Hewan yang dikurbankan dipercaya menemani almarhum dalam perjalanan menuju Puya (satu tempat di Selatan untuk jiwa orang yang telah meninggal yang dijaga oleh Puang Lalondong). Orang kaya dan berkuasa akan mengurbankan lebih banyak hewan agar almarhum lebih cepat sampai tujuan. Selain kerbau untuk dikendarai, mereka mengurbankan hewan dan benda lain yang mungkin diperlukan dalam perjalanan tersebut seperti makanan, pakaian, dan uang. Upacara-upacara ini yang akan menentukan apakah jiwa orang tersebut akan menjadi hantu (Bombo), dewa (To membali Puang) atau menjadi dewa pelindung (Deata).
Kerbau dituntun masuk dengan cincin di hidungnya, tetapi babi diikat dengan batang bambu dan dipikul oleh dua orang.
Dari 24 kerbau yang diperlukan untuk satu upacara rapasan, paling sedikit harus ada satu kerbau khusus (Tedong Tanda). Kerbau (Tedong) yang bagaimana yang dikategorikan sebagai kerbau tanda?
1. Tedong Saleko - Kerbau putih dengan belang hitam, tanduk berwarna gading, dan bermata putih. (Saya menulis ini tanggal 23 September 2015, harga paling mahal yang pernah saya dengar untuk seekor Tedong Saleko adalah Rp 1,7 milyar.)
Kami tidak "bertemu" dengan tedong saleko hidup, jadi harus puas dengan melihat patungnya saja yang terdapat di kelurahan Deri.
2. Tedong Bonga - Kerbau hitam dengan belang putih dan mata biru. (Harganya mencapai Rp 500 juta.)
3. Tedong Sokko - Kerbau dengan tanduk yang menghadap ke bawah sehingga kedua tanduk hampir bersentuhan di bawah lehernya. (Harganya mencapai Rp 250 juta pada tahun 2015). Bonga Sokko mempunyai ciri-ciri gabungan dari Bonga and Sokko, karenanya harganya bisa melambung sangat tinggi.
4. Lotong Boko - Jenis kerbau ini sudah sangat jarang ditemukan. Warna kulitnya putih dengan belang hitam tunggal di punggungnya. Sekilas kelihatan seperti dipakaikan sadel kuda warna hitam.
5. Tedong Todi - Kerbau hitam dengan bercak putih di kepalanya.
6. Tedong Tekken Langi' - Kerbau dengan tanduk yang tidak simetris, satu tanduk menghadap ke atas, yang lain menghadap ke bawah. Orang Toraja percaya bahwa kerbau ini sakral karena satu tanduknya menahan langit dan tanduk sebelah lagi menahan bumi.
Ini juga patung di lokasi yang sama dengan patung tedong saleko di atas.
7. Tedong Ballian - Kerbau dengan tanduk yang memanjang ke samping (kadang-kadang jarak dari ujung tanduk yang satu ke ujung yang lain bisa mencapai dua meter) . Kebanyakan tedong ballian dikebiri. Mereka percaya kerbau yang dikebiri akan tumbuh lebih besar. Semakin besar dan tegap, semakin berharga kerbau itu.
Kerbau lain dianggap kerbau normal.
- Tedong Podo - Kerbau hitam yang selalu digunakan untuk upacara-upacara Merok, Ma’bua, dan Rambu Solo.
- Tedong Sambao - Kerbau berwarna abu-abu.
- Tedong Bulan - Kerbau yang seluruh kulitnya berwarna putih. Kerbau ini dianggap dari kasta terendah dan tidak boleh digunakan untuk upacara apapun juga.
Nilai seekor kerbau diperkirakan oleh satu tim yang disebut Pa’ Tassere’ Tedong berdasarkan jenis, jarak dari ujung satu tanduk hingga ujung tanduk lainnya, kekuatannya dalam adu kerbau, usia, dan ukuran tubuhnya. Nilai babi ditentukan oleh ukuran lingkar perutnya.
Hampir setiap keluarga memiliki paling sedikit seekor kerbau. Pangkambi' tedong menjaga kerbau itu, memberi makan dan memandikannya.
Kerbau dikurbankan hampir di setiap jenis upacara. Jumlah kerbau di Toraja menurun dengan sangat cepat dan mereka harus membeli kerbau dari luar Toraja.
Sebelumnya - Toraja: Upacara Pemakaman - II
Berikutnya - Toraja: Kehadiran Leluhur Nyata Adanya - IVA
Tambah komentar baru