Toraja: Upacara Pemakaman - II

English Version

Walau bisa dilaksanakan kapan saja sepanjang tahun, upacara pemakaman (Rambu Solo) paling banyak diselenggarakan di bulan Juli hingga Agustus-- masa tenang para petani ketika padi telah dipanen dan juga bertepatan dengan hari libur anak sekolah. Hampir semua anggota keluarga yang merantau akan pulang untuk mengikuti upacara ini.

Persiapan dimulai dengan musyawarah anggota keluarga mengenai upacara jenis apa yang akan diselenggarakan, kapan dan di mana. Kemudian mereka akan membagi tugas. Setelah itu mereka harus mencari lapangan yang cocok untuk upacara dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan: membangun pondok (lantang) dan lumbung tinggi untuk peti mati (lakkian). Semua dilakukan dengan bantuan keluarga dan warga desa lainnya. Area upacara (rante) berbentuk empat persegi dengan satu jalan masuk kecil. Lantang dan lakkian dibangun mengelilingi satu lapangan kosong untuk upacara pemotongan kerbau.

Toraja
Seekor kerbau berdiri dengan sabar di depan lakkian (bangunan merah tinggi), sama sekali tidak mengerti nasib apa yang sedang menunggunya.

Kami tiba di Tikkala-- lokasi upacara yang akan kami saksikan, kira-kira 3 km di utara Rantepao pada pukul 08.15. Hari ini adalah hari ketiga upacara **Mantaa padang untuk seorang kakek yang meninggal tiga tahun yang lalu. Tanduk kerbau yang dipotong hari sebelumnya terikat pada satu tiang di tengah lapangan. Untuk acara pemakaman, sebaiknya kita memakai pakaian berwarna gelap. Kami menunggu hingga ada orang yang mengundang kami masuk. Untuk menunjukkan rasa hormat, kami memberikan rokok kepada orang yang mengundang kami masuk ke lantangnya. Harga rokok: Rp 116.000.

Toraja
Kami duduk dalam salah satu lantang dan disuguhi teh serta makanan ringan.
Toraja
Kerbau yang akan dikurbankan dan tanduk temannya yang telah dipotong hari sebelumnya. Dapatkah dia mencium bau kematian?

Ada empat kelas upacara pemakaman sesuai tingkat sosial-ekonomi keluarga:

  1. Upacara untuk budak (tana’ kua-kua, kasta terendah) - Perbudakan dihapus lebih dari seabad yang lalu.
    - Dipasilamun tallo' manuk - bayi yang meninggal di waktu lahir dikubur pada hari yang sama dengan sebutir telur ayam dan ari-arinya, karena itu disebut juga dipasilamun toninna (toni artinya ari-ari).
    -
    Didedekan Palungan atau Dikambuturan Padang - orang dewasa yang miskin dikubur pada hari yang sama setelah diupacarakan dengan cara memukul tempat makan babi atau menghentak-hentakkan kaki ke tanah.
    - Disilli - bayi yang belum punya gigi dikuburkan dalam lubang di batang pohon.
    - Dibai Tungga - diperlukan paling sedikit seekor babi untuk upacara jenis ini dan mayat dikubur keesokan harinya.
    - Dibai A’pa - minimum empat babi dikurbankan dan mayat dikubur keesokan harinya.
     
  2. Upacara untuk non budak (tana’ karurung)
    - Diisi - Anak bangsawan yang belum tumbuh gigi dianggap berhak mendapatkan kurban seekor sapi.
    - Dipasangbongi (ditedong tungga) - Paling sedikit mengurbankan satu kerbau dan empat babi. *Ma’badong dilaksanakan semalam dan mayat dikubur keesokan harinya.
    - Dipatullung Bongi - Kerbau tiga hingga lima ekor dan minimal 16 ekor babi dikorbankan. Mayat dikubur setelah tiga malam.
     
