Bhinneka Tunggal Ika: Orang Minang

Katanya orang Minang pelit ya, Rose? Stereotip, sayang, stereotip...

Stereotip itu intinya adalah penyederhanaan. Daripada susah payah menerangkan demikian luasnya keanekaragaman, bahwa ini adalah begini atau mungkin begitu, maka disimpulkan saja ke satu pernyataan utama, ini adalah begini. Jadi jangan percaya kalau ada yang bilang, orang Minang itu pelit, buktikan saja sendiri ya.

Siapa Orang Minang?

Orang Minang adalah salah satu kelompok etnis di Indonesia yang memakai bahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Bila mereka ketemu sesama orang Minang akan terdengar mereka mengatakan, “Oh, urang awak juo!” Wilayah Minangkabau adalah Sumatera Barat, tapi hampir separuh orang Minang ini berada di perantauan! Ada banyak orang Minang di Negeri Sembilan, Malaysia dan berbagai belahan dunia. Orang Minang terkenal sebagai petualang, cendekiawan dan pengusaha.

10 Hal Yang Menarik Dari Minang

1. Adat yang khas Minang : sistem kekeluargaan matrilineal. Saat ini masyarakat Minang adalah penganut matrilineal terbesar di dunia! Loh, kata teman saya matriarch, mana yang betul? Beda loh! Matrilineal artinya garis keturunan ditarik dari pihak ibu, sedang matriarkhi artinya kekuasaan berada di pihak perempuan.

Masyarakat yang masih menganut matrilineal hingga sekarang termasuk suku Gitksan di Amerika Utara; suku Khasi, Jaintia dan Garo di India; suku Mosuo di Cina; suku Akan dan Tuareg di Afrika dan sebagian besar komunitas Jahudi.

2. Orang Indonesia belum siap berdemokrasi? Yang beneeerrrr... Orang Minang telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa kerajaan Hindu. Ada rapat adat untuk memutuskan hal penting ataupun menyelesaikan masalah hukum. Prinsip mereka adalah  Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur’an).

3. Legenda asal mula nama Minangkabau juga tak kalah menariknya. Bagi yang belum pernah dengar, singkatnya begini : Alkisah pada zaman dahulu kala, ada satu kerajaan (mungkin Majapahit) yang hendak menaklukkan Periaman (begitu nama daerah mereka sebelumnya). Rakyat Periaman mengusulkan adu kerbau untuk menghindarkan pertempuran. Anak kerbau yang lapar yang disiapkan masyarakat Periaman untuk menghadapi kerbau pasukan musuh yang besar dan ganas mengira kerbau musuh adalah induknya dan karena lapar dia menanduk terus untuk mencari susu sehingga merobek perut kerbau besar. Itulah asal mula mereka menggunakan nama Minangkabau (Manangkabau artinya menang kerbau)

4. Kesenian masyarakat Minang lengkap dari tari (misal : Tari Piring), seni bela diri (silek), gabungan tari dan bela diri (randai), alat musik pukul talempong hingga seni bersilat lidah ( pasambahan, indang, dan salawat dulang) yang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri, tanpa menggunakan kekerasan.

Randai sebetulnya teater rakyat, dan di dalam randai ada beberapa unsur:
a. cerita rakyat (yang dikisahkan pemain randai dengan cara bernyanyi)
b. lagu (seni suara, menarasikan jalan cerita)
c. tari
d. seni bela diri
e. seni petatah-petitih (dalam dialog antar pemain randai yang menjadi tokoh cerita)

5. Olahraga khas Minang adalah berkuda, pacu jawi (balapan sapi) dan sepak takraw (sipak rago).

6. Rumah adat Minang yang disebut Rumah Gadang hanya boleh dibangun di nagari, jadi tidak dijumpai di luar Sumatera Barat. Rumah Gadang ini dihuni oleh wanita Minang dengan suami dan anak-anaknya. Laki-laki yang sudah dewasa dan belum menikah tidur di surau yang dibangun tak jauh dari kompleks rumah gadang dan berfungsi sebagai tempat ibadah. Laki-laki yang telah menikah akan tinggal di rumah istrinya.

Minang
Rumah Gadang Keluarga Chaniago Pamuntjak di Bandar Baru, Lubuk Basung, Sumbar. (Foto oleh Adzwan Di)

7. Pernikahan Minang juga sangat menarik, pakaian pengantin dan pelaminan yang indah, proses pernikahan (baralek) yang umumnya dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), kemudian basandiang (bersanding di pelaminan). Yang menarik bagi saya adalah di nagari tertentu, setelah ijab kabul, pengantin pria akan mendapat gelar baru (Sutan).

Minang
Foto oleh Masmimar Mangiang

Arti yang sebenarnya dari kata 'baralek' adalah 'berhelat', atau 'menyelenggarakan perhelatan/kenduri'. 'Baralek' tidak hanya untuk pernikahan, karena ada 'baralek' yang lain, misalnya 'baralek pangulu' atau 'beralek batagak pangulu' (menyelenggarakan perhelatan untuk mengukuhkan/melantik seorang penghulu adat), 'baralek batagak rumah gadang' (menyelenggarakan helat ketika memulai pembangunan rumah adat atau rumah bergojong). Biasanya pada 'baralek batagak rumah gadang' itu mulai didirikan (batagak = bertegak) tiang-tiang rumah tersebut.

8. Bendera Minangkabau warnanya sama dengan bendera negara Jerman.

Minang
Bendera Minang
Minang
Bendera Jerman

9. Bahasa Minangkabau sering disebut bahasa Proto-Melayu dan dalam perkembangannya telah mendapat pengaruh dari berbagai bahasa lain seperti Sanskerta, Arab, Tamil dan Persia. Yang menarik bagi saya adalah dugaan bahwa dulu bahasa Minangkabau memiliki aksara sendiri!

Minang

10. Siapa yang tidak pernah makan masakan Minang (Masakan Padang)? Restoran Padang ada di mana-mana di Indonesia bahkan di luar negeri. Tahun 2011, Rendang Padang terpilih sebagai peringkat pertama dalam Daftar 50 masakan terbaik dunia di CNNGos (World’s 50 best dishes). Selain itu ada Soto Padang, Dendeng Balado dan yang paling saya suka : Sate Padang!!! Sambal Hijau Padang juga sangat enak.

Minang

Untuk teman saya yang bukan orang Minang dan mengaku hidupnya jauh dari budaya Minang. Untuknya saya carikan resep makanan Minang kesukaannya, Dendeng Balado!

Rasanya tidak seperti sedang membaca tentang satu etnis saja, tapi lebih seperti sedang membaca kisah sebuah negara ya?

Banyak kosakata bahasa Minang yang mirip dengan bahasa Melayu, begitupun saya sering  tidak mengerti kalau teman-teman saya yang orang Minang mulai berbicara dalam bahasa ibu mereka. Karena itu saya sering bertanya dan yang membuat saya tertarik adalah kata-kata yang mereka tidak mampu terjemahkan karena tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Misalnya 'tintiang' yang saya pikir artinya “tenteng”, 'santiang' yang saya pikir artinya “sinting”, ternyata arti sebenarnya malah bertolak belakang.

Tintiang adalah kata yang dipakai untuk menggambarkan intensitas kegiatan yang sifatnya amat sangat. Kalau si A memakan kue (misalnya) sampai habis atau amat banyak, orang Minang akan mengatakan, “Kue itu ditintiang si A”; atau “Si A nan manintiang kue itu (si A yang me-nintiang kue itu)." Kalau ada orang yang lari sangat cepat karena takut, bisa dikatakan, “Ditintiangnyo lari (Di-tintiang-nya lari)." Pemakaiannya beraneka rupa…

Padanannya “gasak” … Tapi pemakaian gasak dalam bahasa Indonesia terbatas. Dia gasak lari (tidak lazim). Alat-alat elektronik itu digasak maling (lazim). Tidak selamanya tintiang bisa diganti dengan gasak, begitu juga sebaliknya. Tapi dalam beberapa bentuk pemakaian, kedua kata itu bersinonim. Dalam bahasa Minang, juga ada kata gasak.

“Ditintiangnyo lalok dek Rose” (“Di-tintiang-nya tidur oleh Rose)

Santiang bisa berarti pintar, kreatif, atau hebat. Dalam permainan kartu, 'santiang' berarti berada pada posisi pegang kunci sehingga lawan kesulitan.

Manungkek artinya “menongkat” atau “menupang/menopang”. Nasihat (pituah) yang “siang dipatungkek, malam dijadikan banta” adalah nasihat atau pituah yang dipegang teguh.

“Alue patuik, anggo tanggo, raso pareso” adalah petatah-petitih yang menguraikan berbagai aspek yang harus dipertimbangkan ketika kita akan melakukan sesuatu.
Alue = alur (dalam konteks ini ia berarti “jalan yang benar yang harus ditempuh”, hukum, aturan, etika).
Patuik = patut (yang pantas).
Anggo, tidak punya padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Anggo adalah gerak tubuh ketika mengawali suatu tindakan. Dalam konteks petatah-petitih ini, ia bermakna “langkah awal yang hendak diayun”. Tetapi dalam konteks yang lain ia dapat bermakna sebagai gerak tubuh yang hendak menyerang lawan.
Tanggo = jenjang, tangga (di sini ia bermakna sebagai hirarki, mempertimbangkan level).
Raso = rasa.
Pareso = periksa (harap berbuat cermat).

Jadi, petatah-petitih berupa nasihat ini berpesan, “Jika hendak melakukan sesuatu, harap jangan keluar dari kepatutan yang ukurannya adalah hukum, aturan, dan etika; setiap gerak-gerik (tindakan) hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan pada latar mana kita berada dan sesuaikan dengan latar itu; hendaklah pertimbangkan pula perasaan, dan jangan lupa memperhitungkan dengan cermat baik-buruknya apa pun yang dilakukan."

Kata yang digunakan untuk mengumpat di masing-masing daerah berbeda. Tas (kambuik) bisa jadi kata umpatan dalam bahasa Minang.

Di Sumatera Barat godok itu adalah penganan (digoreng, lebih besar sedikit dari bola pingpong) dibuat dari singkong yang ditumbuk dan bagian luarnya dilumeri dengan tengguli (gula aren yang dijadikan cairan sangat kental).
Dulu ada sebutan “godok batinta” yang dipakai sebagai pengganti kata “kepalan tangan untuk meninju orang”. Jadi, kalau menggertak, orang bisa mengatakan, “Mau saya kasih godok batinta?!” Mirip dengan “ketupat bengkulu” yang dipakai sebagai pengganti kata kepalan tangan.

Godok, kentang, siput diucapkan sebagai reaksi atau komentar yang bersifat celetukan, terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, atau mengecewakan, atau buruk. Sifatnya negatif. Jika orang yang melakukan sesuatu dengan salah, atau lupa akan sesuatu, atau tidak mengerti tentang sesuatu bisa dikomentari dengan kata-kata itu. Misalnya, seorang pemain bola menyepak bola ke gawang tapi bolanya melambung tinggi di atas mistar gawang, penonton bisa saja berkomentar, “Eeee … godooook” atau “Eeee … cipuuuuiik.” Cipuik = siput.

Tetapi, di kota Padang, “cipuik” itu adalah kata untuk memaki (kalau tidak salah, ia bermakna kemaluan perempuan). Kentang (dalam bahasa Minang disebut “kantang”) biasanya menjadi pengganti kata “testis”.

Menarik sekali bukan?

Sumber: Wikipedia

Resep Rendang Padang
Resep Sambal Hijau Padang
Resep Sate Padang
Resep Soto Padang

Catatan tambahan dari teman saya, Errizal Kidd.

Ini sekedar info tambahan mengenai Minang Rose Chen. Di Minang umbul-umbul ini dinamakan ‘Marawa’, masing2 warna melambangkan (3) negeri asal (luhak) kerajaan Minangkabau.
Kuning – Luhak Tanah Datar
Merah – Luhak Agam, kampungku dan W Bari An, dll.
Hitam – Luhak Limapuluh Koto, kampungnya James Palinggam.

Uniknya, bila marawa ini dipasang di Agam, warna merahnya disebelah luar, Tanah Datar, kuningnya disebelah luar, dst.

Tiga luhak itu negeri ‘asal’ Minangkabau. Sesuai perkembangan, kemudian lahir luhak2 lain, Solok dan Padang Pariaman. Di dalam ‘luhak’ ada nagari, kampung, korong, koto dll. Ada juga ‘rantau’, kawasan yang dibuat di luar Minangkabau, bahkan diluar Sumatera. Misalnya Negeri Sembilan di Malaysia, sebagai rantau Dt. Perpatih nan Sabatang. yang kemudian menjadi kerajaan sendiri, raja-rajanya sampai sekarang masih berkerabat dengan Pagaruyung. Juga Palu sekarang di Sulawesi, sebagai rantau Dt. Bandaro nan Kuniang. Walau terpisah jauh dan independent, masih banyak budaya dan adat yang sama dan mirip.

SaveSave

Komentar

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen