Kami berlibur di Siem Reap selama enam hari tetapi menyewa mobil hanya untuk tiga hari. Karena itu pada hari kedua di Siem Reap, kami memutuskan untuk ke lokasi wisata yang agak jauh. Tiket Angkor Pass yang kami beli tidak mencakup kunjungan kuil di lokasi yang jauh ini (Baca mengenai tiket di sini). Pertimbangan kami, untuk ke kuil dekat hotel, bisa menggunakan jasa tuktuk.
Preah Vihear
Tiket: US$ 10 per orang
Transport dari kaki gunung: US$ 25 satu jeep untuk 6 orang. Sepeda motor US$ 5.
Perjalanan dari hotel tempat kami menginap di Siem Reap hingga Preah Vihear adalah 3 jam 30 menit. Jaraknya sekitar 200 km. Kami berangkat pukul 07.00 pagi. Sepanjang perjalanan kami distop polisi dua kali karena ada razia. Jika anda menyewa mobil, pastikan surat kendaraannya lengkap. Supir yang membawa kami adalah pemilik mobil dan dia memiliki surat yang lengkap sehingga perjalanan kami tidak terganggu (Saya bisa berikan nomor kontak supir ini jika ada pembaca yang membutuhkan).
Kami melewati banyak rumah penduduk yang bagi saya terlihat aneh karena dibangun sangat tinggi di atas tanah. Ketika saya tanyakan, kata supir kami, itu karena di musim hujan (hanya dua bulan dalam setahun), daerah tersebut dilanda banjir dengan permukaan air cukup tinggi.
Di kaki gunung Dangrek kita harus ganti kendaraan dengan jeep karena kondisi jalan yang tidak begitu baik. Masih belum diaspal.
Turun dari jeep, kita masih harus jalan kaki hingga ke puncak.
Kuil Preah Vihear terletak di atas tebing curam Pey Tadi setinggi hampir 600 meter di Pegunungan Dangrek, Provinsi Preah Vihear, Kamboja. Ia dibangun pada awal abad IX dan didedikasikan kepada dewa Shiva. Sebagian besar kuil dibangun pada masa kekuasaan Raja Suryavarman I dan II. Tahun 1962 setelah lama memperebutkannya dengan Thailand, International Court of Justice di The Hague menyatakannya sebagai milik Kamboja, tapi jalan masuk utamanya adalah milik Thailand.
Bedanya dengan kuil lain yang dibangun Khmer adalah ia dibangun memanjang dari utara ke selatan sepanjang 800 meter, bukan bujur sangkar. Tanggal 7 Juli 2008, Preah Vihear dimasukkan dalam daftar UNESCO World Heritage Site.
Ada lima gopura yang dihitung mulai dari tengah. Jadi yang pertama kita temui waktu datang adalah gopura 5. Gopura ini dicapai setelah menaiki tangga. Dirancang sedemikian agar bagian dalam kuil terhalang dari pandangan pengunjung bila tidak masuk melalui gerbang.
Pemandangan dari puncak sungguh luar biasa. Walau hanya tinggal reruntuhan, kita bisa membayangkan keagungan kuil Hindu ini dulu.
Kisah Sedih di Preah Vihear
Kunjungan anda akan lebih berarti bila anda mengetahui apa yang pernah terjadi di Preah Vihear. Selain menjadi rebutan antara Kamboja dan Thailand, ternyata ada kisah sedih lain yang terjadi di sana.
Pada 12 Juni 1979, pemerintahan Jendral Kriangsak Chomanan yang baru berkuasa di Thailand setelah melakukan kudeta militer memberitahu kedutaan besar di Bangkok bahwa mereka akan mengusir pengungsi Kamboja. Dia mengizinkan pemerintah Amerika, Perancis, dan Australia untuk memilih 1.200 pengungsi. Lionel Rosenblatt, Kordinator pengungsi dari Kedutaan Besar Amerika, Yvette Pierpaoli, wanita bisnis Perancis di Bangkok dan wakil-wakil dari pemerintahan Australia dan Perancis bergegas ke perbatasan untuk memilih pengungsi dalam waktu 3 jam. Ada 1.200 yang dibawa ke Bangkok dan sisanya dinaikkan ke bus dibawa entah kemana. Kemudian diketahui pengungsi-pengungsi Kamboja dikumpulkan dari berbagai lokasi dan dikirim ke Preah Vihear. Seorang petugas Kedutaan Amerika berdiri di bawah pohon di jalan tanah menuju kuil itu dan menghitung bus yang lewat. Ia memperkirakan ada sekitar 42 ribu orang Kamboja dibawa ke Preah Vihear.
Pengungsi didorong ke bawah tebing. Tidak ada jalan setapak untuk turun, beberapa orang bersembunyi di puncak gunung dan selamat, yang lain ditembak atau didorong dari tebing. Banyak yang turun dengan menggunakan akar pohon sebagai tali. Anak-anak diikat ke punggung atau dada orangtuanya. Mereka turun disertai lemparan batu dari tentara. Di dasar tebing ada banyak ranjau yang ditanam Khmer Merah pada masa kekuasaan mereka. Pengungsi mengikuti jalan setapak yang sempit dengan menginjak mayat-mayat sepanjang jalan beranjau sejauh lima kilometer ke perbatasan Vietnam yang menguasai Kamboja saat itu.
United Nations High Commissioner for Refugees memperkirakan sebanyak 3.000 orang Kamboja meninggal dan 7.000 tidak diketahui nasibnya. Jelas bahwa Jendral Kriangsak hendak menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintah mereka tidak mau menanggung sendiri beban ratusan ribu pengungsi Kamboja.
Selama belasan tahun berikutnya, Badan Internasional terpaksa bekerja keras mendistribusikan pengungsi-pengungsi Kamboja ini ke berbagai negara dan mengusahakan kepulangan mereka dengan selamat kembali ke negaranya.
Dari Preah Vihear kami menuju Koh Ker. Perjalanan membutuhkan waktu dua jam.
Koh Ker
Ticket: US$ 10 per orang
Koh Ker adalah daerah yang dilindungi seluas 81 kilometer persegi. Sebagian besar adalah hutan lebat dengan 184 monumen tetapi hanya sekitar 20an yang boleh dikunjungi turis karena yang lainnya tersembunyi dalam hutan dan sebagian besar belum bebas ranjau. Koh Ker masuk dalam daftar sementara UNESCO World Heritage sejak tahun 1992.
Koh Ker pernah menjadi ibukota pada masa kekuasaan Jayavarman IV dan Harshavarman II (928-944) dengan penduduk lebih dari sepuluh ribu jiwa. Yang paling menarik adalah Prasat Thom, piramid tujuh tingkat setinggi 36 meter.
Akhir tahun 2011, Sotheby, perusahaan multinasional di Inggris, broker koleksi seni dan perhiasan, mencoba menjual patung legendaris pejuang Khmer. Maret 2012, pemerintah Amerika dan Kamboja menggugat ke pengadilan internasional untuk meminta kembali patung itu yang dianggap diambil secara ilegal. Sepasang patung lain yang dicurigai berasal dari Koh Ker ada dipajang di Norton Simon Museum di Pasadena, California.
Baca juga: Jadi Turis di Kamboja
Baca juga: Banteay Srei dan Kbal Spean
Tambah komentar baru