  3. Upacara untuk bangsawan kelas menengah (tana’ bassi)
    - Dipalimang Bongi - Minimal 5 ekor kerbau dan 18 babi. Upacara selesai setelah lima malam.
    - Dipapitung Bongi - Minimal 7 ekor kerbau dan 22 ekor babi. Upacara selesai setelah tujuh malam.
     
  4. Upacara untuk bangsawan kelas atas (tana’ bulaan)
    Dirapa’i
    adalah yang paling mahal dan diselenggarakan hanya oleh para bangsawan atau orang kaya dan berkuasa. Patung (tau-tau) dibuat untuk orang yang meninggal dan sebuah simbuang batu (megalit) ditegakkan dalam rante sebagai tanda kehormatan dan juga untuk tempat roh bersemayam.
    - Rapasan Dilayu-layu - Minimal 9 ekor kerbau dan 32 ekor babi diperlukan untuk upacara jenis ini.
    - Rapasan Sundun - Minimal 24 ekor kerbau dan 32 ekor babi.
    - Rapasan Sapu Randanan - Minimal 30 ekor kerbau dan 32 ekor babi diperlukan untuk upacara Rambu Solo yang paling top ini.

*Untuk para istri, kerbau yang dikorbankan harus lebih banyak dari suami, karena bagi orang Toraja, seorang ibu adalah lebih mulia.

*Ma’ Badong adalah upacara tari dengan nyanyian sedih (kadong badong) di halaman tongkonan tentang kehidupan.

Ada dua bagian dari upacara Dirapa’i:

  1. Dialuk Pia / Dialuk Banua
  2. Dialuk Palao / Dialuk Rante

Dialuk Pia berlangsung empat hari berturut-turut:

  1. Dipakalambi’i - Posisi mayat diubah jadi menghadap selatan. Anggota keluarga mulai memakai baju hitam tanda berkabung dan puasa makan nasi (makanan saat gembira). Gantinya mereka akan makan ubi dan jagung (makanan saat sedih). Ini disebut maro’ yang dilakukan hingga keseluruhan upacara selesai.
  2. Menyambut kedatangan keluarga dan tamu yang datang dengan pemberian yang harus dibayar kembali ketika si pemberi menyelenggarakan upacara pemakaman. Ma’ Badong dilakukan pada hari ini.
  3. Ma’Bolong - pemotongan babi dan diikuti dengan Ma’ Batang di rante serta doa untuk leluhur dari atas bala’kayan (tempat yang dibangun untuk membagi-bagikan daging korban.
  4. Memasukkan mayat yang telah dibungkus ke dalam peti mati yang terbuat dari kayu mate (kayu mati)

Dialuk Palao terdiri dari:

1. Ma’ Palao - Peti mati diarak keliling desa ke rante untuk dimasukkan ke dalam lakkian (lumbung di rante yang dibangun paling tinggi khusus untuk tempat peti mati sebelum dibawa ke pekuburan). Seekor kerbau kemudian dibunuh dan dagingnya dibagi-bagi. Kerbau diadu pada sore hari ini (ma’ pasilaga tedong) untuk menentukan kerbau yang paling kuat.

Dari Tikkala, kami ke Ba'lele, satu kilometer dari Rantepao untuk melihat Ma' Palao. Kali ini kami membawa gula sebagai buah tangan. Harga gula hanya Rp 50 ribu saja. Mendiang meninggal cukup muda pada usia 50 karena diseruduk kerbau yang marah pada acara adu kerbau (ma'pasilaga tedong). Acara seperti ini semakin mengkhawatirkan karena demi mencapai kemenangan, mereka menyuntik kerbau aduannya sehingga menjadi ganas.

Peti mati diarak mengelilingi rante dengan nyanyian dan doa. Arak-arakan diawali dengan dua orang yang membawa gong besar, diikuti tompi saratu (umbul-umbul), tedong (kerbau), lamba-lamba ( kain merah panjang yang diusung oleh kaum wanita dalam keluarga mendiang) dan terakhir adalah duba-duba (peti mati) yang ditandu dengan saringa yang terbuat dari batang bambu.

Toraja
Arak-arakan dipimpin oleh dua orang yang memikul gong besar
Toraja
diikuti oleh tompi saratu (pembawa bendera).
Toraja
Di belakang tompi saratu, berbaris kerbau, lamba-lamba dan terakhir duba-duba.
Toraja
Peti Mati Parade
Toraja
Kemudian peti mati akan diangkat ke dalam lakkian.

Setelah itu tibalah acara yang ditunggu-tunggu banyak orang Toraja yaitu adu kerbau. Sayang sekarang banyak yang menggunakannya sebagai ajang judi sehingga acara ini kehilangan makna awalnya.

Toraja
Nama kerbau yang akan diadu ditulis dengan cat putih di punggungnya.

2. Karampaoan Tau - Penyambutan tamu dan pencatatan : siapa membawa apa, berapa ekor, nilai hewan yang dibawa, untuk siapa (almarhum, anaknya, istrinya atau siapa saja yang mungkin), dan untuk apa (untuk bayar utang, sebagai pemberian atau sebagai pinjaman). Setelah sepuluh tamu tercatat, mereka dibawa ke lantang sementara di sebelah kanan lakkian. Demikian dilakukan hingga tidak ada lagi tamu yang datang. Tamu-tamu tersebut kemudian dipanggil menurut statusnya dan diberitahu nomor lantang tempat mereka tinggal selama upacara berlangsung-- mungkin beberapa hari hingga beberapa minggu.

Toraja
Lantang sementara, tempat untuk tamu yang baru datang duduk sebelum diputuskan lantang mana yang akan menjadi tempat mereka tinggal selama upacara.

Saya berdiri tepat di sudut ini untuk mendapatkan foto **ma'tinggoro tedong yang lebih baik ketika kerbau yang baru ditebas lehernya mengamuk dan menyeruduk ke arah kami. Untung saya sudah mengantisipasi hal ini dan segera melompat ke atas ke dalam lantang di belakang saya. Sungguh pengalaman luar biasa yang tidak akan pernah saya lupakan!

3. Allo katorroan - Anggota keluarga dan tetua adat mendiskusikan apa yang akan dilakukan selanjutnya, berapa kerbau yang akan dipotong, apa yang akan dilakukan dengan sisanya-- dipelihara atau diberikan sebagai sumbangan kepada gereja atau orang yang tidak berpunya.

4. *Mantaa padang - Pemotongan kerbau dan pembagian dagingnya. Ritual ini dimulai dengan doa yang dipimpin oleh pendeta dan sepatah kata dari keluarga yang menyelenggarakan upacara. Kerbau dipotong sekali tebas dengan parang (disebut **ma'tinggoro tedong).

Toraja
Pendeta berdoa
Toraja
**Ma'tinggoro tedong
Toraja
Sebelah kaki kerbau ditambatkan ke patok yang ditanamkan ke tanah dan lehernya ditebas. Bagi Pa' Tinggoro tedong (penebas leher kerbau) yang sudah berpengalaman, tebasan dilakukan tanpa tambatan.

Setelah semua kerbau dibunuh dan dipotong, dagingnya akan dibagikan dari atas bala'kayan.

5. Meaa - Peti mati diturunkan dari lakkian dan dibawa ke pekuburan untuk dikuburkan.

Zaman sekarang, semakin banyak orang Toraja yang memilih mengurbankan lebih sedikit hewan, begitupun, baru saja pada tahun 2013 yang lalu, sebuah upacara diselenggarkan dengan kurban 100 ekor kerbau!

Sebelumnya: Toraja - Hidup untuk Leluhur - I

Berikutnya: Toraja: Hewan Kurban pada Rambu Solo - III

Komentar

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Mungkin Januari bukan bulan yang baik untuk berlibur ke Bali, apalagi jika tujuan pertama adalah...

Rose Chen

Air Terjun Shifen 

Rose Chen

Kuil ini terletak di distrik Zhungli, kota Taoyuan. Tempat ibadah seperti ini ada di setiap...

Rose Chen