melakukan aktivitas bersama.

Dampak Kesepian

Beberapa studi menunjukkan adanya kaitan antara kesepian dan isolasi dari kehidupan sosial dengan beragam macam penyakit fisik, dari kanker, penyakit jantung, peradangan hingga gangguan daya tahan tubuh. Kesepian membuat level cortisol dan tekanan darah menjadi kacau dan memicu reaksi berlebihan yang menimbulkan stres.

John Cacioppo juga mengatakan bahwa orang dewasa yang kesepian cenderung mengkonsumsi alkohol lebih banyak, kurang berolahraga, kualitas tidur kurang baik, mudah merasa lelah, lebih sering makan makanan tinggi lemak serta mengalami penuaan dini (premature aging).

Dampak negatif kesepian akan lebih besar pada anak-anak remaja dibandingkan dengan yang paruh baya. Itu sebabnya mengapa sering kita jumpai remaja yang merasa down  dan bahkan depresi ketika mereka tersisihkan dari kelompoknya, karena tidak ada yang mau satu grup dengannya jika ada tugas kelompok dari guru, tidak diajak hang out di mal atau tidak diundang ke acara-acara tertentu. Seorang ibu muda yang harus bed rest beberapa minggu karena kehamilannya  yang rentan, bisa juga dilanda kesepian, terlebih jika sebelumnya ia adalah wanita karir yang super sibuk. Jika kesepian tidak ditangani, tentu akan mengganggu kondisi fisik dan psikologis sang ibu.

Ada banyak situasi yang dapat menimbulkan kesepian dan dampaknya berbeda bagi tiap orang.

Tips Mengatasi Kesepian

Tidak ada orang yang ingin merasakan kesepian atau dengan sengaja mengisolasi diri dari lingkungan . Namun kadang tanpa disadari, kita tenggelam dalam kesepian. Apa yang bisa kita lakukan untuk menangkal kesepian?

Kesepian
  1. Tingkatkan rasa percaya diri . Setiap orang pernah merasakan kesepian, jadi bukan hanya anda. Tidak ada yang salah dengan diri anda jika suatu saat anda merasa kesepian, jadi  tidak perlu merasa minder.
  2. Bergabung dengan beberapa kegiatan dalam komunitas, seperti berolahraga di klub kebugaran, menjadi relawan dalam kegiatan sosial, ikut kelas menari, melukis dan sebagainya.
  3. Berteman dengan orang yang punya sikap dan menganut nilai yang sejalan dengan anda. Hal ini akan mengurangi friksi dan lebih cepat terjalin chemistry. Teman yang punya hobi sama dengan anda akan lebih menyenangkan karena banyak hal yang bisa dibahas bersama.
  4. Belajar untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Jika anda hanya sibuk berbicara tentang kehebatan diri sendiri, lawan bicara akan merasa kurang nyaman karena tidak ada kesempatan untuk bertukar cerita. Hubungan interpersonal akan terjalin dengan baik jika ada in dan out yang seimbang.
  5. Keluarlah dari kamar dan lakukan kegiatan di ruang publik meskipun tidak ada teman yang bisa menemani saat itu. Pergi menonton di bioskop, menghadiri pameran, ke gym, nonton konser musik, naik sepeda mengitari kompleks tempat tinggal anda,  ke toko buku,  atau sekedar window shopping  di mal.  Meskipun dilakukan sendiri, hal ini akan lebih baik daripada mengurung diri seharian di kamar dan hanya memandang tembok kosong kamar anda. Pasti lebih bête, kan. Kegiatan di ruang publik membuka peluang  anda untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang lain.
  6. Kadang kala kita merasa rindu bukan dengan orangnya saja tapi juga dengan kegiatan yang dilakukan bersama orang tersebut. Contohnya: ada  restoran yang dulu sering anda kunjungi bersama seseorang, atau setiap makan makanan tertentu, mengingatkan anda pada X, ada lagu yang menjadi favorit si Y,  buku karangan penulis Z punya kesan yang dalam karena anda punya memori di dalamnya. Jadi ketika mulai merasa kesepian, lakukanlah hal-hal yang mengingatkan anda pada seseorang (meskipun tanpa kehadiran orang tersebut) atau pada suatu situasi. Awalnya mungkin terasa aneh, tapi setelah itu anda akan terhibur oleh kenangan yang menempel pada objek atau kegiatan tersebut.
  7. Miliki binatang peliharaan. Sepupu saya kuliah di tempat yang jauh dari tanah air, memutuskan untuk memelihara anjing di apartemennya, meskipun itu berarti dia menjadi lebih sibuk karena harus mengurus makan, memandikan,  membawa jalan keluar rumah setiap pagi dan sore atau mencarikan tempat penitipan anjing setiap kali dia pulang berlibur. Katanya, mendengar suara si Oki melompat kegirangan ketika diberi makanan atau sekedar menuntun anjingnya di taman sekitar apartemen, sudah sangat menghibur.
  8. Sediakan waktu untuk keluarga, apakah itu dengan pasangan, anak, orang tua, kakak, adik, keponakan atau anggota keluarga besar lainnya. Selalu ada kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan bersama.
  9. Bergabung dengan komunitas di dunia maya (online). Memiliki teman baru atau ikut dalam forum diskusi di dunia maya, kadang dapat membantu menghilangkan kesepian karena ada aktivitas yang mengisi waktu.
  10. Pergunakan waktu luang anda untuk mempelajari keahlian baru, seperti:  memainkan alat musik, melukis, menjahit, kursus masak, menari ataupun belajar bahasa  asing.

Tidak ada yang bisa menjamin anda terhindar dari jeratan kesepian, karena semua tergantung pada bagaimana anda mengelola pikiran dan emosi anda sendiri. Apakah betul kesepian lebih mematikan daripada kegemukan? Bisa jadi!

Komentar

iya kesepian lebih mematikan dibanding kegemukan. Seperti yang saat ini sedang saya rasakan akibat perpindahan ke kota lain. saya merasa sedih karena melihat yang lain sudah punya teman dan akrab sedangkan saya tidak punya. Dan saya sangat merindukan keluarga. semoga urusan disini segera selesai dan saya bisa pulang ke rumah.

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Recretional Vehicle (RV) adalah kendaraan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa...

Rose Chen

Aktris Dian Sastrowardoyo berbicara blak-blakan tentang putera sulungnya yang didiagnosis autis...

Lilian Gunawan

Saya pernah menulis mengenai ramalan pengarang dan sejarawan Amerika Serikat, Jared Diamond...

Rose Chen

Baik format JPG mau pun PNG merupakan format file untuk gambar atau...

Aldus Tolvias

Saya ke Manila memenuhi undangan untuk suatu acara. Berhubung waktu terbatas dan tidak mau...

Lilian Gunawan

Foto oleh Clement Tanaka

Lilian Gunawan

Liburan musim panas di bulan Juni 2019, kami memutuskan untuk  trekking ke gunung yang sering...

Lilian Gunawan

Catatan: Tulisan ini pertama muncul di dinding Facebook Penulis pada tanggal 5 Juli 2019. ...

Rose Chen

FaceApp adalah aplikasi mobile yang tersedia baik di iOS maupun Android yang dikembangkan oleh...

Aldus Tolvias