Status: (Happily) Single

Malam Minggu. Saya tak bisa menahan senyum membaca tweets teman-teman putera sulung saya di twitter. Banyak temannya yang saling menggoda khususnya sesama jomblo, yang belum punya pacar. Ternyata sama saja kondisinya, single pada segala usia, sering menjadi sasaran guyonan ataupun desakan untuk mencari pasangan. Rasanya ada yang salah jika kita tidak punya pasangan. Masyarakat masih berpihak pada keharusan memiliki pasangan dan menikah.

Coba perhatikan, teman-teman yang masih single di usia 31 tahun ke atas, kebanyakan akan merasa tidak nyaman karena di banyak lingkungan selalu ada saja yang bertanya: “Udah punya pacar belum?” atau “Mana calonnya?”. Saya sering bertanya pada teman yang masih single, bagaimana reaksinya ketika dihadapkan pada situasi seperti itu. Ada yang merasa tidak nyaman dan akhirnya sering menghindari acara keluarga besar, karena selalu ada Tante yang kepo dan ingin tahu, ada yang cuek saja, ada yang menjawab dengan guyonan. Mungkin jawaban paling aman adalah dengan mengatakan: “Blom punya pacar nich. Kenalin dong”. Lumayan kan untuk memberikan pe er bagi si penanya, mencarikan calon pasangan.

Single

Seseorang berstatus single bisa terjadi karena:

  • Belum mendapatkan pasangan yang cocok dan sesuai spesifikasi yang dia inginkan.
  • Tidak berkeinginan untuk mencari pasangan. Ingin menikmati hidup sendiri.
  • Pernah punya pasangan, tapi putus atau bubaran, jadi kembali berstatus single.

Apa Keuntungan Menjadi Single?

  • Memiliki banyak kesempatan untuk lebih mengenal diri sendiri. Menganalisa apa pandangan kita terhadap suatu kejadian, respons kita bagaimana, apa dampaknya bagi orang lain bila kita mengambil keputusan A, dan lain sebagainya.
  • Tidak terganggu dengan mood pasangan atau temperamennya,  mungkin pasangan mengomel panjang lebar melihat kita melakukan hobi atau suatu kegiatan yang tidak dia sukai.
  • Hidup sendiri membuat kita harus mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Menyiapkan masakan, mengurus baju kotor, membereskan rumah, mengurus hewan piaraan, dan lain sebagainya.
  • Memiliki kontrol penuh atas keuangan sendiri. Jika punya pasangan, kita perlu membuat pos khusus untuk biaya kencan, makan siang atau malam, beli kado ulang tahun, Hari Valentine, dan sebagainya. Bukan berarti single pasti akan hidup lebih irit, karena bisa jadi malah uang akan mengalir keluar untuk hang out di bar atau membeli barang-barang hobi yang menguras kantong, tanpa ada yang menjadi ‘rem’. Tapi setidaknya, kondisi single membuat kita menjadi bos untuk semua uang yang kita belanjakan.
  • Tidak perlu hadir di acara-acara yang membosankan dan butuh segudang basa-basi karena kewajiban menemani pasangan.  Kita bisa memilih untuk hadir di acara mana saja yang dirasa perlu dan asik.
  • Tidak perlu adaptasi dengan kebiasaan pribadi pasangan. Bagi yang pernah menikah dan sekarang kembali single, akan sangat berbeda situasi keseharian. Tidak ada lagi suara ngorok yang mengganggu sepanjang malam, atau wangi  lilin yang memenuhi rumah, atau pasangan yang selalu memencet pasta gigi dari tengah  dan banyak kebiasaan lain yang pastinya membuat kita gregetan. Jika ditegur, marah. Hal sepele akan memicu pertengkaran dan sepanjang hari ‘langit’ pasti mendung dan suasana hati suram.
  • Menjadi single, membuat anda lebih spontan melempar candaan atau mengajak teman ngobrol dalam suatu acara. Tidak perlu jaim (jaga image) karena takut pasangan tersinggung  atau bahkan cemburu jika melihat  kita berbicara agak akrab dengan si A. Bebas chatting dengan siapa saja di media sosial tanpa perlu clear chat sesudahnya, karena khawatir  terbaca oleh pasangan. Bisa-bisa jadi pasal untuk bertengkar apalagi jika teman chatting itu  lawan jenis dan dianggap saingan yang potensial oleh pasangan.
  • Lebih fokus di pekerjaan atau karir di kantor karena perhatian tidak terbagi dengan urusan membina hubungan dengan pasangan. Kerja lembur pun tidak ada yang protes  karena anda yang berkuasa sepenuhnya atas semua waktu yang dimiliki.

Hubungan/relasi membutuhkan kompromi. Banyak kesenangan atau hal pribadi  yang kadang harus anda korbankan demi menjaga perasaan pasangan. Tidak pergi nonton pertandingan bola atau tidak ke pagelaran musik karena pasangan tidak suka.

Punya pasangan atau tidak, semua tergantung bagaimana kita menempatkan diri dan beradaptasi dengan kondisi. Menikah atau tidak menikah masing-masing ada konsekuensi dan plus minusnya.

Single

Menurut saya, menikah adalah pilihan gaya hidup, bukan keharusan. Menyandang status single adalah juga pilihan gaya hidup, bukan karena otomatis dari awal ditetapkan harus single (seperti default option di gadget). Jadi, mau menikah atau tetap single, itu tidak lebih hanya pilihan gaya hidup, bagaimana anda mau menikmati dan mengisi hari-hari sepanjang pejalanan hidup.

“Single is not a status. It is a word that describes a person who is strong enough to live and enjoy life without depending on others.”

“Single bukanlah status. Hanya kata yang mendeskripsikan seorang yang cukup kuat untuk hidup dan menikmati hidup tanpa tergantung pada orang lain”.

Setuju? Siap untuk menjadi single? Menjomblo?

Catatan: Tulisan ini pertama muncul di blog patahtumbuh yang lama tanggal 21 Oktober 2013

SaveSave

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen