Saya yakin anda tidak asing dengan suasana rumah yang penuh dengan barang yang sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi, segala macam kardus, kantong plastik, koran dan buku-buku lama, kaset, dan lain-lain. Saya pernah masuk ke rumah tetangga yang hanya tersisa lorong kecil untuk hilir mudik di dalam rumah karena di mana-mana barang bertumpuk dan sebagian masih dalam plastik besar seolah-olah baru dipindahkan dari tempat lain.
Definisi
Hoarding, berasal dari kata 'hoard', adalah perbuatan mengumpulkan dan menyimpan atau menimbun barang yang sebenarnya tidak diperlukan atau sudah tidak dipakai. Orang yang melakukan hoarding disebut ‘hoarder’.
Perilaku hoarding dapat timbul pada siapa saja, tidak memandang usia, jenis kelamin atau status ekonomi dan bukan disebabkan karena mereka pemalas, jorok, tidak bertanggungjawab atau tidak punya standar kebersihan.
Para ahli mengemukakan beberapa faktor yang bisa menjadi latar belakang timbulnya perilaku hoarding:
- Usia: Biasanya dimulai dari usia 11 – 15 tahun dan akan makin parah seiiring dengan pertambahan usia. Pada anak-anak akan terlihat dari gejala yang suka menyimpan mainan yang sudah rusak, kertas catatan, pensil yang sudah pendek dan tidak bisa dipakai lagi.
- Kepribadian: Biasanya hoarder adalah orang yang sulit mengambil keputusan dan labil.
- Kondisi keluarga: Orang yang berasal dari keluarga yang rumahnya berantakan, lebih cenderung menjadi hoarder karena sudah terbiasa dengan suasana yang tidak rapi. Masa kecil yang tidak bahagia atau kondisi ekonomi keluarga sangat kekurangan.
- Peristiwa yang menimbulkan stress atau trauma: Kehilangan orang yang dikasihi atau kehilangan banyak barang karena suatu bencana.
- Kondisi sosial : Orang yang terisolasi, tinggal sendiri, tidak menikah, tidak punya pasangan tetap, tidak punya banyak teman, dan kesepian.
Hoarding (menimbun barang) berbeda dengan mengoleksi barang. Orang yang hobi mengoleksi perangko, buku, kain tenun setiap daerah, atau item lainnya, akan mencari item spesifik untuk melengkapi koleksinya. Semua koleksi disusun rapi sesuai kategori dan dirawat dengan baik. Barang-barang koleksi hoarder diletakkan begitu saja, di mana saja.
Ciri-ciri Hoarder
- Tidak mampu memilah mana barang yang dibutuhkan dan mana yang tidak.
- Sangat lekat dengan semua barang-barangnya. Merasa tidak nyaman jika barangnya dibuang, diberikan atau dipinjamkan ke orang lain.
- Setiap permukaan meja, kompor, dapur; setiap ruangan di rumahnya penuh dengan barang.
- Koran, majalah, brosur, memo, atau surat (junk mail) menumpuk. Tidak pernah dibereskan dan terus bertambah.
- Kardus bekas, aneka botol, plastik belanjaan, TV bekas, sepeda yang sudah karatan, segala macam pelumas dan perlengkapan mobil, ditumpuk begitu saja.
- Baju digantung sembarangan, di semua tempat yang ada paku atau disampirkan di bangku atau di tempat tidur.
- Hobi mengumpulkan sendok plastik, tusuk gigi atau bahkan tisu dari restoran.
- Ketika pindah rumah atau barang dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain, tumpukan barangnya akan tetap ‘utuh’, tidak boleh dibuang atau disortir.
- Kurang suka orang datang ke rumahnya karena merasa malu dengan suasana rumah yang berantakan.
- Selalu curiga jika ada orang yang datang ke rumahnya dan menyentuh atau mengomentari barang-barangnya.
- Selalu khawatir kekurangan barang.
- Suka memeriksa tong sampah di rumah, khawatir jika ada barang yang dibuang oleh pasangan atau orang lain yang serumah dengannya.
- Dalam kegiatan sehari-harinya, hoarder adalah tipe yang tidak rapi (unorganized) dan sulit mengambil keputusan.
- Interaksi sosialnya juga terbatas.
Jika anda tanya apa alasan mereka menumpuk barang-barang tersebut, jawaban mereka pada umumnya sebagai berikut:
- Siapa tahu suatu hari nanti barang ini akan diperlukan, jadi tidak perlu beli lagi.
- Barang ini sayang dibuang. Dulu belinya mahal lho.
