Tulisan ini pertama muncul di blog patahtumbuh yang lama pada tanggal 17 Agustus 2013.
Tujuan saya menulis ini adalah sharing pengalaman perjalanan saya baru-baru ini di Hokkaido, Jepang. Tetapi yang lebih penting lagi sebenarnya adalah saya sungguh ingin bangsa kita bisa belajar dari hal-hal positif yang kita baca atau lihat sendiri di negara orang. (Untuk apalagi, coba! Sudah keluar negeri, lihat-lihat kemajuan orang laen, pengetahuan bertambah, lalu simpen sendiri dalam hati, eh, otak?)
Hokkaido adalah pulau paling utara dan kedua terbesar di Jepang dan yang paling terlambat perkembangannya (Heh, katanya paling terlambat, tapi kulihat desanya kok bersih, rapi, maju, cocok tanam semua pakai mesin, kebon sayur biar yang di halaman rumah aja juga pakai sistem tenda, saluuuttt deh). Sebelah utaranya adalah Rusia. Sekitarnya ada laut Jepang, laut Othotsk dan lautan Pasifik. Seperti daerah Jepang yang lain, Hokkaido juga sering mengalami gempa dan ada beberapa gunung berapi yang masih aktif.
Walau luas Hokkaido ‘hanya’ sekitar 80.000 kilometer persegi, kira-kira setengah luas pulau Jawa, tapi ia memiliki tujuh lapangan terbang!
Pelajaran : Kalau saja kita juga memiliki lapangan terbang yang banyak, transportasi akan jauh lebih ‘gampang’ dan turis akan lebih banyak berdatangan. Dampak positif, penambahan devisa! Tidak usah harus megah dan besar, yang penting kualitas keamanan dan kebersihan.
Perjalanan saya dimulai dari saat saya mendarat di Obihiro Airport pada hari pertama, dilanjutkan dengan mengelilingi Hokkaido hingga hari terakhir saya meninggalkan Hokkaido dari Hakodate Airport.
Apa yang menarik dari Hokkaido?
Udaranya yang bersih, bunga-bunga yang indah dan pegunungan yang megah (Gak boong, seharian gak ada upil deh saking bersihnya udaranya. Soal bunga, ntar deh, kalian lihat foto-foto yang akan menyusul). Ada banyak hutan yang masih tidak terganggu di Hokkaido dan dijadikan Taman Nasional. Keseluruhan ada enam taman nasional di Hokkaido (daerah paling bagus, ditentukan dan dikuasai oleh Departemen Lingkungan hidup), lima taman nasional Quasi (tidak sebagus dan sebesar taman nasional, ditentukan oleh Departemen Lingkungan Hidup tapi pemeliharaan oleh pemerintah lokal dibawah supervisi menteri dan 12 taman nasional prefectural (ditentukan dan diatur oleh pemerintah lokal). Di antaranya yang saya kunjungi adalah Shikotsu -Toya National Park dan Onuma Quasi National Park.
Pelajaran : Untuk pulau segitu kecilnya, taman Nasionalnya banyak banget. Kalau aku lihat ya, Indonesia juga gak kalah indahnya, ada berapa Taman Nasional kita, hayo! Kalau saja pemerintah baik pusat maupun lokal menambah Taman Nasional di tempat-tempat yang pantas, wah! Turisme dalam negeri maupun internasional meningkat. Bayangkan kenaikan pendapatan lokal, thus, pendapatan perkapita lokal, thus lagi, pendapatan perkapita nasional….hehehe…
Seafoodnya yang bermutu tinggi dan segar karena temperatur perairannya yang sangat cocok untuk ikan dan tumbuhan laut lainnya. Yang paling terkenal adalah sea urchin (bulu babi), selain itu juga kepiting, cumi, salmon dan scallop. Banyak dijual dalam bentuk produk yang sudah diproses seperti scallop yang dikeringkan atau salmon yang dibuat jadi sejenis kerupuk dan lain lain.
Pelajaran : Siapa berani bilang maritim Indonesia kalah sama Jepang? Ingat dulu papaku pernah jadi nelayan timun laut di laut Nias tapi kandas karena modal kecil, peralatan gak gres. Ini tugas Menteri Maritim kita nih buat rancangan untuk memanfaatkan lautan kita semaksimal mungkin tanpa merusak perairan kita. Pantai kita di mana-mana kotor, aku lihat nih, pantai di Hokkaido bersiiihhhh, tapi tidak kinclong karena bukan lantai)
Hampir setengah susu sapi di Jepang adalah dari Hokkaido. Sekitar 60% untuk diminum (begitu sampai di airport, waktu lagi antri di imigrasi, ada minuman susu segar hangat, ampunnn, enak dan harum dan yang terutama kita jadi merasa welcomed betul , gitu loh… kagak pernah deh jumpa yang seperti ini di airport lain) , sisanya dibuat jadi mentega, keju, yoghurt dan es krim. Karena itu oleh-oleh dari Hokkaido banyak yang terbuat dari produk susu ini. Salah satu yang terkenal adalah kue kering yang lapisan isinya terbuat dari mentega. (Enakkkk!)
Pelajaran : Lah, tanah kita segitu luasnya, aku kalau pulang Medan, susaaaahnya cari susu sapi segar. Keju apalagi, mahaaallll. Kenapa gak ada sih yang mau jadi peternak sapi? Karena tidak ada pendidikan. Rakyat tidak informed. Tugas siapa ini? Kalau semua mau jadi businessman aja atau jadi ahli komputer, siapa yang nanam padi dan beternak? Kalau aku kaya, aku tidak akan jadi pedagang atau kontraktor, aku mau terjun ke pertanian atau peternakan tapi bukan tanam sawit, ikut-ikut semua orang hingga sawit berlebih-lebih tapi yang jarang ditekuni orang namun perlu.
Hasil pertanian Hokkaido mutunya sangat baik karena tanah luas dan subur, udara bagus dan penduduk sedikit. Yang terkenal dari Hokkaido adalah kentang, jagung dan melon. (Tentu saja aku sudah coba ini semua dan aduh, bener-bener huenakkkk)
Pelajaran : Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman…. kata Koes Plus. Bener? Suer, bener. Saking benernya, tanaman tumbuh seenak udelnya dan yang punya tanah jadi malas ngurus, toh, gak diurus juga tumbuh sendiri, pokoknya aku tinggal metik buahnya aja. Makanya di Indonesia masih banyak mangga jenis yang banyak seratnya yang cara makannya bukan dikunyah tapi diisep-isep aja karena kalau dikunyah, dijamin habis makan satu mangga, habis juga tusuk gigi satu pak buat nyungkil nyungkil seratnya yang nyangkut di sela-sela gigi. Masih banyak salak yang asem, jeruk yang asem de el el, de el el… Coba kalau kita HANYA menanam bibit pilihan, di kebun yang rapi sehingga hasil juga optimal, kan panen lebih memuaskan dan harga jual juga lebih tinggi.
Tempat jual ramen (mie Jepang) tersebar di mana-mana di Hokkaido. Jepang terkenal dengan ramennya tapi ramen Hokkaido paling enak. Tergantung daerahnya, bahan kuah ramen juga berbeda-beda. Ada ramen dengan kuah miso dan ada yang memakai kuah kecap.
Pelajaran : Hehehe, kalau ini mah gak ada pelajarannya, makanan Indonesia udah paling TOP … ini kali kata orang Amrik, biased… karena aku orang Indonesia, tentu aja aku bilang makanan kita paling huenak, tapi betulkan? Setiap daerah punya makanan khas sendiri. Yang perlu kita perhatikan hanyalah mendidik semua orang akan pentingnya higiene dan sanitasi serta memperhatikan makan sehat sangat penting. Tidak sembarang menambah zat-zat berbahaya ke dalam makanan hanya untuk membuatnya lebih awet atau demi menurunkan modal atau berpikir bahwa dengan penambahan bahan tertentu yang berbahaya bisa membuat makanan lebih enak lagi. Para penyaji makanan harus mengerti ini, baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk konsumsi umum. Heh, tiba-tiba aku jadi serius, hehehe, tapi bener deh, aku sangat sensitif nih kalau soal makan sehat)
Kebiasaan minum minuman beralkohol adalah budaya orang Jepang, Bagi mereka bersosialisasi dan berbisnis harus dengan minum walau tidak sampai mabuk-mabukan meski tentu saja ada juga yang mabuk. Minuman beralkohol kalengan dapat dibeli di mesin-mesin minuman jadi batas umur hanya teori saja karena yang dibawah umur juga dapat dengan mudah membeli di mesin minuman ini. (Kami ada melewati satu jalan yang khusus tempat orang minum bir yang pada malam hari penuuuuh terutama anak-anak muda. Pemandu kami (orang Taiwan yang pernah kuliah di Jepang) sampai bilang, lihat! lihat itu! gila ini orang Jepang, sampai jalanan itu fulll orangnya meluber-luber seolah-olah ada perayaan apa, padahal hari biasa saja).70 % minuman beralkohol yang dikonsumsi orang Jepang adalah bir. Bir terbuat dari air, malt dan hops (berfungsi sebagai pengawet dan pemberi rasa pahit pada bir). Hops juga mengandung sedikit lupulin, satu zat penenang mirip marijuana. Hops terutama ditanam di Hokkaido, karena itu Hokkaido terkenal dengan minuman birnya terutama Asahi dan Sapporo. (Aku tentu aja ada coba Asahi dan memang enak, apalagi kalau diminum sambil makan cemilan olahan makanan laut mereka. Disclaimer: Aku SAMA SEKALI bukan peminum, mungkin seumur hidup yang hampir setengah abad ini, aku minum minuman beralkohol berapa kali bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki, ehm… bukan jari tangan dan kakiku aja, tapi minta pinjam jari adikku juga mungkin… ehm… tapi aku pernah minum bir lain dan juga bir hitam, memang bir Asahi Hokkaido ini enak, mana dingin-dingin dari kulkas dan akunya di sana itu pas musim panas walau musim panasnya cukup adem dibanding Taiwan atau Indonesia)
Pelajaran : Mungkin kalian mikir ya, duh, si Rose ini, mo ngajar kite-kite jadi peminum emang? Gak lah… aku gak sejahat itu lah… makanya ini bir yang terkenal dari Hokkaido ini aku taruh di bagian paling akhir diskusi kite kali ini… duh… maaf, maaf ya bagi yang keberatan. Nah, mengapa juga aku putusin untuk tetap masukin bir ke dalam tulisan ini, tentu saja ada sebabnya. Pertama, minuman beralkohol bukan barang terlarang di Indonesia. Kedua, ada yang agak lain dari orang Jepang ini berkaitan dengan mabuk. Katanya, ini katanya ya, mabuk di tempat umum di Jepang, terutama malam hari, tidak illegal, jadi boleh boleh aja. Hebatnya, yang ginian sering terjadi tapi anehnya, jarang melibatkan kekerasan, ini katanya loh… Bagi mereka mabuk bukan hal yang memalukan. Aku pernah baca, kata orang, mabuk itu ada dua kategori, yang satu kalau mabuk jadi marah marah dan yang satu kalau sudah mabuk, ketawa-ketawa. Mungkin seseorang mabuk itu masuk kategori mana itu termasuk faktor turunan ya? Jadi hampir semua orang Jepang itu kalau mabuk, ketawa-ketawa kali ya? Hahaha…
Budaya khas Jepang lainnya adalah pemandian publik, di mana orang mandi bersama tanpa busana. Di Jepang ada lebih dari tiga ribu mata air panas. Mereka sebut sumber air panas ini Onsen. Semua onsen dipakai sebagai tempat pemandian umum oleh masyarakat Jepang. Sekarang onsen merupakan salah satu atraksi utama turisme Jepang dan pemakaian istilah onsen meluas ke semua jenis pemandian umum. Ada dua jenis onsen, dalam ruangan dan luar ruangan. Hokkaido juga memiliki banyak onsen. (Loh, Rose, katanya sudah terakhir, kok masih ada… ya, soalnya yang ini akan dibahas lebih lanjut di tulisan perhari dan tak ada pelajarannya, sebab kok rasanya bertentangan dengan budaya Indonesia. Tentu saja aku sadar, orang kampung zaman dulu juga mandi sama-sama di sungai, tapi kan yang anak-anak saja yang telanjang, kalau orang dewasa mah, pakai sarung.)
Tambah komentar baru