Norwegia dalam Seminggu (2): Alam yang Indah dan Suku Sami

Foto: Koleksi pribadi Keluarga Huijsman

Hari Minggu, sesudah sarapan di hotel di Lund, ujung selatan Swedia, kami berangkat pukul 8 pagi. Tujuan kami adalah kota Geilo, Norwegia. Kami menempuh jarak cukup panjang, melintasi perbatasan Swedia - Norwegia. Perjalanan antara Lund dan Geilo --sekitar 800 km-- memakan waktu sembilan jam. Di Norwegia kecepatan maksimal kendaraan rata-rata 80 km/jam. Kami tiba di Geilo sekitar pukul 8 malam. Jadi, sight seeing-nya sekitar tiga jam.

Di perbatasan Swedia – Norwegia kami mengambil foto informasi tentang lalu lintas. Sekitar 15 km dari perbatasan kami berhenti, istirahat, dan melihat foto tersebut. Di foto ternyata ada informasi bahwa Norwegia menganut sistem kartu yang akan merekam penggunaan jalan tol dan akan langsung dibebankan ke kartu kredit kita. Karena tidak punya kartu itu, kami harus kembali ke kantor informasi turisme di perbatasan dan menanyakan soal tersebut. Wah, balik lagi ke perbatasan, padahal jadwal mepet

Saat ini masih ada dua sistem pembayaran tol: dengan kartu atau menunggu rekening (tagihan) di rumah. Setiap mobil yang lewat di jalan tol akan diregistrasi secara digital. Untuk ini ada pertukaran informasi antarnegara --yang canggih-- mereka akan tahu ke mana tagihan itu harus dikirim. Ini mengingatkan saya akan pengalaman kena denda di Swiss karena kecepatan mobil kami melampaui batas. Kami dapat surat denda yang disertai foto supirnya sebagai bukti.

Sekitar pukul 2 siang kami memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di kafe di tepi danau. Bangunan kafe ini adalah bangunan tradisional, corak arsitektur yang banyak ditemukan di Norwegia ... rumah yang beratap hijau. 

Danau Geilo
Danau cantik di sepanjang jalan ke Geilo
Atap Rumput
Cafe beratap rumput
Pancakes
Pancakes atau Pannekaker dalam bahasa Norwegia.

Kota Geilo adalah tujuan utama penggemar olahraga musim dingin (ski), karena letaknya yang yang cukup tinggi dan berbukit-bukit. Kami menyewa hut (pondok) dengan dua kamar tidur dan ruang makan serta dapur kecil. Pondok ini terletak di daerah perkemahan. Sewa hut relatif murah sekitar 85 Euro semalam untuk satu pondok yang menampung empat orang dengan dapur pribadi. 

Hut
Hytte (Hut) kami di Geilo.
Dapur Hut
Dapur di dalam Hytte.

Karena selama ini kami terbiasa menginap di hotel, tidak terpikir sama sekali untuk membawa sprei, duvet cover, dan sarung bantal sendiri. Kami harus menyewa empat paket (sprei, duvet cover dan sarung bantal). Di Belanda, kalau menginap di cottage (yang biasanya untuk seminggu atau paling tidak tiga hari) juga ada pilihan untuk membawa paket sprei sendiri atau menyewa. Dibandingkan dengan di Belanda, sewa paket di Norwegia lebih mahal (sewa empat paket untuk cottage di Geilo hampir setengah harga sewa cottage semalam). Mungkin karena harga yang tinggi --sekali pakai harus dicuci, tidak mendukung pelestarian alam karena boros air-- orang terdorong untuk membawa paket sendiri, terutama mereka yang kerap berpindah-pindah tempat seperti kami. Di hotel selalu ada peringatan bahwa setiap titik air patut dihemat (every drop water tells).

Setelah menaruh barang-barang di hut kami memutuskan untuk hiking di sekitar perkemahan, mengikuti aliran sungai, dan kembali menjelang matahari terbenam. Norwegia adalah negeri yang ideal untuk pencinta hiking. Di area perkemahan atau di alam bebas biasanya tersedia info tentang rute hiking dan perkiraan waktu tempuh. Meskipun track cukup jelas, untuk alasan keamanan, dianjurkan untuk tidak hiking sendiri. Paling tidak pergilah berdua. 

Hari Senin kami mengambil rute singkat Geilo -Voss, yang berjarak sekitar 10 km dengan waktu tempuh dua jam 15 menit (kalau langsung). Kami ambil jarak dekat karena rute ini sangat indah. Ada banyak kesempatan untuk hiking dan menjelajah. Rencana kami adalah hiking di dataran tinggi Hardangervidda, menikmati pemandangan di air terjun terpanjang di Eropa (Vøringsfossen), dan ke Folkemuseum terbuka di Voss.

Untuk hiking, siapkan dan pakailah sepatu khusus. Sepatu ini membuat langkah kita lebih stabil dan tidak mudah tergelincir jika tanah berbatuan dan agak basah, tetapi bagi saya kurang nyaman karena tidak terbiasa. 

Sepatu Hiking
Sepatu Hiking

Perjalanan dari Geilo ke Voss memberi kami pengalaman yang luar biasa, dimulai dengan memasuki taman nasional dataran tinggi Hardangervidda. Luas taman nasional ini sekitar 3.400 km persegi, diresmikan pada tahun 1981, dan dapat dijelajahi dengan mobil. Di satu sisi sepanjang mata memandang, terlihat perbukitan gersang dengan satu atau dua pondok kecil. Di sisi lainnya, terbentang fyord dan tebing-tebing dengan air terjun. Fyord adalah perbukitan dengan teluk dan telaga di tengahnya, yang berasal dari lelehan salju yang membeku (gletser). 

