Sejak ibu saya berlibur di rumah, saya lebih sering berbahasa Indonesia. Tadi pagi, tanpa sengaja kata “celaka dua belas” terucapkan yang berlanjut dengan diskusi tentang angka-angka “keramat”.
Mengapa dua belas? Kok bukan tiga belas?
Saya buka kamus KBBI online. Ternyata dalam bahasa Indonesia ada keduanya, baik “celaka dua belas” maupun “celaka tiga belas”.
Konon “celaka dua belas” diambil dari jumlah mata terbanyak di kartu domino yaitu dua buah enam, sama dengan dua belas. Pemain yang memiliki kartu ini akan kalah kalau beradu mata, karena itu dia akan berucap, “Celaka dua belas!”.
Ah! Bullshit! Saya cari lagi sumber lain. Ada yang mengatakan bahwa peribahasa ini berasal dari 12 bagian hukum Islam. Kalau tidak ditaati keseluruhannya, maka akan celaka.
Begitu? Hmmm… baca lagi, baca lagi… hingga saya menemukan satu tulisan lain yang mengatakan bahwa istilah “cilaka dua belas” (cilaka = celaka) sangat populer di lingkungan orang Sunda, dan kemungkinan telah dipergunakan jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia.
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia? Hmmm… berarti zaman Buddha? Sebaiknya baca terus…
Karma (bahasa Sanskerta, bahasa Palinya adalah “kamma”) adalah konsep “perbuatan” yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (samsara). Konsep Karma dianut oleh umat Buddha. Mereka percaya bahwa efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Kamma (perbuatan) ini akan membawa kamma-vipaka (akibat). Menurut ajaran Buddha, ada dua belas jenis kamma. Mungkinkah “cilaka dua belas” berawal dari kegagalan kedua belas jenis kamma tersebut?
Saya bukan penganut ajaran Buddha, tapi saya merasa penjelasan ini yang paling masuk akal tentang asal muasal peribahasa “cilaka dua belas”.
Bagaimana dengan celaka tiga belas?
Menurut primbon orang Jawa, angka 13 membawa kesialan. Mereka yang percaya, tidak akan mau membeli rumah bernomor 13 atau berhubungan dengan segala yang berangka 13.
Hal yang sama terdapat dalam kebudayaan Barat. Terutama bila angka 13 jatuh pada hari Jumat yang terkenal dengan istilah Friday, the thirteenth.
Di banyak negara dunia, lantai 13 tidak tertulis di lift. Ada yang dari lantai 12, langsung sampai lantai 14. Ada yang menggunakan angka 12 A atau 14 A, maupun huruf M (abjad ke 13) sebagai pengganti lantai 13. Ada juga hotel yang menggunakan lantai 13 sebagai restoran untuk menghindari tamu harus tidur di lantai 13.
Ketakutan akan angka 13 disebut triskaidekaphobia. Tentu tidak semua orang takut pada angka 13, tetapi pemilik bangunan merasa lebih baik tidak mencantumkan lantai 13 daripada sulit untuk menyewakannya. Demikian juga di Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya, hampir tidak ada rumah bernomor 13.
Mengapa angka 13 dianggap sial?
Menurut buku “The Encyclopedia of Superstitions”, oleh Edwin dan Mona A.Radford, dahulu kala Dewa Odin mengundang 12 dewa ke perjamuan di rumah favoritnya di Valhalla. Loki, dewa ke 13 yang jahat dan tidak disukai datang, memorak-porandakan pesta itu dan menikam mati Dewa Balder yang mencoba mengusirnya.
Menurut buku “Man, Myth and Magic” karangan Richard Cavendish, angka sial 13 berawal pada perjamuan terakhir Yesus Kristus sebelum disalib. Perjamuan itu dihadiri 13 orang, Yesus dan 12 muridnya. Judas Iskariot, pengkhianat Yesus adalah orang ke 13 yang tiba di perjamuan tetapi dia yang pertama meninggalkan tempat itu.
Tetapi saya paling suka penjelasan matematika, yaitu karena angka 13 tidak habis dibagi kecuali oleh angka 1 dan 13. Dalam pembagian kelompok, selalu ada orang yang “berlebih” atau “sial”.
Apakah angka 13 selalu dianggap sial?
Dalam kebudayaan suku Sikh di India, angka 13 justru dianggap suci. Ceritanya, ada seorang yang dipanggil Guru Nanak Dev Ji, suatu hari membagi-bagikan makanan kepada orang banyak. Waktu dia bagi sampai orang ke 13, dia berhenti dan mengucapkan, “Terah” berulang-ulang. Terah artinya “hambaMu”. Ketika perbuatannya dilaporkan kepada raja dan dilakukan pemeriksaan keuangan, ditemukan jumlah uang justru lebih banyak dari sebelumnya.
Colgate University menganggap angka 13 sebagai angka keberuntungan. Didirikan tahun 1819 oleh 13 orang dengan modal 13 dollar, 13 doa dan 13 artikel. Alamat kampusnya adalah Oak Drive 13, Hamilton, New York. Grup a cappella pria nya disebut Colgate 13.
Siapa tak kenal Taylor Swift, penyanyi, penggubah lagu terkenal dari Amerika? Dia lahir tgl 13 Desember. Album pertamanya meraih emas hanya dalam waktu 13 minggu sejak keluar, dan dia punya tattoo angka 13 di tangannya. Baginya, angka 13 adalah angka keberuntungan.
Resiko ketakutan akan angka 13
Bila satu bangunan tidak mencantumkan lantai 13 dan menggunakan angka berikutnya (14) sebagai gantinya, lantai 14 disebut lantai 15 dan seterusnya, maka bila terjadi kebakaran akan membingungkan petugas pemadam kebakaran yang berada di luar. karena mereka menghitung lantai dari luar.
Benarkah angka 13 sial?
Igor Radun dari Human Factors and Safety Behaviour Group di University of Helsinki’s Institute of Behavioural Sciences di Finlandia, mengatakan, “ Tidak ada alasan untuk mempercayai bahwa angka apapun adalah angka sial atau angka keberuntungan.
Peneliti pernah menganalisa arus lalu lintas dan kecelakaan yang terjadi di bagian selatan jalan M25 di London pada bulan di mana tanggal 13 jatuh pada hari Jumat dari tahun 1990 hingga 1992. Hasil penelitian diterbitkan di British Medical Journal. Data ini mereka bandingkan dengan data dari hari Jumat tanggal 6 bulan yang sama dan menemukan bahwa walaupun jumlah kenderaan lebih sedikit pada tanggal 13, tetapi kecelakaan lalu lintas yang terjadi 52% lebih tinggi.
Hahahaha, yang percaya takhayul, jangan gembira dulu, karena Robert Luben, peneliti dari University of Cambridge itu mengatakan, bahwa penelitian itu hanya iseng dan tidak perlu ditanggapi serius sebab banyak hasil penelitian lain yang hasilnya tidak sama.
Penelitian tentang kesialan kebanyakan dihubungkan dengan angka statistik, jarang yang menganalisa pengaruh takhayul ini terhadap tingkah laku seseorang. Menurut saya, kecelakaan yang terjadi dapat diterangkan secara ilmu perilaku. Karena orang yang percaya takhayul tidak berani keluar rumah pada tanggal 13 hari Jumat, maka jalanan lebih sepi. Jalanan yang sepi, membuat pengendara melaju lebih kencang dan kurang waspada. Ini lebih sering mengakibatkan kecelakaan daripada lalu lintas yang rada macet.
Team psikolog dari University of Cologne di Jerman melaporkan dalam jurnal Ilmu Psikologi edisi Mei 2010 hasil dari eksperimen mereka yaitu: mahasiswa yang dibekali “doa” dan “jimat”, hasil ujiannya lebih baik karena mereka memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi.
Apakah anda masih mau percaya angka sial atau angka keberuntungan? Saya mau percaya angka keberuntungan, tapi tidak mau percaya angka sial, karena saya memilih yang baik saja.
Komentar
Suka banget sama…
Suka banget sama penjelasannya, keren..
Tambah komentar baru