Musim gugur tahun ini, saya berkesempatan menjelajahi Hokkaido selama lima hari. Dari Taiwan, penerbangan menuju Sapporo hanya memakan waktu sekitar tiga jam. Selama lima hari di Hokkaido, kami menginap di empat tempat berbeda — Hoshino Resorts Tomamu, Kiki Shiretoko Natural Resort, Hotel Taisetsu, dan Premier Hotel Tsubaki Sapporo — masing-masing menawarkan pesonanya sendiri.

Hari 1: Tomamu — Surga di Tengah Pegunungan
Tomamu berjarak sekitar satu setengah jam dari bandara New Chitose. Kawasan resor ini terkenal karena keindahan alam dan fasilitas rekreasinya yang disesuaikan dengan musim. Sayangnya, waktu kami terbatas sehingga hanya sempat menikmati Mina-Mina Beach, Chapel on the Water, dan pesta kembang api malam hari yang indah di bawah udara dingin.

Mina-Mina Beach adalah kolam renang indoor raksasa dengan dinding kaca dan suhu air yang dijaga di 30°C, lengkap dengan ombak buatan. Rasanya seperti berenang di pantai tropis meski di luar bersalju. Bagi yang ingin relaksasi lebih dalam, tersedia juga pemandian air panas (onsen) — pengalaman khas Jepang, tentu bagi yang nyaman berbagi ruang tanpa sehelai benang di tubuh.

Hari 2: Danau Para Dewa dan Hutan Terpencil Shiretoko
Perjalanan hari kedua dimulai dengan perjalanan darat sekitar tiga setengah jam menuju Danau Mashu, yang dijuluki Lake of the Gods karena kejernihannya. Pada tahun 1931, danau ini pernah dinobatkan sebagai danau terjernih di dunia. Kami hanya punya waktu 25 menit di sana — singkat, tapi cukup untuk membuat siapa pun terpesona oleh kabut lembut yang menari di atas air biru tua.

Setengah jam dari sana terdapat Danau Kussharo, dan kami berhenti sejenak untuk makan siang di Sunayu Rest House yang menghadap ke danau luas ini. Sore harinya kami menuju Taman Nasional Shiretoko, salah satu situs warisan dunia UNESCO. Nama “Shiretoko” berasal dari bahasa Ainu, sir etok, yang berarti “ujung Bumi Ibu”.
Kami berjalan menyusuri wooden walkway sepanjang beberapa ratus meter, yang dilindungi pagar listrik agar beruang tak mendekat — ya, di sini beruang cokelat Hokkaido masih hidup bebas di alam liar! Dari sini terlihat gunung-gunung megah, termasuk Gunung Rausu, puncak tertinggi di taman ini. Malamnya, kami beristirahat di Kiki Shiretoko Natural Resort, menikmati udara pegunungan yang sejuk dan tenang.


Hari 3: Laut, Air Terjun, dan Rubah di Kitami
Pagi hari kami menuju pelabuhan untuk naik kapal wisata Aurora, yang mengelilingi garis pantai Shiretoko. Sayangnya hujan deras membuat pandangan terbatas, tapi tetap saja menyenangkan melihat tebing-tebing curam dan burung laut beterbangan. Saran saya, kapal ini paling ideal dinikmati pada musim panas, ketika langit cerah dan kadang terlihat paus atau anjing laut di kejauhan.

Setelah pelayaran, kami singgah di Oshinkoshin Falls, air terjun kembar setinggi 30 meter yang dijuluki “Air Terjun Indah yang Mengalir di Jalan Raya”. Hanya 15 menit dari sana, hujan kembali menemani perjalanan ke Danau Notoro. Kami tidak berhenti lama karena hujan.

Dari sana, kami menuju Kitami Fox Village — surga kecil bagi pecinta hewan. Di sini pengunjung bisa melihat dari dekat rubah merah Ezo, spesies khas Hokkaido yang berbulu tebal dan berekor lebat. Meski terlihat jinak, pengunjung tidak disarankan menyentuhnya langsung karena mereka tetap hewan liar. Melihat mereka bermain menjadi pengalaman yang sangat menakjubkan.

Perhentian terakhir hari itu adalah Ginga dan Ryusei Falls, dua air terjun kembar yang dijuluki Air Terjun Galaksi dan Air Terjun Meteor. Malam itu kami beristirahat di Hotel Taisetsu setelah menikmati makan malam buffet hangat.

Hari 4: Otaru — Kota Romantis di Tepi Kanal
Ini adalah kunjungan kedua kami ke Otaru, kota pelabuhan bergaya Eropa yang terkenal dengan kanal romantisnya. Deretan gudang tua yang kini menjadi butik, kafe, dan toko suvenir menciptakan suasana nostalgia.
Beberapa tempat menarik di Otaru antara lain:
- European-style Steam Clock, jam uap yang dibuat pada tahun 1977 oleh pembuat jam Kanada terkenal. Setiap 15 menit jam ini mengeluarkan melodi lima nada dari semburan uap.
- Otaru Canal, tempat terbaik untuk berjalan sore sambil menikmati keindahan lampu gas tua di tepi air.
- Kitaichi Glass Museum, galeri kaca terkenal yang menampilkan karya seni berkilau.
- LeTAO, toko kue legendaris dengan Fromage Double, kue keju lembut dari susu Hokkaido dan keju mascarpone. Jangan lewatkan juga Honey Butter Financier mereka — harum, renyah di luar, lembut di dalam.
Kunjungan Pertama bisa dibaca di sini.
Dari Otaru, perjalanan berlanjut ke Hokkaido Jingu Shrine, kuil megah yang terletak di dalam Taman Maruyama. Musim gugur membuat tempat ini semakin indah dengan dedaunan jingga keemasan. Satu jam di sini terasa kurang untuk menikmati ketenangan dan keanggunannya.

Malam terakhir kami habiskan di Premier Hotel Tsubaki Sapporo, hotel elegan di pusat kota, menutup hari dengan segelas teh hangat di dalam kamar sambil mengenang perjalanan panjang di utara Jepang.
Hari 5: Mitsui Outlet dan Perpisahan
Sebelum kembali ke Taiwan, kami sempat mampir ke Mitsui Outlet Park Sapporo Kitahiroshima. Tempat ini terkenal di kalangan wisatawan Taiwan karena harga barangnya jauh lebih murah dibanding outlet serupa di Taiwan. Dari produk olahraga, kosmetik, hingga merek-merek mewah Jepang — semua ada di sini.
Hokkaido bukan sekadar destinasi wisata. Seharusnya ia adalah tempat untuk melambat, menarik napas dalam-dalam, dan menyadari betapa kecilnya kita di hadapan alam. Untuk itu seharusnya Hokkaido dijelajahi dengan pace sendiri.
Di antara kabut di Danau Mashu, dinginnya udara Shiretoko, dan kehangatan onsen di Tomamu, saya belajar bahwa keindahan tidak selalu harus ramai dan berisik — kadang justru ditemukan dalam keheningan yang membeku di ujung bumi.

















Leave a Reply