Pondok di Bukit
Pondok-pondok kecil di perbukitan.
Rumah Fyord
Rumah di tepi fyord.

Menikmati alam dengan tenang, itulah yang paling menyenangkan bagi saya dalam perjalanan. Membawa kendaraan sendiri memungkinkan kami berhenti di tempat yang bukan tujuan para turis. Kalau ikut tur, kita pasti dibawa ke tempat-tempat tertentu. Bagi kami, perjalanan dan tujuan selalu didasari rasa tertarik pada suatu tempat atau suatu kebudayaan, bukan semata-mata untuk mengunjungi tempat wisata umum. 

Berada di atas bukit atau hiking di dataran luas dalam kesendirian, hanya mendengar suara angin, memberikan rasa damai dan bahagia, bisa menikmati karya Yang Maha Kuasa. Pemandangan dan kesan-kesan yang diperoleh menjadi pengalaman yang sulit digambarkan. Untuk berbagi kesan-kesan itu dengan para pembaca, saya merekam dan mengabadikannya dalam foto-foto berikut ini.

Bukit Hardangervidda
Bukit bebatuan Hardangervidda.
Bukit Hardangervidda 2
Bukit gersang Hardangervidda.
Rumah Soliter
Rumah yang tepat buat yang tak suka tetangga.
Bukit Gersang
Air, batu dan bukit gersang.

Di dataran tinggi Haddervidda kami melihat beberapa rumah suku Sami. Suku Sami adalah suku asli dan minoritas yang tinggal di bagian utara Norwegia, Swedia, dan Finlandia. Hak-hak mereka dilindungi oleh Hukum Perlindungan Suku-suku Minoritas Internasional. Mereka terkenal sebagai penggembala rusa bertanduk panjang (reindeer). Sebagai suku minoritas, suku Sami juga tidak bebas dari prasangka, diskriminasi, dan stigmatisasi. Meski hubungan antara suku Sami dan penduduk Norwegia cukup baik --bahkan sering terjadi kawin campur-- masih ada prasangka rasial dan anggapan bahwa suku Sami lebih rendah derajatnya.

Puteri saya, Kizi, sangat tertarik dengan latarbelakang suku minoritas ini. Kami berhenti di salah satu rumah yang kebetulan menjual cindera mata buatan mereka sendiri. Kizi mendekati ibu penjual souvenir yang ternyata asli suku Sami dan mewawancarai beliau. Ibu ini hanya menjual beberapa koleksi. Kami membeli pakaian hangat yang digantung di jemuran, yang dibuatnya sendiri dari bulu domba.

Suku Sami membangun rumah hijau dengan kerangka kayu yang dilengkungkan sehingga  menyerupai mangkuk besar tertelungkup. Setelah kerangka tertutup mereka melapisi bagian luar dengan kulit pohon dan tanah sehingga rumput bisa tumbuh di atasnya. Kelihatannya seperti rumah Hobbit di Selandia Baru. Rumput-rumput yang tumbuh di sekeliling rumah akan membantu mengatur suhu ideal, menyimpan kehangatan di musim dingin, dan memberi kesejukan di musim panas. 

Rumah Suku Sami
Salah satu rumah tradisional suku Sami.
Souvenir
Souvenir yang digantung di luar.

Di Folkemuseum di Oslo ada satu bagian tertentu yang didedikasikan untuk suku ini. Di museum ini selain diperlihatkan kehidupan sehari-hari suku Sami dan pakaian-pakaian tradisional mereka, ada juga sejarah lengkap serta analisis tentang perubahan serta perkembangan suku minoritas ini dari waktu ke waktu.

Pakaian Suku Sami
Pakaian tradisional suku Sami di Folkemuseum Oslo.
Aksesori Pakaian Suku Sami
Aksesoris pakaian tradisional suku Sami di Folkemuseum Oslo. 

Jika diperhatikan, menurut saya ada pengaruh pemilihan warna-warna dan motif khas suku Sami di Norwegia. 

Baju Norwegia
Baju panas dengan motif khas Norwegia di Folkemuseum Oslo.
Sarung Tangan Norwegia
Sarung tangan pelindung dingin dengan motif khas Norwegia di Folkemuseum Oslo.

Dari dataran tinggi ini kami melanjutkan perjalanan ke arah Edfjord melalui air terjun terpanjang di Norwegia Vøringsfossen. Pemandangan dari atas luar biasa indahnya.

Air Terjun Norwegia
Air terjun Vøringsfossen (Foto oleh Ralph Huijsman).

Air dari air terjun ini mengalir dari ketinggian 182 m. Kami berjalan mengikuti rute hiking dari  bagian atas air terjun sampai hampir ke lembah sungai. Sayang sekali jalan ke sungai tertutup sementara, karena tanah longsor.

Baca juga: Norwegia dalam Seminggu (1): Menikmati Kebebasan dengan Kendaraan Sendiri

Selanjutnya: Norwegia dalam Seminggu (3): Mengunjungi Folkemuseum

SaveSave

SaveSave

SaveSave

SaveSave

SaveSave

SaveSave

Komentar

Wuih keren juga coba di Geiranger atau gak di Stavanger gak kalah keren mbak. Pemandangannya bikin adem dimata juga. Tapi emang dari segi biaya Norway cukup mahal juga.

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen