Hubungan jarak jauh mungkinkah dijalani? Berat, kata sahabat saya yang sejak 5 tahun terakhir hidup terpisah dari suami dan anak karena dia dipromosikan menjadi Regional Manager untuk Asia Tenggara dan harus berkantor di negara tetangga. Renumerasi yang ditawarkan jelas menggiurkan dengan berbagai fasilitas premium. Hal seperti ini menjadi dilema bagi pasangan yang sudah berkeluarga atau yang sedang menjalin hubungan serius dengan pasangannya. Ada harga yang harus dibayar untuk setiap keputusan yang diambil.
Menjaga hubungan yang dipisahkan oleh jarak, jelas bukan hal yang mudah. Realitanya, memiliki pasangan yang satu kota saja, sering memicu rasa curiga, apalagi berjauhan. Dibutuhkan lebih banyak energi, hati yang ekstra luas untuk menampik semua rasa curiga, rasa percaya yang penuh dan bulat terhadap pasangan dan tentu saja ekstra dana untuk biaya perjalanan pulang pergi jika tiba waktunya untuk melepas rindu. Awalnya teman saya itu nyaris setiap akhir minggu kembali ke Jakarta untuk bertemu dengan pasangan dan mengurus rumah, menyiapkan ransum makanan untuk jatah seminggu. Selalu ada rasa bersalah yang terselip karena tidak dapat menyiapkan makanan atau mengurus keluarga di hari-hari biasa, tidak bisa selalu hadir dalam setiap acara keluarga karena dipisahkan oleh jarak.
Saya pernah menjalankan hubungan jarak jauh antar pulau selama empat tahun dan harus saya akui, berat. Tetapi, bagi anda yang kini sedang menjalani hubungan jarak jauh, jangan langsung pesimis. Selalu ada cara untuk mengatasi masalah jarak ini. Semoga uraian berikut dapat melapangkan hati dan pikiran anda.
Tinggal sekota dengan pasangan, memungkinkan anda berdua lebih sering bertemu, bukan hanya di akhir minggu tapi juga di hari-hari kerja. Lebih banyak kesempatan untuk melakukan berbagai hal bersama-sama dan membuat keterikatan atau rasa ketergantungan yang lebih besar karena segalanya menjadi berlabel ‘kita’. Namun, dipihak lain, juga menimbulkan peluang untuk lebih banyak bertengkar. Jika tinggal berjauhan, ketika kesempatan bertemu sangat terbatas, rasanya ‘eman-eman’ untuk bertengkar atau meributkan hal-hal sepele. Itu testimoni sahabat pria saya ketika berbagi cerita tentang pacaran jarak jauh yang dia jalankan 20 tahun yang lalu. Jarak Jakarta – Jogjakarta terasa jauh karena butuh dua malam perjalanan pulang pergi dengan kereta api demi bertemu sang kekasih.
Hubungan jarak jauh, menuntut anda dan pasangan untuk mandiri dalam segala hal, terlebih jika sudah berkeluarga. Dari urusan anak, rumah, acara keluarga, asisten rumah tangga yang bertingkah, mengurus atap yang bocor, mencari tukang sampai urusan membawa mobil ke bengkel, dan sebagainya. Kondisi sehari-hari menuntut anda menjadi serba bisa dan sigap, mahir ‘jumpalitan’ dan merangkap peran. Ini salah satu sisi positif yang akan melekat pada diri anda, meskipun dalam prakteknya sungguh merepotkan dan membuat nafas sering tersengal karena urusan dari A-Z harus ditangani sendiri.
Ada banyak cerita tentang kegagalan hubungan karena faktor jarak. Menurut Dr. Greg Guldner, Direktur Center for the Study of Long-Distance Relationships, yang membedaan antara pasangan yang berhasil dan tidak berhasil menjalani LDR adalah: peraturan dasar. Dr. Guldner menjelaskan, sekitar 70% pasangan LDR yang tidak mengatur perjanjian sejak awal, rata-rata putus hubungan setelah enam bulan.
Jadi, ada baiknya sebelum anda berdua memutuskan untuk menjalani hubungan jarak jauh, duduklah dan bicarakan beberapa hal berikut ini:
1. Tentukan parameter
Kapan dan bagaimana pengaturan jadwal pertemuan. Bagaimana dengan urusan anak-anak, apa saja yang boleh diputuskan sendiri, termasuk juga bagaimana aturan main dalam bergaul. Apakah harus selalu memberi laporan jika pergi dengan teman, ke mana dan / atau dengan siapa.
2. Jangka waktu hubungan jarak jauh
Apakah kondisi hubungan jarak jauh ini akan berlangsung dua tahun, lima tahun atau untuk waktu yang tidak dapat dipastikan? Bersediakah menjalani hubungan seperti ini untuk jangka waktu tertentu? Ada pasangan yang harus tinggal terpisah karena urusan pekerjaan, ada juga yang karena tugas belajar, kewajiban menjaga orang tua di kota lain, dan alasan lain.
3. Diskusikan rencana masa depan
Dalam konteks hidup berjauhan, apa rencana anda berdua untuk setahun ke depan atau lima tahun ke depan? Siapa yang akan mengalah dan melepaskan kehidupan di kota A dan ikut pindah ke kota B tempat pasangan tinggal saat ini atau apakah akan tetap menjalani kondisi hidup terpisah?
4. Komunikasi Harian
Bicarakan juga bagaimana komunikasi sehari-hari akan dilakukan, apakah dengan telepon, chatting via bbm , email atau media lainnya, karena meskipun berjauhan, anda dan pasangan sebaiknya tetap tahu jadwal harian masing-masing, berbagi cerita tentang apa yang terjadi di rumah, sekolah anak ataupun di kantor. Selalu ada kejadian konyol atau kocak yang kita temui setiap hari. Berbagi cerita akan membuat anda berdua merasa tetap dekat, sehingga ketika ada kesempatan bertemu, anda tidak merasa seperti sedang bertemu dengan orang asing.
5. Pentingnya pertemuan face-to-face
Meskipun berbicara di telepon atau chatting rutin setiap hari dapat mengikis rasa rindu satu sama lain, pertemuan face-to-face tetap harus dilakukan dalam interval waktu tertentu, sesuai kesepakatan. Saling berkunjung akan memberikan atmosfir yang berbeda bagi kedua belah pihak.
6. Saling terbuka
Faktor curiga dan cemburu menjadi dua pengganjal utama dalam hubungan jarak jauh. Butuh transparansi untuk semua hal yang menyangkut urusan bersama. Menekan rasa curiga bagi pasangan yang tinggal berjauhan akan terasa lebih berat. Begitu tahu ada hal yang dirahasiakan oleh satu pihak, percikan rasa curiga akan muncul dan terakumulasi.
7. Usahakan hadir pada setiap acara khusus
Meskipun mungkin pasangan anda akan mengatakan: “Ga datang juga ga apa, aku bisa koq mengatasinya sendiri”, percayalah, kehadiran anda akan punya arti dan memberikan dukungan mental baginya. Usahakan selalu hadir pada acara khusus seperti: ulang tahun, pesta pernikahan keluarga dekat, pengambilan rapor, wisuda, atau suasana duka, jadwal operasi, dan acara khusus lainnya. Tunjukkan bahwa anda punya perhatian dan siap mendukung dengan tulus.
Dr. Guldner berpendapat, umumnya kegagalan LDR disebabkan kesalahpahaman. Pasangan bisa putus hubungan karena banyak hal. Menurut hasil dari 10 tahun riset yang dilakukannya, jarak bukan salah satu penyebab utama retaknya hubungan. Malah jarak bisa membuat hati semakin dekat karena saling merindu. Seorang pakar hubungan yang kerap tampil dalam Oprah Winfrey Show, Dr. Phil, mengatakan bahwa jika memang benar-benar mencintai seseorang, anda akan rela mengarungi segalanya untuk bisa bersama dan akan tetap setia meskipun jarak menjadi kendala. Yang menjadi masalah bukanlah jarak yang memisahkan, tapi hubungan anda berdua.
Tulisan ini pertama muncul di blog patahtumbuh yang lama pada tanggal 3 Maret 2014.
Komentar
Hai Semuanya..Semoga hari…
Hai Semuanya..Semoga hari kamu bahagia ya
hmm apa masih ada yang lagi sedih nih karena baru putus/lagi bete/memang lagi jomblo karena sulit dapetin pasangan/seseorang yang sesuai dengan kriteria kamu?
Yuk,Akses GODATE,dijamin sesuai dengan kriteria kamu !!
https://godate.club/
#godate #ngedate #carijodoh #gojek #cinta
Hai Semuanya..Semoga hari…
Hai Semuanya..Semoga hari kamu bahagia ya
hmm apa masih ada yang lagi sedih nih karena baru putus/lagi bete/memang lagi jomblo karena sulit dapetin pasangan/seseorang yang sesuai dengan kriteria kamu?
Yuk,Akses GODATE,dijamin sesuai dengan kriteria kamu !!
https://godate.club/
#godate #gojek #ngedate
Tambah komentar baru