Makan Malam di Jakarta: Restoran Lara Djonggrang

English Version

Lokasi: Jl. Teuku Cik Ditiro No 4. Menteng, Jakarta Pusat. 
Kendaraan: Mobil pribadi, taksi. 
Jenis masakan: Jawa 
Buka: Senin - Minggu 11.00 - 00.00 
Biaya: Rp 100-200 ribu per orang. 
Buat reservasi, telepon 021-3153252, sekalipun hanya agar nama anda terukir di daun tebal yang diletakkan di atas meja menanti ketibaan anda.

Wayang Kulit

Pikiran pertama yang berkelebat dalam otak saya waktu pertama kali memasuki restoran ini adalah: Tempat ini unik dan aneh sekali ini. Restoran ini keren, elegan, romantis, punya nuansa sejarah dan budaya yang kental … sangat kental, dan sedikit menakutkan bila di sana tak ada tamu dan tak terdengar percakapan serta candaria. Lara Djonggrang menggelar barang antik di hampir setiap sudut.

Kamar Belakang
Saya tidak tahu apa ada tamu yang berani atau mau makan di kamar ini.

Tempat ini sebelumnya adalah tempat tinggal salah seorang ajudan presiden pertama Indonesia, Soekarno. Sekarang ia menjadi milik Tugu Group, satu grup pengelola restoran dan hotel yang tersebar di Jawa, Bali, dan Lombok.

Anda akan disambut di halaman depan dekat pintu oleh seorang perempuan berkebaya. Pelayan lain sudah menunggu di pintu untuk mengantarkan anda ke tempat duduk yang telah dipesan atau membawa anda berkeliling ke berbagai ruangan jika anda belum membuat reservasi atau belum tahu mau duduk di mana.

Koridor Samping
Koridor samping

Lantai koridor samping menggunakan tegel Kunci, tegel dengan desain tangan buatan Pabrik Tegel Kunci yang berdiri sejak tahun 1927. Tegel Kunci telah digunakan pada banyak bangunan berkelas seperti Keraton Yogyakarta dan Museum Bank Indonesia.

Tegel Kunci
Tegel Kunci
Pintu Samping
Pintu Samping

Semua pelayan dilatih agar mereka dapat menerangkan kisah yang ada di balik setiap ruangan, termasuk tentang perabotnya, benda-benda kuno, patung, ornamen, maupun lukisan yang ada di sana. Gaya restoran ini, menurut pramusaji yang melayani saya adalah Indonesia-Cina. Saya harus setuju, mengingat hubungan penduduk Jawa dan Cina yang erat dan harmonis pada masa Kerajaan Majapahit lebih dari 500 tahun yang lalu. 

Nama Lara Djonggrang berasal dari legenda Jawa kuno. Lara Djonggrang adalah nama putri raja yang dilamar oleh pembunuh ayahnya. Dia tidak dapat menolak, karena itu dia meminta pembunuh tersebut (Bandung Bondowoso, yang sebenarnya adalah orang yang baik) untuk membangun seribu kuil dalam satu malam. Bandung Bondowoso hampir berhasil, tetapi Lara Djonggrang kemudian memalsukan matahari terbit, akibatnya Bandung kalah. Bandung Bondowoso sangat marah dan mengutuk Lara Djonggrang menjadi patung batu yang dia gunakan untuk salah satu kuil yang dia bangun. 

Beberapa tiang restoran malah benar-benar menggunakan tiang kuil asli (Tentu bukan kuil yang dibangun Bandung Bondowoso… atau mungkin? Ha ha ha)

Ada banyak pilihan ruangan. Jika anda ingin makan sambil berbincang-bincang akrab, anda bisa memilih duduk di salah satu sofa di La Bihzad Bar - dinamakan sesuai dengan lukisan La Bihzad sebesar 5 X 3 meter yang menutupi salah satu dindingnya. 

La Bihzad Bar
La Bihzad Bar

Perhatikan langit-langit La Bihzad Bar. Pelayan mengatakan ruangan ini dulunya adalah paviliun tempat tinggal anak perempuan seorang raja gula dari Semarang sekitar abad XIX.

Lukisan La Bihzad
Lukisan La Bihzad sebesar 5 X 3 meter

Jika anda ingin suasana yang lebih romantis, anda bisa memilih tempat duduk di sebelah kanan Bar atau ruangan Lara Djonggrang. Jika anda ingin makan malam bersama keluarga, pesanlah meja di Ruang China Blue. Perlu bicara bisnis? Mintalah Ruang VIP Soekarno.

Ruang China Blue
Ruang China Blue
Ruang VIP Soekarno
Ruang VIP Soekarno yang penuh foto dan memorabilia.
Ruang Siam
Ruang Siam dengan beberapa ornamen asli dari Siam dan dua patung oryx.
Romantis
Temaram dan sepi, sangat romantis

Makanan yang tersedia rasanya sangat enak. Selain itu, mereka menyajikannya dengan sangat artistik. Saya merasa bagaikan anggota keluarga kerajaan ketika menikmatinya. Pilihan menu sangat banyak, bahkan menu vegetarian juga ada, dan ini memberi nilai tambah menurut saya. Saya sedang membahas masakan Indonesia asli di sini, rasa asli kaya rempah.

Nasi Tuna Bakar
Nasi Bakar Ikan Tuna. Saya pribadi lebih suka Nasi Bakar Ayam Taliwang.
Nasi Wayang
Nasi putih disajikan berbentuk kepala wayang, diberi bawang goreng di atasnya dan di pinggirannya ditaburi serundeng. 
Beringin Tua
Pohon beringin raksasa berusia 200 tahun dihiasi lampion yang cantik di halaman depan restoran.

Jika anda merencanakan makan malam yang istimewa atau hendak menjamu tamu dari luar negeri, saya menganjurkan untuk mencoba restoran ini. Harganya terjangkau dan cukup murah dibandingkan dengan restoran mewah, mempertimbangkan tempat dan kualitas makanannya. Saya harap saya dapat lebih sering makan di sini. Mungkin saya bisa bertemu dengan Presiden Jokowi yang katanya sering makan di sini. Mungkin saja kan?

SaveSave

SaveSave

SaveSave

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Tidak ada yang bisa memastikan kapan dan siapa penemu teknologi kacamata. Peneliti menemukan...

Rose Chen

Catatan: Tulisan ini pertama muncul di akun Facebook Penulis pada tanggal 10 Mei 2019....

Masmimar Mangiang

Pernah dengar peribahasa “You can't teach an old dog new tricks.” (Anda tidak bisa...

Rose Chen

Catatan: Tulisan ini pertama muncul sebagai Note di akun Facebook Penulis. 

Masmimar Mangiang
Kualitas hidup adalah kualitas yang dirasakan dalam kehidupan seorang individu atau kelompok...
Rose Chen
Taiwan Timur Laut terkenal dengan bebatuan alam yang indah sepanjang pesisir pantai.
Rose Chen

Pernahkah anda mendengar kata "kiasu" dan "kiasi" dalam percakapan atau...

Lilian Gunawan

Sampah organik adalah sampah yang bisa terurai (mengalami pembusukan) yang berasal dari hewan...

Rose Chen