Menantu Okay Punya

Menantu Okay Punya

Jika mendengar ada orang yang tidak tinggal serumah dengan mertua, biasanya orang akan mengatakan,”Wah, beruntung sekali kamu!” Saya yakin, mereka mengatakan begitu karena hidup bersama orang lain, dengan siapapun juga, cepat atau lambat, pasti akan timbul konflik.

Saya ingin berbagi cerita teman-teman tentang kehidupan dengan mertua. Semua nama adalah fiksi, cerita adalah kejadian sebenarnya.

“Dulu sebelum menikah, mertua gua kelihatannya biasa-biasa aja tuh, tapi gua tetap gak mau tinggal bareng. Suami gua beli rumah di sebelah rumah ibunya. Alasannya, dia anak tunggal, ntar gak ada yang jaga ibu. Okelah, gua pikir. Gak apa. Eh, lu tau gak? Dia ada kunci rumah, tiap hari ke rumah gua, suka-suka dia periksa lemari dan kulkas gua, termasuk lemari pakaian gua. Aneh gak? Memang sih gak ambil apa-apa, tapi ya ampun, ngapain sih dia gitu?”

“Mertua gua lebih parah, asal datang ke rumah gua makan, adaaaa saja yang dia keluhkan, bubur kurang lembek, sop terlalu asin, nasi terlalu keras, kari kurang pedas. Potongan wortel untuk sop sapi bentuknya salah. Rebus sayur HARUS taruh garam. Gua gak taruh garam, bisa mati?”

“Mertua gua paling gawat. Anak gua jatuh, dia suruh gosok kepalanya yang kejedut dengan sol sepatu! Tiap akhir minggu, HARUS makan di rumah mereka. Kalau gak datang, harus telepon dan kasih alasan yang benar-benar gawat darurat.”

“Mertua gua sungguh keterlaluan, dia sering bilang ke suami gua, ‘Entah gimana lu cari bini, masak bego begitu. Anak digigit nyamuk juga gak tahu. Nyuapin anak gak bisa. Gimana sih anak dipelihara kok sampai kurus kecil begitu. Heran!’ Bilangnya di depan gua pula itu.”

“Mertua gua pelitnya minta ampun. Semua uang laki gua dia harus tahu dipakai ke mana. Gua gak bisa beli apa-apa. Gua kan suka menjahit, gua beli banyak kain, dia marah. Padahal dia sendiri beli entah apaaaa saja. Rumah sudah tua gak boleh dirombak, padahal ada uang. Kalau gua beli sepatu atau pakaian baru, gua harus bohongin dia harganya. Sepatu 200 ribu, gua bilang 100 ribu.”

“Mertua gua lucu. Kalau suami gua bantu gua apa saja, dia marah. Maunya suami gua meladeni dia saja. Gitu pulang kerja, suami gua harus ke rumahnya dulu, lapor, lihat mamanya perlu apa, ada bola lampu yang kebakar? Perlu diantar ke sana? Diantar kesitu? Perlu dibelikan ini? Perlu dibawakan itu? Setelah semua beres, baru boleh pulang lihat istri, apa gua perlu bantuan atau perhatian. Memang sih masih satu kompleks, tapi gua kan juga butuh suami. Saking kesalnya gua pernah bilang, ‘Seharusnya lu tidur saja sama mama lu, gak usah pulang lagi!’ Kalau mertua laki gua sudah meninggal sih masih mending. Ini masih sehat walafiat kok, kenapa gak suruh dia saja?”

“Roseeeee, gua mau cerai, ceraaiiiii. Suami gua kayak anak-anak, semuaaaa diadukan sama mamanya. Aku gak tahaaaan, gak tahan.”

Saran nih sama yang belum nikah : Sering-sering dengar dan catat curhat teman yang sudah nikah, jangan pikir itu hanya terjadi pada orang lain. Sebelum menikah, jelaskan kepada pasangan apa yang kita harapkan dan apa yang kita tidak bisa tolerir dari hidup bersama pasangan maupun keluarganya.

Beberapa patokan yang bisa dipakai:

  1. Privacy
    Jelaskan pada pasangan bahwa kita menginginkan privacy, kamar tidur adalah tempat yang tidak boleh dimasuki tanpa ijin, (apalagi nerobos masuk tanpa ngetuk pintu dulu, gimana kalau, kalau, kalau….duuh.) Kiriman yang ditujukan kepada nama kita tidak boleh dibuka orang lain.
  2. Jangan membawa mertua dalam pertikaian.
    Pasangan harus mengerti, pertikaian suami istri sebaiknya tidak sampai ke telinga mertua kecuali dia tempelkan kupingnya ke dinding kamar, eh… kecuali kedua belah pihak setuju untuk meminta pendapat atau saran.
  3. Cara merawat dan mendidik anak
    Ini sangat penting dibicarakan sebelum menikah, jangan tunggu sampai sudah hamil baru diomongin. Banyak pasangan muda yang memiliki cara pandang berbeda dengan mertua yang dari generasi berbeda. Jadi tentukan jauh-jauh hari, apa yang bisa ditoleransi. Apalagi jika pasangan yang memerlukan bantuan mertua, misalnya untuk menjaga anak bila keduanya bekerja. Hal yang perlu dibicarakan seperti, berapa sering mertua boleh membawa anak makan di restoran fast foodNo permen in the house! Sekolah dan disiplin anak ditentukan oleh orangtua dan nenek tidak boleh melanggarnya. Misal, sudah tahu anak biasa tidur jam sembilan tapi karena film yang ditonton bersama nenek belum tamat, nenek bilang, “Gak apalah sekali ini, dedek boleh tidur jam 10.” Atau, sudah tahu kita melarang anak makan setelah sikat gigi, masih ditawarin cookies sebelum tidur. Hadeh!
  4. Pengaturan keuangan
    Diskusikan bersama calon pasangan, bagaimana rencana keuangan kalian dan sejauh mana campur tangan mertua yang anda ijinkan dan harapkan. Ada teman yang iparnya tinggal di luar negeri. Mertuanya tidak punya pengertian, pakai telepon sesukanya, yang membayar tagihan telepon adalah teman saya ini.
  5. Tak perlu terlalu kaku dan sensitif
    Kalau mertua merepet soal masakan, yah, anggap saja beliau sedang memberikan pelajaran memasak. Tidak semua undangan berdebat perlu dipenuhi. Berbesar hati sedikit dalam menerima kritik dan lebih sering berbuat baik tidak membuat kita dibenci mertua.

Ada cerita tentang seorang menantu di Cina yang benci sekali kepada mertuanya. Dia pergi ke toko obat dan meminta resep obat yang bisa membunuh mertuanya tanpa meninggalkan bukti. Si penjual obat berkata, “Agar orang tidak curiga, kamu harus melakukannya pelan-pelan. Bawalah ramuan obat ini pulang, masaklah bersama setengah ekor ayam kecil dan berikan kepada mertuamu dua kali seminggu. Mertuamu akan mati dalam waktu satu tahun.” Si menantu melakukan apa yang disarankan. Bila ramuan obat habis, dia pergi beli lagi. Suatu pagi, memasuki bulan ke enam dia meracuni mertuanya, dia mengunjungi tukang obat itu.

Tukang obat : Ha? Bukankah kamu baru datang minggu lalu?

Menantu : Benar suhu, tapi saya bukan datang mau membeli racun itu, saya mau membeli penawarnya.

Tukang obat : Lho, kok?

Menantu : Sejak tiap Selasa dan Jumat saya hidangkan ayam itu khusus untuk mertua, dia menjadi semakin baik kepada saya. Sekarang kami menjadi sangat dekat dan saya merasa takut kalau dia mati. Saya tak ingin dia mati, saya sayang sekali sama dia dan dia juga sayang sama saya. Tolonglah suhu, saya mau beli obat penawarnya.

Tukang obat : Hahaha, nak… tenanglah, saya tidak pernah memberikan racun kepadamu. Yang selama ini kamu berikan kepada mertuamu adalah ramuan untuk membuat dia semakin sehat.

Saya yakin, menantu yang baik dan menyayangi mertua lebih dicintai dari menantu yang berpendidikan tinggi dan kaya tetapi tidak sopan atau memandang rendah mertuanya.

Last but not least, jika mengharapkan pasangan tidak melakukan sesuatu, kita juga tidak boleh bertindak begitu. Jangan sedikit-sedikit mengadu kepada orangtua kalau bertengkar dengan pasangan. Selesaikan saja berdua, pakai jurus apa saja boleh, tapi ingat, hanya boleh dengan tangan kosong!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *