Pernahkah anda berhadapan dengan pengemudi yang agresif? Atau mungkin anda sendiri seorang pengemudi yang sering terpancing untuk mengumbar emosi di jalan raya? Skenario lain, anda sedang mengemudi di jalan tol, mobil di belakang anda membunyikan klakson dan terus menyalakan lampu dim, ingin menyalip mobil anda. Bisa jadi setelah orang tersebut diberi kesempatan mendahului, anda akan mengekor mobil tersebut dan membalas tindakannya meneror dengan klakson tiada henti atau kedap-kedip lampu dim.
Kasus emosi di jalan raya menjadi masalah yang semakin sering ditemui di kota besar terutama pada kondisi jalan yang macet. Menurut National Highway Traffic Safety Administration di Amerika, ada dua tipe pengemudi yang meresahkan yaitu pengemudi yang agresif dan pengemudi yang menyerang pengguna jalan yang lain (road rage). Disebut pengemudi yang agresif jika pengemudi terlihat ingin membuat celaka orang lain atau kendaraan lain misalnya dengan sengaja membuntuti dan membuat gugup orang lain dengan posisi kendaraan mepet. Sedangkan tipe road rage akan menyerang orang lain misalnya dengan sengaja menyenggol kendaraan orang lain atau dengan mengacung-acungkan senjata di jalan raya, seperti beberapa contoh kejadian yang diberitakan di media massa.
Ciri-ciri kedua tipe pengemudi tersebut kurang lebih sama:
- Sering melontarkan makian atau kata-kata kasar ketika mengemudi dan merespons kelakuan pengemudi lain. Misalnya ketika kendaraannya disalip atau diklakson oleh orang lain, ia akan menurunkan kaca mobilnya sambil memaki orang tersebut.
- Tidak mematuhi peraturan lalu lintas dan pedoman keamanan berkendara, seperti tidak mengunakan seat belt, memasang lampu kendaraan yang tidak memenuhi standar keamanan, tidak punya kaca spion.
- Posisi kendaraannya terlalu dekat dengan kendaraan orang lain. Tidak mengindahkan jarak aman.
- Kebut-kebutan di jalan raya.
- Sering menyalip kendaraan lain atau berpindah jalur tanpa memberi tanda.
- ‘Rajin’ membunyikan klakson atau menyalakan lampu dim.
- Suka tiba-tiba menginjak rem dengan maksud membuat kaget kendaraan di belakangnya.
- Menyalip kendaraan lain, kemudian dengan sengaja memperlambat kendaraannya di depan orang tersebut.
- Begitu lampu lalu lintas menyala hijau, tidak sabar untuk segera tancap gas. Ia akan segera membunyikan klakson agar kendaraan di depannya segera maju.
- Punya tendensi rasa bermusuhan atau pikiran untuk mencelakakan orang lain.
- Dengan sengaja memepet kendaraan lain dengan maksud membuat orang lain gugup.
Pernah ada satu insiden yang terjadi persis di depan kendaraan yang saya tumpangi. Sebuah mobil tampak terus berusaha menyalip kendaraan di depannya dan dengan tidak sabar terus membunyikan klakson dan akhirnya membuka jendela dan dengan keras berteriak Oooiiiiii dengan ‘bumbu’ kata-kata makian dan menggedor pintu mobilnya sendiri. Setelah berhasil mendahului, si pengemudi menghentikan kendaraannya di depan mobil yang ia salip dan dengan garang turun dari mobil, menghampiri mobil tadi sambil menggedor-gedor dan menendang pintu mobilnya. Ia marah karena tidak cepat diberi kesempatan menyalip. Kondisi saat itu tidak memungkinkan si pengemudi di depannya untuk memberi jalan. Jadi setelah beberapa waktu baru ada celah untuk bergeser ke lajur kiri agar si pengemudi garang tadi bisa menyalip.
Kejadian lain, masih di dalam kompleks gereja setelah selesai beribadah. Tempat parkir padat dan penuh dengan mobil, semua antri untuk keluar. Kendaraan di sebelah saya tidak sabar mengantri. Pedal gas ditekan dan bunyi mesin mobilnya meraung-raung. Begitu ada ruang kosong sedikit di depannya, ia maju dan karena sudah emosi, mobilnya maju terlalu cepat dan menabrak bumper mobil di depannya. Bukannya turun untuk meminta maaf, tapi ia turun dan menghampiri pengemudi di depannya sambil mengetuk kaca mobil dan marah-marah, menyalahkan pengemudi itu karena bergerak hanya beberapa meter saja.
Mengapa beberapa pengemudi ada yang begitu agresif dan cepat tersulut emosinya di jalan raya? Beberapa dokter percaya ada dasar medis bagi orang-orang seperti itu. The National Institute of Health mensponsori satu studi yang meneliti masalah emosi di jalan raya. Ditemukan perilaku road rage sekitar 5 – 7 % dari 10.000 pengemudi yang disurvei. Dari beberapa studi, disebutkan Intermittent Explosive Disorder (IED) diidentifikasikan sebagai penyebab perilaku road rage. Perilaku emosional yang hilang dan timbul berulang kali dengan interval yang tidak menentu. Individu yang didiagnosa memiliki kecenderungan IED biasanya telah beberapa kali mengalami kondisi emosi meledak tidak terkontrol dan lebih cepat tersulut emosinya di jalan raya.
Tips Aman di Jalan Raya
Kita tidak dapat mengontrol perilaku pengemudi lain, karena itu kita harus bisa mengontrol diri sendiri. Ketika kendaraan kita disalip orang lain atau kejadian apapun yang lain, respons kita yang akan menjadi penentu rentetan peristiwa selanjutnya. Jika anda mampu menahan diri, menarik nafas panjang dan tetap tenang, emosi tidak tersulut, diharapkan emosi si pengemudi edan itu juga akan mereda karena lawan tidak terpancing. Kondisi jalanan yang macet sering dijadikan kambing hitam sebagai pemicu emosi para pengguna jalan. Sebenarnya yang menjadi akar utama sikap agresif di jalan raya ada di dalam diri kita sendiri.
- Sediakan lebih banyak waktu dari perkiraan lama perjalanan yang akan ditempuh. Kondisi serba terburu-buru dan waktu yang mepet cenderung memicu emosi kita terlebih jika ternyata jalanan lebih macet dari biasanya, ada kecelakaan dan jalan tersendat. Jika kita punya waktu cadangan beberapa menit, kita akan lebih tenang meskipun ada gangguan di jalan.
- Banyak studi yang menyebutkan kurang tidur merupakan salah satu faktor penyebab road rage. Kurang tidur membuat individu menjadi lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
- Ingatlah untuk selalu menghindari konflik meskipun pengemudi lain mencoba memancing emosi anda. Lebih baik mengalah dan memberi jalan bagi para pengemudi edan yang tidak sabar.
- Jika tidak cukup ruang kosong untuk memberi jalan bagi si pengemudi edan untuk menyalip anda, biarkan saja ia meraungkan gas mobilnya atau menekan klakson.
- Hindari kontak mata atau gerakan tubuh yang menantang orang tersebut.
- Minta bantuan petugas tol atau telepon polisi jika anda merasa sangat tersudut dan terus diteror.
- Kendaraan bukan alat untuk terapi. Jadi jika anda sedang bête, baru bertengkar dengan pasangan atau dimarahi atasan di kantor, jangan luapkan emosi dengan memacu kendaraan atau dengan bersikap agresif di jalan. Saya ingat cerita seorang teman yang sering bertengkar dengan pasangannya di mobil dalam perjalanan pergi atau pulang kantor. Sebagai reaksi emosi pasangannya, mobil akan dipacu dengan kencang, berjalan zigzag atau sering mengklakson dan menyalip kendaraan lain sebagai reaksi tidak sabar. Target sebenarnya adalah untuk membuat teman saya ini takut dan beranggapan bahwa pasangannya lebih superior. Emosi dilampiaskan pada kendaraannya.
Terlepas dari benar atau tidaknya ada dasar medis orang yang gampang meledak emosinya di jalan raya, kita sebaiknya siap untuk mengatasi kondisi yang bisa timbul kapan saja. Nasihat terbaik adalah jangan terpancing untuk ikut berkonfrontasi, ikut meledakkan emosi jika berhadapan dengan pengemudi edan di jalan raya. Butuh lawan untuk bertengkar dan memacu emosi, jadi jika anda sebagai lawan tidak bereaksi, si pengemudi edan mungkin akan menghentikan aksinya. Tidak ada urusan kalah atau menang di jalan raya. Lupakan keinginan untuk menunjukkan anda lebih hebat dari pengemudi lain, anda lebih berkuasa atau ingin orang lain tahu siapa anda dan seberapa mengkilap dan menterengnya kendaraan anda. Yang diutamakan tetaplah keamanan berkendara di jalan raya. Ada etika yang harus dipatuhi bersama.
Add new comment