- Buku-buku TK dan SD ini akan menjadi penawar rindu ketika anak-anak sudah besar dan keluar dari rumah.
- Kalau dibereskan dan dirapikan, justru akan sulit untuk mencarinya barang yang dibutuhkan.
- Merasa aman semua barang masih disimpan karena jika diberikan pada orang lain, belum tentu orang lain bisa menggunakannya.
- Nanti biar saya saja yang membereskan karena saya yang tahu mana yang masih dibutuhkan dan mana yang tidak. (percayalah, 10 tahun lagi juga tidak akan dibereskan)
- Setiap barang itu punya nilai sentimental jadi tidak boleh dibuang.
Penanganan
Menghadapi hoarder memang tidak mudah karena mereka sering tidak menyadari bahwa perilaku mereka tidak sehat. Mereka menganggap itu adalah hal yang biasa dan mereka berhak menyimpan semua barang di rumahnya, tidak butuh penanganan atau bantuan orang lain. Orang yang tinggal bersamanya yang merasa tidak nyaman, harus menekan rasa sebal dan diam-diam berusaha merapikan.
Jangan katakan pada hoarder kalimat-kalimat yang bersifat ‘menyerang’ seperti:
- Kamu betul-betul ga peduli sama dirimu dan sama lingkunganmu.
- Tau ga sih, aku sangat terganggu dengan tumpukan barang-barangmu itu.
- Pikiranmu pasti sama berantakannya dengan barang-barangmu itu.
- Buang sajalah barang-barang itu. Untuk apa lagi disimpan.
- Nampaknya barang-barangmu itu lebih berharga dari apapun juga.
- Tau ga sih, ga sehat tinggal di rumah berantakan gini.
Sebaiknya kita gunakan kalimat-kalimat yang lebih simpatik seperti:
- Kamu kan ga harus membereskan semuanya dalam semalam. Dicicil saja sedikit demi sedikit.
- Kita cari cara yang efektif untuk merapikan semua barang-barangmu yuk.
- Kalau kamu merasa kewalahan, bisa minta bantuan orang lain untuk membereskan.
- Dikliping saja bagian yang dibutuhkan dari majalah atau koran itu.
- Sekarang bisa lho dibuat file digital di komputer jadi kita tidak perlu menyimpan semua data secara fisik.
Kita bisa membantu hoarder dengan beberapa tindakan sederhana:
- Perkenalkan fungsi teknologi seperti : menggunakan applikasi gadget atau komputer untuk pengganti buku catatan, membuat file digital untuk dokumen; scan foto, bon; transfer lagu-lagu dari kaset atau hardcopy ke dalam format digital, back up file di cloud atau external hard disc; berlangganan koran atau majalah digital. Tagihan kartu kredit dan rekening koran bank bisa dialihkan pengirimannya lewat surat elektronik.
- Membuat kliping artikel yang dibutuhkan dari majalah atau koran. Jika mereka merasa tidak punya waktu mengerjakan semua dokumentasi itu, bisa disarankan untuk mencari orang lain yang menyediakan servis seperti ini.
- Sarankan untuk memberikan barang yang tidak dipakai lagi ke orang lain yang mungkin masih bisa memanfaatkannya. Jika memungkinkan, tawarkan bantuan untuk menyalurkannya.
- Bantu mereka membuat atau mendapatkan rak-rak penyimpanan agar barangnya tersusun rapi sehingga lebih mudah ditemukan jika suatu hari dibutuhkan.
- Buatkan jadwal rutin untuk audit barang-barang yang ditimbun, misalnya setiap awal tahun dan pertengahan tahun. Mana barang yang bisa diberikan pada orang lain dan mana barang yang masih ingin disimpan.
Inti dari usaha menekan perilaku hoarding adalah tidak menyalahkan orangnya. Tindakan hoarding yang kompulsif memang sulit untuk dikontrol oleh dirinya sendiri dan orang tersebut tidak memilih untuk menjadi hoarder. Kita hanya bisa menjadi supporter saja. Hoarder sendiri yang harus punya keinginan menekan dan mengurangi tindakan kompulsif menimbun barang. Jika tidak, semua usaha yang dilakukan orang lain akan sia-sia karena hoarder akan tetap menimbun.
Komentar
Li, aku sdg butuh bikin…
Li, aku sdg butuh bikin artikel ttg hoarding ini. Aku ijin ambil beberapa poin dari tulisan ini ya? Makasih..
Makasih Mba' Fifin sudah…
Makasih Mba' Fifin sudah mampir di blog patahtumbuh. Silakan dikutip dengan menyebutkan sumbernya dari blog patahtumbuh. Salam.
Tambah komentar baru